- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hati-Hati kalo Agan Sering Membentak Anak Agan Ini Akibatnnya


TS
ayedren89
Hati-Hati kalo Agan Sering Membentak Anak Agan Ini Akibatnnya

Misi agan/sista

Tahukan Agan/sista (ORANG TUA)di dalam setiap kepala seorang
anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang
siap tumbuh. Satu bentakan atau makian
mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak
saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu
membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu
juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan
membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel
otak saat itu juga."
Dari beberapa artikel Yang ane baca dan penelitian yang Dilakukan oleh Peneliti disebutkan
bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel
otak anak . Hasil penelitian Lise Gliot,
berkesimpulan pada anak yang masih dalam
pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden
age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara
keras dan membentak yang keluar dari orang tua
dapat menggugurkan sel otak yang sedang
tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang
memberikan belaian lembut sambil menyusui,
rangkaian otak terbentuk indah

Quote:
Penelitian Lise Gliot
ini sendiri dilakukan sendiri
pada anaknya dengan memasang kabel perekam
otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor
komputer sehingga bisa melihat setiap
perubahan yang terjadi dalam perkembangan
otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat
menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat
ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada
anaknya, rangkaian indah menggelembung
seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi
perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya.
Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah
terhadap anak sangat mempengaruhi
perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan
secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan
mengganggu struktur otak anak itu sendiri.
“Makanya, kita harus berhati-hati dalam
memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga
mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh.
Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan
lainnya.
Teriakan dan Bentakan menghasilkan gelombang
suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu.
Yang belum banyak diketahui orang banyak
adalah, bentakan yang disertai emosi seperti
marah menghasilkan suatu gelombang b
ru.
ini sendiri dilakukan sendiri
pada anaknya dengan memasang kabel perekam
otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor
komputer sehingga bisa melihat setiap
perubahan yang terjadi dalam perkembangan
otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat
menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat
ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada
anaknya, rangkaian indah menggelembung
seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi
perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya.
Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah
terhadap anak sangat mempengaruhi
perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan
secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan
mengganggu struktur otak anak itu sendiri.
“Makanya, kita harus berhati-hati dalam
memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga
mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh.
Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan
lainnya.
Teriakan dan Bentakan menghasilkan gelombang
suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu.
Yang belum banyak diketahui orang banyak
adalah, bentakan yang disertai emosi seperti
marah menghasilkan suatu gelombang b

Quote:
Emosi negatif
seperti marah mempunyai
gelombang khusus yang merupakan gelombang
yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat
bergabung dengan gelombang suara orang yang
berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan
gelombang emosi marah ini menghasilkan
gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat
destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang
dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah
sel-sel otak orang yang dijadikan target akan
mengalami kerusakan saat dia terkena
gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya
atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga
ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang
suara tapi langsung ditangkap oleh otak
sebagaimana gelombang otak.
Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih
besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran
bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa
mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-
anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan.
Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada
orang-orang yang sering mengalami bentakan di
masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun
serta termasuk lambat dalam memahami
sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah
meluapkan emosi negatif seperti marah, panik
atau sedih. Mereka biasanya seringkali
mengalami stress hingga depresi dalam hidup,
karena kesulitan memahami pola-pola masalah
yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-
sel otaknya yang aktif lebih sedi
it dari yang
seharusnya.
seperti marah mempunyai
gelombang khusus yang merupakan gelombang
yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat
bergabung dengan gelombang suara orang yang
berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan
gelombang emosi marah ini menghasilkan
gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat
destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang
dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah
sel-sel otak orang yang dijadikan target akan
mengalami kerusakan saat dia terkena
gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya
atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga
ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang
suara tapi langsung ditangkap oleh otak
sebagaimana gelombang otak.
Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih
besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran
bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa
mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-
anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan.
Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada
orang-orang yang sering mengalami bentakan di
masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun
serta termasuk lambat dalam memahami
sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah
meluapkan emosi negatif seperti marah, panik
atau sedih. Mereka biasanya seringkali
mengalami stress hingga depresi dalam hidup,
karena kesulitan memahami pola-pola masalah
yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-
sel otaknya yang aktif lebih sedi

seharusnya.
Quote:
Jadi Seharusnya
Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik,
ataupun orang yang lebih tua dari 'mereka',
sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam
menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang
baik. Seringkali orang tua bukan mencegah,
mengarahkan, dan membimbing sebelum
kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua
mempertimbangkan tingkat perkembangan
kejiwaan anak, sebelum membuat aturan.
Jangan menyamakan anak dengan orang
dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa
dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa.
Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak
dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar,
jangan pernah menggunakan tolok ukur orang
dewasa.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik,
ataupun orang yang lebih tua dari 'mereka',
sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam
menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang
baik. Seringkali orang tua bukan mencegah,
mengarahkan, dan membimbing sebelum
kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua
mempertimbangkan tingkat perkembangan
kejiwaan anak, sebelum membuat aturan.
Jangan menyamakan anak dengan orang
dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa
dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa.
Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak
dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar,
jangan pernah menggunakan tolok ukur orang
dewasa.
PENGARUH TERHADAP ANAK
Quote:
Anak-anak yang sering diberi perhatian negatif,
apalagi dengan teguran keras atau bentakan,
akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia
bisa berkembang menjadi anak yang:
- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak
pernah menerima perhatian positif saat ia
melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh
menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau
minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia
hanyalah anak yang selalu melakukan
kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan
atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia
sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk
melakukan atau mencoba sesuatu karena takut
salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk
mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara
orang tuanya selalu membentaknya bila
mendengar bacaannya salah.
-Cuek/ tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa
berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak
peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima
bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia
pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya.
Mungkin saat dibentak atau dimarahi ia terlihat
diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-
kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu.
Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga
kiri.
- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka
membentak, tentu akan menakutkan bagi anak.
Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya
sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi
yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita
dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau
nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan?
Dengan demikian, komunikasi antara orang tua
dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini
tentu berbahaya, karena bila menghadapi
masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak
bisa sangat tertekan.
- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang bisa
digolongkan dalam 3 tipe. Pertama, tipe
penentang aktif. Mereka menjadi anak yang
keras kepala, suka membantah dan
membangkang apa saja kehendak orang tua.
Mereka marah karena merasa tidak dihargai
oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa,
karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia
pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia
akan senang bila melihat orang tuanya jengkel
dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah
emosi orang tua, semakin senanglah ia. Kedua,
tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak
ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi
tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana
Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak
juga mau beranjak dari tempatnya bermain.
Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi
pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air
atau kapal-kapalan. Ketiga, tipe selalu
terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan
suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat
orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel
atau membentak-bentak karena kemalasannya..
Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari
tempat tidurnya bila belum dibentak atau
diomeli ibunya.
- Pemarah, temperamental dan suka
membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila
orang tua suka marah atau 'main bentak'
karena sebab-sebab sepele, maka anak pun
bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila
anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku
seperti itu terhadap adiknya atau teman-
temannya.
BAGAIMANA MENUMBUHKAN KEPATUHAN?
Setelah jelas bila bentakan tidak efektif untuk
menumbuhkan kepatuhan, bahkan berpengaruh
negatif bagi kepribadian anak, lalu
bagaimanakah cara yang baik untuk
menumbuhkan kepatuhan?
- Beri penjelasan pada anak
Jelaskan pada anak dengan bahasa yang ia
mengerti, mengapa suatu hal diperintahkan dan
hal lain dilarang. Jangan sekali-sekali memberi
keterangan dusta dalam hal ini.
- Perintahkan sebatas kemampuannya
Perintah di luar kesanggupan dan kemampuan
anak justru bisa menyebabkan krisis syaraf
(neurotic) dan buruk perangai. Ada pepatah
mengatakan, "Jika engkau ingin ditaati, maka
perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi."
Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan
pelaksanaannya pun bertahap. Untuk
mengetahui sampai di mana batas kemampuan
anak sesuai perkembangan usianya, diperlukan
pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang tua
memahami perkembangan anak ini.
- Tidak berdusta atau menakut-nakuti
Kadang orang tua mengatakan akan
membelikan ini atau itu jika anak mematuhi
perintahnya, tapi ternyata setelah anak patuh,
orang tua tidak menepati janjinya. Itu berarti
orang tua berdusta, dan bisa jadi anak tidak
akan percaya lagi pada orang tuanya.
Kedustaan seperti ini harus dihindari. Selain itu,
orang tua juga sering menakut-nakuti anak
dengan sesuatu yang seharusnya berguna
baginya. Itu dilakukan karena ingin anaknya
segera memenuhi perintah mereka. Misalnya
menakut-nakuti anak dengan dokter, suntikan
dan sebagainya. Ketakutan anak pada hal-hal
tersebut bisa terbawa hingga ia dewasa.
- Jangan bertentangan dengan naluri anak
Gharizah atau naluri adalah kekuatan
terpendam dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk melakukan beberapa
pekerjaan tanpa berlatih terlebih dahulu.
Janganlah orang tua melarang anak bermain,
atau membongkar dan memasang sesuatu.
Jangan pula melanggar kebiasaan anak kalau
tidak ingin mereka menggunakan jerit tangis
sebagai senjatanya. Lebih baik gharizah itu
diarahkan sedemikian rupa sehingga anak bisa
mengatur dirinya sendiri. Misalkan diberi
perintah, "TPA nanti mulai ba'da asar lho
sekarang kan udah setengah tiga. Adik udah
aja ya mainnya, dilanjutin besok aja, sekarang
mandi dulu, kan udah mau adzan…". Ungkapan
itu tidak melarang anak bermain, dan tidak
melanggar kebiasaan mereka bermain di tengah
hari. Pemberian 'masa terbatas' ini
dimaksudkan agar anak bisa mengatur jadwal
kegiatannya sendiri, dan akan sangat menolong
untuk melatih anak disiplin waktu. Selain itu
mereka merasa dianggap mampu untuk
mengatur dirinya sendiri tanpa harus didikte
begini dan begitu.
apalagi dengan teguran keras atau bentakan,
akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia
bisa berkembang menjadi anak yang:
- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak
pernah menerima perhatian positif saat ia
melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh
menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau
minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia
hanyalah anak yang selalu melakukan
kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan
atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia
sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk
melakukan atau mencoba sesuatu karena takut
salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk
mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara
orang tuanya selalu membentaknya bila
mendengar bacaannya salah.
-Cuek/ tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa
berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak
peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima
bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia
pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya.
Mungkin saat dibentak atau dimarahi ia terlihat
diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-
kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu.
Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga
kiri.
- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka
membentak, tentu akan menakutkan bagi anak.
Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya
sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi
yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita
dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau
nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan?
Dengan demikian, komunikasi antara orang tua
dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini
tentu berbahaya, karena bila menghadapi
masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak
bisa sangat tertekan.
- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang bisa
digolongkan dalam 3 tipe. Pertama, tipe
penentang aktif. Mereka menjadi anak yang
keras kepala, suka membantah dan
membangkang apa saja kehendak orang tua.
Mereka marah karena merasa tidak dihargai
oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa,
karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia
pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia
akan senang bila melihat orang tuanya jengkel
dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah
emosi orang tua, semakin senanglah ia. Kedua,
tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak
ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi
tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana
Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak
juga mau beranjak dari tempatnya bermain.
Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi
pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air
atau kapal-kapalan. Ketiga, tipe selalu
terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan
suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat
orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel
atau membentak-bentak karena kemalasannya..
Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari
tempat tidurnya bila belum dibentak atau
diomeli ibunya.
- Pemarah, temperamental dan suka
membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila
orang tua suka marah atau 'main bentak'
karena sebab-sebab sepele, maka anak pun
bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila
anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku
seperti itu terhadap adiknya atau teman-
temannya.
BAGAIMANA MENUMBUHKAN KEPATUHAN?
Setelah jelas bila bentakan tidak efektif untuk
menumbuhkan kepatuhan, bahkan berpengaruh
negatif bagi kepribadian anak, lalu
bagaimanakah cara yang baik untuk
menumbuhkan kepatuhan?
- Beri penjelasan pada anak
Jelaskan pada anak dengan bahasa yang ia
mengerti, mengapa suatu hal diperintahkan dan
hal lain dilarang. Jangan sekali-sekali memberi
keterangan dusta dalam hal ini.
- Perintahkan sebatas kemampuannya
Perintah di luar kesanggupan dan kemampuan
anak justru bisa menyebabkan krisis syaraf
(neurotic) dan buruk perangai. Ada pepatah
mengatakan, "Jika engkau ingin ditaati, maka
perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi."
Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan
pelaksanaannya pun bertahap. Untuk
mengetahui sampai di mana batas kemampuan
anak sesuai perkembangan usianya, diperlukan
pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang tua
memahami perkembangan anak ini.
- Tidak berdusta atau menakut-nakuti
Kadang orang tua mengatakan akan
membelikan ini atau itu jika anak mematuhi
perintahnya, tapi ternyata setelah anak patuh,
orang tua tidak menepati janjinya. Itu berarti
orang tua berdusta, dan bisa jadi anak tidak
akan percaya lagi pada orang tuanya.
Kedustaan seperti ini harus dihindari. Selain itu,
orang tua juga sering menakut-nakuti anak
dengan sesuatu yang seharusnya berguna
baginya. Itu dilakukan karena ingin anaknya
segera memenuhi perintah mereka. Misalnya
menakut-nakuti anak dengan dokter, suntikan
dan sebagainya. Ketakutan anak pada hal-hal
tersebut bisa terbawa hingga ia dewasa.
- Jangan bertentangan dengan naluri anak
Gharizah atau naluri adalah kekuatan
terpendam dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk melakukan beberapa
pekerjaan tanpa berlatih terlebih dahulu.
Janganlah orang tua melarang anak bermain,
atau membongkar dan memasang sesuatu.
Jangan pula melanggar kebiasaan anak kalau
tidak ingin mereka menggunakan jerit tangis
sebagai senjatanya. Lebih baik gharizah itu
diarahkan sedemikian rupa sehingga anak bisa
mengatur dirinya sendiri. Misalkan diberi
perintah, "TPA nanti mulai ba'da asar lho
sekarang kan udah setengah tiga. Adik udah
aja ya mainnya, dilanjutin besok aja, sekarang
mandi dulu, kan udah mau adzan…". Ungkapan
itu tidak melarang anak bermain, dan tidak
melanggar kebiasaan mereka bermain di tengah
hari. Pemberian 'masa terbatas' ini
dimaksudkan agar anak bisa mengatur jadwal
kegiatannya sendiri, dan akan sangat menolong
untuk melatih anak disiplin waktu. Selain itu
mereka merasa dianggap mampu untuk
mengatur dirinya sendiri tanpa harus didikte
begini dan begitu.
Thank's KASKUS
Diubah oleh ayedren89 30-03-2014 07:22
0
3.6K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan