- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Luar Biasa, Ojek Online Bikin Kios Pisang Nugget Ini Untung Rp 7,5 Juta Sehari


TS
usuikun
Luar Biasa, Ojek Online Bikin Kios Pisang Nugget Ini Untung Rp 7,5 Juta Sehari


Quote:
Kehadiran jasa transportasi online menciptakan suasana berbeda di kios BonBon Pisang Nugget. Usaha dagang pisang nugget di lingkungan RSUP Prof Kandou Malalayang Manado itu kini dijejali tukang ojek online yang antre.
Dengan harga per dus Rp 25 ribu, dalam sehari, kios milik Meidatika itu mampu menjual 300 dus terjual. Dan 250 dus di antaranya dibeli konsumen melalui jasa ojek online, Go Food.
“Pernah sehari laku 350, bahkan hingga 375 dus dalam sehari,” ujar Meidatika kepada Tribun Manado, Rabu (7/6).
Baca Juga: Masa Depan Transportasi Online di Indonesia Sangat Cerah
Dari angka tersebut, lebih dari 80 persen pelanggan datang dari aplikasi Go Food. “Yah, paling banyak memang dari Go Food yang beli. Karena yang antre setiap hari di sini itu Go Jek,” katanya lalu tersenyum.
Dalam sehari, omset kios pisang nuggetnya bisa menghasilkan Rp 7,5 juta. Ia pun kini mengandalkan pesanan pelanggan lewat jasa transportasi online tersebut.
“Kami sebenarnya juga melayani pesanan melalui nomor telepon, tapi tetap saja pesanan paling banyak datang dari ojek itu,” aku dirinya.
Makanya dia berharap jasa layanan transportasi online itu bisa bertahan. “Karena sebagai pengusaha, saya akui bahwa mereka sangat membantu kami,” tambahnya.
Seorang tukang ojek online, Satrio mengaku dalam sehari bisa enam sampai delapan kali balik ke kios Bonbon Pisang Nugget. “Memang kebanyakan yang order itu pilih Bonbon,” ungkapnya.
Rejeki yang sama juga didapat rumah makan padang di Jalan Bethesda Manado. “Dalam sehari bisa 10 hingga 15 porsi pembelian lewat ojek online,,” kata Yani, karyawati rumah makan tersebut.
Sama halnya, dengan rumah makan Bang Toyib yang menerima orderan dari ojek online 20 porsi per hari.
“Paling banyak 30 porsi per hari. Omset kami dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta,” kata pemilik warung makan, Toyib Faisal Salim.
Untuk menjadi bagian dari aplikasi ojek online ini pemilik warung makan ternyata tidak perlu repot-repot melakukannya.
“Tiba‑tiba saja ada yang dari Go Jek datang membeli makanan. Katanya dipesan melalui aplikasi Go Food,” kata Tety Yakob, pemilik rumah makan Noel Tuminting di Manado.
Dia mengaku, sehari menerima hingga 30 porsi orderan dari layanan jasa transportasi online ini.
Toko kue Bread Factory juga merasakan rejeki hadirnya teknologi aplikasi ini. “Dalam sehari biasanya 2 sampai 3 kali orderan. Omset kami Rp 4 juta,” kata manager di toko roti tersebut, Nurul.
Kios malabar dan martabak Mas Narto juga panen pesanan dari ojek online. “Sehari bisa 60 bungkus malabar yang diorder lewat Go Food. Pendapatan juga ikut meningkat. Tambahannya Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari,” kata seorang karyawannya, Jumal.
Kehadiran jasa layanan pesan makanan lewat transportasi online, salah satunya Go Food dirasakan manfaatnya oleh dokter Fahrizal Maradjabessy.
Kepada Tribun Manado, Rabu (7/6), dokter yang sedang mengambil spesialis bedah dan bertugas di RSUP Kandou Malalayang Manado itu mengaku sering pesan makanan lewat jasa transportasi online usai melakukan operasi.
Sebab, terkadang dia melakukan operasi itu sampai Subuh.
“Sekarang saya tak harus tinggalkan kantor, karena setelah operasi selesai, saya cukup memesan makanan melalui telepon,” ujarnya.
Pria 31 tahun ini mengaku biasanya memesan makanan pukul 00.00 Wita hingga 01.00 Wita.
“Biasanya hanya 15 menit langsung diantar,” kata dia.
Menu yang sering dipesannya yakni ayam goreng KFC atau nasi padang. “Seminggu biasanya tiga kali. Tapi kalau masih siang biasanya saya minta tolong sama teman,” aku dia.
Menurutnya, layanan antar dari restoran lebih lambat datangnya dibanding jasa ojek online.
“Kalau Go Food lebih cepat, dan caranya juga lebih mudah, tidak ribet. Kalau pesan melalui delivery biasanya lebih lama,” ucapnya.
Hal yang sama diakui oleh Yumike Kaparang, seorang karyawan hotel di Manado. Dia mengaku, jika sedang bekerja hingga larut malam maka pesan makanan lewat ojek online menjadi pilihan di saat perut sedang lapar.
“Biasa pesan makanan di restoran cepat saji. Tapi kalau masih petang saya pesan Sate yang ada di Sario,” kata wanita 24 tahun tersebut.
Senada disampaikan Deni Gedoan, seorang karyawan swasta di Manado. Dia mengaku sering menggunakan jasa pesan makanan ini sehingga tidak perlu meninggalkan tempat dia bekerja.
Pelanggan lainnya, Nia yang bekerja di Citraland Manado mengaku kagum atas layanan jasa ojek online yang mengantar makanan ini.
“Pernah sekali waktu hujan, saya ingin beli minuman di mal, ternyata tetap diantar padahal, saat itu hujannya sangat deras,” beber dia.
Silvana, seorang karyawan bank malah hampir setiap hari memesan makanan lewat ojek online.
Alfi Lesar, seorang marketing di sebuah hotel berbintang juga mengaku hampir setiap hari pesan makanan lewat ojek online.
“Tergantung kebutuhan juga, biasa siang saat jam makan siang dan sebelum pulang kantor untuk cemilan,” jelas Alfi.
Dia memilih pesan makanan melalui aplikasi online ketimbang pergi makan langsung ditempat makan, karena lebih mudah. “Tinggal pilih menu apa yang kita sukai,” tambahnya.
“Sejauh ini belum ada kendala dalam pemesanan. Karena setelah dipesan dicek kembali dengan cara menelepon langsung ke si tukang ojek,” tukasnya.
Kehadiran jasa layanan makanan lewat tranportasi online, salah satunya Go Food memberikan dampak positif bagi peningkatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini karena mampu meningkatkan omset pendapatan bagi pelaku usaha.
Kini warung makan dan sejenisnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak sempat masak atau karyawan yang tidak bisa keluar cari makan. Sedangkan bagi pelaku UMKM, terutama pangan diuntungkan dengan adanya jasa tersebut, karena meski pelanggan tidak datang, namun tetap bisa pesan, sehingga omset pun meningkat.
Sehingga memang dengan adanya aplikasi tersebut dapat meningkatkan pelanggan. Apalagi masyarakat saat ini semakin sibuk dengan urusannya. Selain itu juga bisa mengurangi angka pengangguran di daerah, karena mereka yang tidak punya pekerjaan bisa mengambil peluang ini. Namun demikian diharapkan manajemen perusahaan layanan jasa transportasi online memperhatikan pelaku usaha lokal dan yang membayar pajak.
Sehingga dampaknya lebih besar lagi untuk pertumbuhan ekonomi. Sebab meskipun beroperasi di Manado, namun tidak bekerjasama dengan pelaku usaha lokal, hal tersebut tidak akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi di Sulut banyak terdapat industri rumahan yang membutuhkan pemasaran untuk meningkatkan penjualan.
Dengan harga per dus Rp 25 ribu, dalam sehari, kios milik Meidatika itu mampu menjual 300 dus terjual. Dan 250 dus di antaranya dibeli konsumen melalui jasa ojek online, Go Food.
“Pernah sehari laku 350, bahkan hingga 375 dus dalam sehari,” ujar Meidatika kepada Tribun Manado, Rabu (7/6).
Baca Juga: Masa Depan Transportasi Online di Indonesia Sangat Cerah
Dari angka tersebut, lebih dari 80 persen pelanggan datang dari aplikasi Go Food. “Yah, paling banyak memang dari Go Food yang beli. Karena yang antre setiap hari di sini itu Go Jek,” katanya lalu tersenyum.
Dalam sehari, omset kios pisang nuggetnya bisa menghasilkan Rp 7,5 juta. Ia pun kini mengandalkan pesanan pelanggan lewat jasa transportasi online tersebut.
“Kami sebenarnya juga melayani pesanan melalui nomor telepon, tapi tetap saja pesanan paling banyak datang dari ojek itu,” aku dirinya.
Makanya dia berharap jasa layanan transportasi online itu bisa bertahan. “Karena sebagai pengusaha, saya akui bahwa mereka sangat membantu kami,” tambahnya.
Seorang tukang ojek online, Satrio mengaku dalam sehari bisa enam sampai delapan kali balik ke kios Bonbon Pisang Nugget. “Memang kebanyakan yang order itu pilih Bonbon,” ungkapnya.
Rejeki yang sama juga didapat rumah makan padang di Jalan Bethesda Manado. “Dalam sehari bisa 10 hingga 15 porsi pembelian lewat ojek online,,” kata Yani, karyawati rumah makan tersebut.
Sama halnya, dengan rumah makan Bang Toyib yang menerima orderan dari ojek online 20 porsi per hari.
“Paling banyak 30 porsi per hari. Omset kami dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta,” kata pemilik warung makan, Toyib Faisal Salim.
Untuk menjadi bagian dari aplikasi ojek online ini pemilik warung makan ternyata tidak perlu repot-repot melakukannya.
“Tiba‑tiba saja ada yang dari Go Jek datang membeli makanan. Katanya dipesan melalui aplikasi Go Food,” kata Tety Yakob, pemilik rumah makan Noel Tuminting di Manado.
Dia mengaku, sehari menerima hingga 30 porsi orderan dari layanan jasa transportasi online ini.
Toko kue Bread Factory juga merasakan rejeki hadirnya teknologi aplikasi ini. “Dalam sehari biasanya 2 sampai 3 kali orderan. Omset kami Rp 4 juta,” kata manager di toko roti tersebut, Nurul.
Kios malabar dan martabak Mas Narto juga panen pesanan dari ojek online. “Sehari bisa 60 bungkus malabar yang diorder lewat Go Food. Pendapatan juga ikut meningkat. Tambahannya Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari,” kata seorang karyawannya, Jumal.
Kehadiran jasa layanan pesan makanan lewat transportasi online, salah satunya Go Food dirasakan manfaatnya oleh dokter Fahrizal Maradjabessy.
Kepada Tribun Manado, Rabu (7/6), dokter yang sedang mengambil spesialis bedah dan bertugas di RSUP Kandou Malalayang Manado itu mengaku sering pesan makanan lewat jasa transportasi online usai melakukan operasi.
Sebab, terkadang dia melakukan operasi itu sampai Subuh.
“Sekarang saya tak harus tinggalkan kantor, karena setelah operasi selesai, saya cukup memesan makanan melalui telepon,” ujarnya.
Pria 31 tahun ini mengaku biasanya memesan makanan pukul 00.00 Wita hingga 01.00 Wita.
“Biasanya hanya 15 menit langsung diantar,” kata dia.
Menu yang sering dipesannya yakni ayam goreng KFC atau nasi padang. “Seminggu biasanya tiga kali. Tapi kalau masih siang biasanya saya minta tolong sama teman,” aku dia.
Menurutnya, layanan antar dari restoran lebih lambat datangnya dibanding jasa ojek online.
“Kalau Go Food lebih cepat, dan caranya juga lebih mudah, tidak ribet. Kalau pesan melalui delivery biasanya lebih lama,” ucapnya.
Hal yang sama diakui oleh Yumike Kaparang, seorang karyawan hotel di Manado. Dia mengaku, jika sedang bekerja hingga larut malam maka pesan makanan lewat ojek online menjadi pilihan di saat perut sedang lapar.
“Biasa pesan makanan di restoran cepat saji. Tapi kalau masih petang saya pesan Sate yang ada di Sario,” kata wanita 24 tahun tersebut.
Senada disampaikan Deni Gedoan, seorang karyawan swasta di Manado. Dia mengaku sering menggunakan jasa pesan makanan ini sehingga tidak perlu meninggalkan tempat dia bekerja.
Pelanggan lainnya, Nia yang bekerja di Citraland Manado mengaku kagum atas layanan jasa ojek online yang mengantar makanan ini.
“Pernah sekali waktu hujan, saya ingin beli minuman di mal, ternyata tetap diantar padahal, saat itu hujannya sangat deras,” beber dia.
Silvana, seorang karyawan bank malah hampir setiap hari memesan makanan lewat ojek online.
Alfi Lesar, seorang marketing di sebuah hotel berbintang juga mengaku hampir setiap hari pesan makanan lewat ojek online.
“Tergantung kebutuhan juga, biasa siang saat jam makan siang dan sebelum pulang kantor untuk cemilan,” jelas Alfi.
Dia memilih pesan makanan melalui aplikasi online ketimbang pergi makan langsung ditempat makan, karena lebih mudah. “Tinggal pilih menu apa yang kita sukai,” tambahnya.
“Sejauh ini belum ada kendala dalam pemesanan. Karena setelah dipesan dicek kembali dengan cara menelepon langsung ke si tukang ojek,” tukasnya.
Kehadiran jasa layanan makanan lewat tranportasi online, salah satunya Go Food memberikan dampak positif bagi peningkatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini karena mampu meningkatkan omset pendapatan bagi pelaku usaha.
Kini warung makan dan sejenisnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak sempat masak atau karyawan yang tidak bisa keluar cari makan. Sedangkan bagi pelaku UMKM, terutama pangan diuntungkan dengan adanya jasa tersebut, karena meski pelanggan tidak datang, namun tetap bisa pesan, sehingga omset pun meningkat.
Sehingga memang dengan adanya aplikasi tersebut dapat meningkatkan pelanggan. Apalagi masyarakat saat ini semakin sibuk dengan urusannya. Selain itu juga bisa mengurangi angka pengangguran di daerah, karena mereka yang tidak punya pekerjaan bisa mengambil peluang ini. Namun demikian diharapkan manajemen perusahaan layanan jasa transportasi online memperhatikan pelaku usaha lokal dan yang membayar pajak.
Sehingga dampaknya lebih besar lagi untuk pertumbuhan ekonomi. Sebab meskipun beroperasi di Manado, namun tidak bekerjasama dengan pelaku usaha lokal, hal tersebut tidak akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi di Sulut banyak terdapat industri rumahan yang membutuhkan pemasaran untuk meningkatkan penjualan.
http://www.transonlinewatch.com/luar...sampai-ngantr/
KIta jualan pisang juga yuk jon,



0
8.1K
Kutip
40
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan