yukepodotcomAvatar border
TS
yukepodotcom
Kenapa Banyak Orang Indonesia yang Lebih Senang Merekam Kejadian daripada Menolong?
WELCOME TO YUKEPO OFFICIAL THREAD
emoticon-Ultahemoticon-Ultah emoticon-Ultah



Di era media sosial seperti saat ini, segala informasi bisa dengan cepat disampaikan dan didapatkan. Dengan hanya dibekali oleh smartphone yang dilengkapi fitur kamera dan video recorder, semua orang sekarang bisa menjadi jurnalis atau wartawan dadakan. Kalau ada peristiwa yang terjadi, seakan-akan itu menjadi momen yang tepat untuk mendokumentasikan kejadian tersebut. Meskipun pada kejadian tersebut ada seseorang yang patut ditolong, tetapi zaman sekarang kayaknya lebih terkesan heroik kalau kita merekam dan menyebarluaskannya ke media sosial daripada untuk menolongnya. Kenapa bisa begitu ya?



Kalau di zaman dulu kayaknya nggak akan kepikiran ya untuk merekam suatu kejadian yang mengancam nyawa. Pada hakikatnya, semua orang dianugerahi insting untuk menyelamatkan diri dari kejadian yang berbahaya. Jadi, ketika ada ledakan bom atau ada aksi huru-hara, secara alamiah manusia akan berusaha melarikan diri dari situasi yang dianggap mengancam. Tapi kalau sekarang, kok kayaknya orang-orang kepikiran aja sih untuk merekam, bukannya menolong atau melarikan diri? Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa kebanyakan dari kita saat ini lebih memilih untuk merekamnya terlebih dahulu baru kemudian melarikan diri atau menolong. Misalnya seperti berikut ini.



Pertama, kita nggak mengerti mengenai situasi yang sedang terjadi. Misalnya ketika melihat orang yang mengalami kecelakaan, kita nggak tahu siapa yang salah dan berusaha nggak mau ikut campur karena kita tahu urusannya nggak akan terselesaikan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Jadi, daripada ikut-ikutan, mending merekam dan mengabarkannya kepada semua orang di media sosial bahwa baru aja kita menjadi saksi mata sebuah kejadian.

Kedua, karena kejadian tersebut bukanlah tanggung jawab kita secara langsung. Kita merasa nggak punya peran apa-apa di kejadian tersebut. Apalagi kalau di sana juga ada banyak orang lain yang juga turut menjadi saksi. Nggak bisa dipungkiri kalau kita pun mengira bahwa akan ada orang lain yang menolong dan lebih mampu daripada kita. Tapi, karena orang Indonesia itu kepo banget, jadi lebih memilih untuk merekam deh daripada menolong.



Selain kedua hal di atas, ada juga yang menganggap bahwa ketika kita menolong orang itu, maka ditakutkan kita akan turut jadi korbannya, misalnya ketika kita enggan untuk menolong orang yang tengah terjebak kebakaran. Ada juga yang nggak mau menolong karena takut disalahkan dan terlibat lebih jauh. Hal lain yang tak kalah mencengangkan adalah kecenderungan orang Indonesia untuk ingin menjadi yang paling tahu, paling pertama, dan ingin menjadi yang paling populer. Itulah mengapa setiap kali ada kejadian dan kita berhasil untuk merekamnya, maka ada kepuasan tersendiri bagi diri kita, terlebih jika banyak orang yang memerhatikan dan menyebarluaskannya.

Intinya, ketika kita atau orang lain di sekitar kita mengalami kecelakaan atau kejadian yang nggak menyenangkan, segeralah untuk mengambil tindakan yang sekiranya dapat membantu daripada hanya merekam. Segera menyelamatkan diri atau hubungi pihak yang bisa membantu. Kalaupun nggak sanggup, kamu nggak harus merekam dan menyebarluaskannya demi kepuasan pribadi. Sebetulnya semua ini kembali lagi pada pilihan agan/sis. Tapi, apakah media sosial justru membuat kita jadi kehilangan rasa kemanusiaan?

Sumber dari Yukepo

Rate, comment, cendol appreciated emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia
0
23.2K
199
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan