p0congkaskusAvatar border
TS
p0congkaskus
Eksploitasi Kemiskinan, Sebuah Kritik Reality Show di Bulan Ramadhan
Eksploitasi Kemiskinan, Sebuah Kritik Reality Show di Bulan Ramadhan



RILIS.ID, Jakarta— Tren penonton televisi telah bergesar dari semula berita selalu menempati waktu tayang utama (prime time) kini digusur reality show yang menjadi pamuncak. Gempuran reality show seperti talent contest, life diary maupun tayangan realitas tentang pengalaman sosial yang terjadi mendapat tempat di hati pemirsa televisi.

Menurut Penelope Coutas, kandidat doktor pendidikan Universitas Murdoch dalam tulisannya yang berjudul Fame, Fortune, Fantasy: Indonesian Idol and the New Celebrity, hingga tahun 2008 lebih dari 50 tayangan realitas yang diproduksi secara lokal dan disiarkan di sejmlah stasiun televisi partikelir di Indonesia.

“Jumlah ini meningkat cukup signifikan pada tahun 2009. Jumlah tayangan realitas di televisi Indonesia sampai dengan bulan Mei 2009 sudah mencapai 79 program,” kata pengajar bahasa Indonesia dari Sekolah Menengah Como ini.

Tayangan realitas biasanya disajikan secara aktraktif dengan membentuk simulasi atas peristiwa dalam kehidupan nyata. Prosesnya dilakukan dengan melakukan rekonstruksi dramatisir maupun inkorporasi dari peristiwa nyata yang kemudian diedit.

"Apalagi menjelang bulan Ramadhan, biasanya tayangan realitas mempertontonkan kejadian-kejadian yang berkenaan dengan ibadah. Menurut AGB Nielsen dalam Newsletter bulan Agustus 2010, program realitas merupakan salah satu program acara yang banyak diminati oleh penonton selama bulan puasa," ujarnya.

Tayangan realitas bertema Ramadhan merupakan salah satu program yang selalu mengisi prime time untuk menjadi acara unggulan beberapa stasiun televisi tanah air. Selain itu, tema-tema tentang ibadah menjadi salah satu yang favorit untuk diangkat. Terlebih tentang tayangan yang mengambil tema kehidupan kaum miskin dengan keterbatasan ekonomi dengan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.

"Kaum miskin ini harus senantiasa ikhlas untuk menunggu berkah atau tentang fenomena kelas atas yang begitu menikmati puasa dengan semua fasilitas kemewahan. Kemudian kalangan atas ini diceritakan menjadi seorang yang peduli dengan golongan kelas bawah," katanya.

Menurut Penelope, kehidupan kelas bawah hanya diproduksi menjadi objek pemuas dari industri media. Contohnya tayangan dengan judul "Orang Pinggiran" dan "Bukan Puasa Biasa", kemiskinan digambarkan begitu miris dengan rumah rusak, penghasilan rendah dan beratnya perjuangan hidup agar dapat menguras air mata dan rasa iba penonton.

"Kemiskinan mengalami obyektifikasi dengan penanda-penanda emosional seperti sajadah yang robek, sarung yang lusuh dan baju tak rapi. Kemudian terlihat kaum miskin ini tetap beribadah beralas tanah dengan atap bocor dan paparan sinar matahari yang terik," ujarnya.

"Tayangan realitas yang menyajikan pertarungan hidup kelas bawah menunjukkan kecenderungan bahwa kesusahan dan kemiskinan tidak lebih sebagai sebuah tontonan media," kritiknya.

sumber: http://rilis.id/ekploitasi-kemiskina...-ramadhan.html
0
59.2K
277
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan