fadw.crtvAvatar border
TS
fadw.crtv
Masihkah Indonesia Ber-“kemanusiaan Yang Beradab”?

Akhir-akhir ini saya merasa heran terhadap masyarakat Indonesia yang sepertinya sudah kehilangan moral dan adab mereka. Bagaimana tidak, banyaknya permasalahan yang sebenarnya tidak harus terjadi, bukan?

Hal pertamayang ingin saya bahas adalah soal apresiasi atau menghargai. Entah karena bully atau mereka yang tidak bisa berdamai dengan kehidupannya sendiri, tidak bisa menilai positif suatu usaha orang lain. Banyak yang mengkritik, bukan, bukan mengkritik, tapi menghina usaha orang lain yang bisa lebih baik dari dirinya.

Ambil contoh saja tentang pesulap kita yang menembus ajang pencarian bakat negeri orang. Kenapa banyak yang menghina usahanya? Toh juri-juri di sana tidak mempermasalahkan, bukan? Maka, dari sini kita bisa tahu bahwa masyarakat Indonesia masih pada tahap keterpurukan adab. Baik, kita tidak bisa menghardik si pelaku karena kelakuannya seperti itu, tapi bisa saja di balik dirinya, dia tidak pernah di hargai oleh teman-temannya sehingga munculah sifatnya yang tidak bisa menghargai orang lain.

Kita tahu rasanya dihina itu tidak enak, sakit, perih. Lalu, kenapa kita masih melakukannya? Bisakah kita sekedar mengetahuinya dan hanya diam, atau cukup berkata “oh” tanpa perlu menghina? Atau masih beralasan itu bercanda? Saya rasa bercanda itu bukan untuk menjatuhkan percaya diri seseorang.

Sekarang saya mau mengambil contoh yang kedua. Seorang mahasiswa Indonesia yang masuk nominasi Internasional, iya, mahasiswa Indonesia, tetapi jangan heran yang tertulis di samping fotonya adalah universitas asal Jepang. Baik, katanya sih kerja sama dengan universitas di Indonesia, tapi kalau yang ditulis itu bukan asal Indonesia, kalau dia menang bukankah Jepang yang lebih terdengar? Baik, kapasitas saya memang tidak terlalu banyak tahu tentang sistem-sistem seperti itu.

Pertanyaan saya adalah kenapa pemerintah Indonesia seolah tidak mau membiayai prospek-prospek Indonesia yang sebetulnya bisa bersaing dengan dunia. Sebenarnya jika pemerintah mau membiayai, Indonesia pasti akan kecipratan untungnya, bukan? Tapi sayang, seolah mereka masa bodoh dengan kekayaan Indonesia ketimbang kekayaan sendiri. Mudah-mudahan kalimat terakhir hanya tulisan belaka.

Hal kedua yang ingin saya bahas adalah Bangsa Indonesia. Kenapa emangnya bangsa Indonesia? Bangsa itu seharusnya bersatu, bukan? Bahkan dengan bangsa negara lain pun seharusnya bisa berdamai. Namun, sepertinya kelompok-kelompok yang mementingkan kepentingan pribadi merusak damai bangsa Indonesia.

Baik kita kembali ke jaman di mana Indonesia masih dijajah. Kelompok itu bernama Bangsa Indonesia, yang mengusir penjajah untuk merdeka. Tujuan mereka jelas, untuk merdeka, mengusir mereka yang merenggut hak-hak bangsa Indonesia. Maju sedikit saat Indonesia telah merdeka, ada kelompok mahasiswa yang membela hak-haknya, hak untuk terbebas dari kemiskinan dan kebodohan.

Lalu hari ini, kelompok satu dan kelompok yang lain saling perang, bentrok, tawuran gara-gara wanita ketua kelompok terusik. Atau mungkin karena mereka tidak ada kerjaan dan iseng-iseng ingin bunuh saudara sebangsa sendiri. He, sebercanda itukah kalian?

Damai, damai, damai itu lah yang harus dikedepankan. Beradab, bukan biadab. Keringat kalian sajalah yang mengucur menetes ketanah, tak perlu sampai darah saudara kalian yang menodai aspal jalanan. Terkadang, yang berteriak damai itu yang paling sulit untuk damai.

Marilah kita mengamalkan sila kedua dari Pancasila kita, kemanusiaan yang adil dan beradab. Jangan hanya adil, tapi beradab pula. Memangnya kalian terima jika kalian diberi makan yang adil dengan semua orang tetapi makanan itu dilempar atau yang memberinya tidak punya adab?
0
2.7K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan