Akhir – akhir ini setelah Indonesia di terpa serangan sentimen SARA yang tak habis – habis menjelang pilkada, ada hal menarik dan absurd yang bisa pahami melalu sudut pandang lain. Kita tahu bahwa sebelum pilkada DKI beberapa orang atau kelompok mengikuti demo yang berseri – seri atau bisa dikatakan masuk dalam 212 cinematic universe. Jika kita lihat mereka akan selalu mendengungkan soal jumlah orang yang mengikuti demo tersebut hingga yakin bahwa demo itu diikuti lebih dari jutaan orang ketika tampil di pemberitaan media. Tidak cukup sampai situ, kasus chat sex Rizieq dan juga pembubaran HTI juga melakukan hal yang sama bedanya mereka mengatakan bahwa pengacara dalam jumlah besar akan hadir di kasus tersebut.
Lalu kenapa mereka propaganda seperti itu digunakan? Lihat pejelasan berikut
Propaganda Bandwagon atau seruan mengikuti pihak mayoritas merupakan propaganda yang berisi imbauan untuk mengajak khalayak masyarakat untuk bergabung dengan kelompoknya karena kelompoknya mempunyai tujuan baik dan menyenangkan. Selain bergabung juga bisa sekedar mendukung atau cuma menggemari atau bahkan mempunya pandangan yang sama dengan kelompok tersebut. Kunci dari propaganda ini adalah memainkan citra yang baik.
Disini propagandis harus turun ke lapangan untuk menjalankan aksinya, tak cuma sembunyi dibalik layar. Teknik ini digunakan untuk meyakinkan target propagandis untuk segera bergabung dengan kelompok tersebut dengan menerima program yang diberikan sang propagandis.
Dengan kata lain bahwa propaganda ini merupakan teknik penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan, gagasan atau produk diinginkan banyak orang atau mempunyai dukungan luas meski tidak dikatakan secara spesifik. Selain itu menggambarkan seolah hal – hal tadi mempunyai unsur yang seolah penting, menarik dan dibutuhkan. Teknik ini berupaya memainkan perasaan atau emosional kelompok sesuai yang dikehendaki sang propagandis. Teknik ini sangat mirip dengan teknik testimoni, namun cara yang digunakan untuk menarik perhatian adalah dengan lebih dahulu membentuk kelompok dan melancarkan himbauan.
Contoh mudah dari propaganda ini ketika kita melihat berita entah lewat media cetak atau sosial media dengan judul, “Jutaan Orang Mendukung Program Anti Korupsi,”, “Lihatlah Semua Orang Mendukung Capres X,”, atau “Ribuan Orang Mendesak agar Pak Anu Ditangkap.”
Teknik ini menempatkan target sebagai minoritas, dan agar tidak menjadi minoritas maka ia harus bergabung dengan kelompok mayoritas. Jika ternyata target sudah menaruh simpati, teknik ini dapat meneguhkan atau menguatkan mereka dengan mendemostrasikan mereka bahwa mereka sudah berada di pihak yang benar dan baik bersama dengan kelompok yang mereka taruh simpati itu.
Dalam kehidupan nyata misalnya, penggunaan teknik ini bisa kita temukan ketika seorang propagandis menyewa sebuah auditorium, stadion, stasiun radio siaran atau stasiun televisi. Dia membariskan puluhan ribu orang dalam sebuah parade atau kampanye atau acara sejenis lainnya, menggunakan simbol warna, musik, gerakkan dan segala seni dramatis lainnya.
Dia akan meminta massa untuk mengirimkan telegram, sms, chat, status atau komentar di sosial media, menulis surat, mengemukakan pendapat dan komentar terkait perbuatannya. Dia menggunakan perasaan kebanyakan orang dengan memasuki kerumunan massa. Dia membangkitkan semangat kelompok manusia, mengikat mereka dengan ikatan ras, etnis, suku, agama, gender, status sosial, profesi, ideologi, kebangsaan dan sebagainya. Disini, propagandis berkampanye untuk mendukung atau menentang sebuah program, kebijakan atau isu – isu tertentu dan menggugah emosi sebagai seorang islam, katolik, hindu, atau protestan, sebagai petani, buruh tambang, ibu rumah tangga atau guru sekolah untuk mengikuti barisan mereka.
Dengan teknik ini, segala bentuk kesamaan indah diupayakan, bahkan yang bersifaf menjilat orang banyak sekalipun digunakan untuk menimbulkan dan menghilangkan ketakutan, kebencian, prasangka, bias, keyakinan dan ide yang dianut oleh sebuah kelompok. Emosi ini sengaja diciptakan agar bisa mendorong atau menarik massa agar bisa menjadi anggota kelompok pada suati gerbong (bandwagon).
Tema dasar gugahan bandwagon ialah, “orang lain mengerjakan hal itu, maka Anda sebaiknya mengerjakannya juga.” Karena sebagian dari massa tidak ketinggalan, teknik ini bisa sangat berhasil. Namun asosiasi propaganda atau IPA menyatakan bahwa “tidak pernah sangat banyak kerumunan orang bergegas melompat kedalam gerbong, ketika propagandis mengatakan banyak orang masuk ke dalam gerbong (kelompoknya).” Maksud dari pernyataan ini adalah para kerumunan itu tidak semuanya akan bergabung kedalam kelompok yang dipropagandakan sang propagandis apabila menemui faktor tertentu seperti sikap kritis atau rasional.
Pengukuran keberhasilan propaganda ini bisa melalui beberapa hal seperti program yang dipropagandakan propagandis, dan bukti mendukung dan menolak program, apa tujuan yang hendak dicapai apakah kepentingan kolektif atau individu.
Terkait fenomena yang marak akhir – akhir ini dalam 212 cinematic universe misalnya dimana mereka yang mendukung, ikut bergabung hingga alumninya yang terus membuat gebrakan yang hebatnya nembus galaksi sebelah, propaganda teknik seringkali digunakan. Tujuannya ialah selain mencari anggota, setidaknya juga minimal mencari orang yang simpati dan tertarik sehingga setuju dan mendukung akan apa yang propagandis lakukan misal demo 212 memenjarakan Mr Ah. Propagandis disini akan menghimbau akan program atau tujuan propagandanya kepada calon anggota atau target propaganda yaitu demonstrasi untuk memenjarakan Mr Ah. Propagandis akan menggambarkan seolah acara itu banyak yang ikut, hal ini akan menggambarkan bahwa acara itu penting dan menarik di kalangan sebagian masyarakat. Semakin banyak yang ikut maka semakin menarik perhatian pula acaranya. Ketika di lapangan nanti, sang propagandis akan mengklaim bahwa acaranya diikuti oleh banyak orang sampai jutaan, terutama ketika masuk ke berita media massa nanti akan menjadi nilai bahwa acara itu banyak didukung dan membuat banyak orang bergabung dan ini nantinya akan membuat pembaca juga tertarik akan demo tersebut dan bergabung atau mendukung tujuan propaganda mereka.
Belum selesai sampai situ, sama seperti yang dibahas sebelumnya bahwa ada unsur citra baik dalam tujuannya, propagandis akan menghimbau dan menggambarkan tujuan propaganda atau programnya sangat baik sehingga orang – orang kedepannya akan bergabung atau setidaknya mendukung mereka. Misalnya seperti mengajak untuk berdoa agar Indonesia tak lagi ada penista agama, lalu tentang keselamatan NKRI, lalu membela ulama, dan tentunya inti acara yaitu memenjarakan Mr Ah.
Lalu bagaimana propagandis mengajak agar nantinya orang semakin mendukung gagasan propagandanya?
Seperti tulisan sebelumnya bahwa permainan emosi atau perasaan sangat berperan disini. Ketika di lapangan, sang propagandis dengan lantang menyuarakan pendapatnya yang terbilang provokatif agar bisa memancing emosi negatif menurunkan emosi positif seperti kesabaran seperti amarah dan juga menambah semangat mereka karena sosok yang mereka demo sudah melecehkan unsur keyakinan mereka. Menaikan gengsi dan nama baik, agar tidak diinjak – injak juga meruapakan hal yang didengungkan agar para anggota itu semakin bersemangat.
Teknik ini juga berlaku di acara event musik, olahraga seperti jalan sehat, dan lain sebagainya. Termasuk kasus HRS dan pembubaran HTI yang menggunakan ratusan atau ribuan pengacara itu.
Sekian yang bisa dibahas, salam sejahtera selalu.
Shoelhi, Muhammad.2012.Propaganda dalam Komunikasi Interasional.Bandung:Simbiosa Rekatama Media