- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal 7 Tokoh Besar Nasional Dari Jombang


TS
lobesegitelu
Mengenal 7 Tokoh Besar Nasional Dari Jombang
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.
"Jasmerah"
"Jasmerah"

Indonesia melahirkan banyak tokoh pemikir Islam. Tak hanya berpengaruh di Nusantara, tokoh-tokoh itu juga kondang hingga negeri manca.
Di antara para pemikir itu berasal dari Kota Jombang, Jawa Timur. Dari kota yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Surabaya ini lahir tujuh tokoh besar Islam.
Para tokoh dari kota santri –julukan Jombang– itu mampu melahirkan pemikiran dan gagasan berlian bagi kemajuan bangsa Indonesia, sejak zaman pra kemerdekaan hingga saat ini. Meskipun nama mereka jarang dicantumkan dalam buku-buku teks pelajaran di sekolah.
Bagaimanapun juga, pahlawan rakyat tetaplah pahlawan bagi rakyat, meskipun tidak digembor-gemborkan tetap saja pahlawan bagi para pecintanya.
Berikut tokoh kharismatik yang berasal dari Jombang. Berikut adalah daftar dan biografi singkat para tokoh Jombang :
1. KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
Spoiler for Biografi Dan Peranan:

Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru. sumber
Quote:
“Hadratus syekh” Bukan Gelar Sembarangan
Jangan disangka kharisma dan ketokohan KH Muhammad Hasyim Asyari hanya diakui di Jawa. Ia disegani pula para ulama dunia Islam sejak masih mukim di Haramain. Itulah mengapa pendiri Nahdlatul Ulama ini memiliki gelar atau predikat “hadratussyekh”. Gelar ini tidak disandang sembarangan ulama, kecuali bagi yang telah memenuhi kualifikasi keilmuan yang tinggi termasuk dalam bidang ilmu hadits.
Hal itu diungkapkan Kiai Muwafiq dari Yogyakarta saat ceramah dalam rangka Harlah ke-93 NU yang diselenggarakan PCNU Temanggung di area Kampus STAINU Temanggung, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (21/4).
Kiai Muwafiq menjelaskan, dengan atribut “hadratus syekh” yang disandang sejak dari Mekkah ini, dipastikan KH Hasyim Asyari selain menguasai secara mendalam berbagai disiplin keilmuan Islam, juga hafal kitab-kitab babon hadits dari Kutubus Sittah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bukhori Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah.
sumber
Jangan disangka kharisma dan ketokohan KH Muhammad Hasyim Asyari hanya diakui di Jawa. Ia disegani pula para ulama dunia Islam sejak masih mukim di Haramain. Itulah mengapa pendiri Nahdlatul Ulama ini memiliki gelar atau predikat “hadratussyekh”. Gelar ini tidak disandang sembarangan ulama, kecuali bagi yang telah memenuhi kualifikasi keilmuan yang tinggi termasuk dalam bidang ilmu hadits.
Hal itu diungkapkan Kiai Muwafiq dari Yogyakarta saat ceramah dalam rangka Harlah ke-93 NU yang diselenggarakan PCNU Temanggung di area Kampus STAINU Temanggung, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (21/4).
Kiai Muwafiq menjelaskan, dengan atribut “hadratus syekh” yang disandang sejak dari Mekkah ini, dipastikan KH Hasyim Asyari selain menguasai secara mendalam berbagai disiplin keilmuan Islam, juga hafal kitab-kitab babon hadits dari Kutubus Sittah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bukhori Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah.
sumber
Quote:
Kitab Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari :
1. Adabul 'Alim Wal Muta'allim adalah sebuah kitab yang mengupas tentang pentingnya menuntut dan menghormati ilmu serta guru.
2. Risalah Ahlis Sunnah Wal Jama'ah merupakan pedoman bagi warga NU dalam mempelajari tentang apa yang disebut ahlus sunnah wal jama'ah atau sering disingkat dengan ASWAJA.
3. At-Tibyan Fin Nahyi An-Muqothoatil Arham Wal Aqorib Wal Ikhwan merupakan kumpulan beberapa pikiran khususnya yang berhubungan dengan Nahdlatul Ulama.
4. An-Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin merupakan karya KH. Muhammad Hasyim Asy'ari yang menjelaskan tentang rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW.
5. Ziyadatut Ta'liqot merupakan kitab yang berisi tentang polemik beliau dengan KH. Abdullah Bin Yasin Pasuruan tentang beberapa hal yang berkembang pada masa itu.
6. At-Tanbihatul Wajibat Li Man Yasna' Al-Maulid Bil Munkaroti adalah sebuah kitab tentang pandangan KH. Muhammad Hasyim Asy'ari tantang peringatan maulid nabi Muhammad SAW yang disertai dengan perbuatan maksiat atau munkar.
7. Dhou'ul Misbah Fi Bayani Ahkamin Nikah berisi pikiran ataupun pandangan KH. Muhammad Hasyim Asy'ari tentang lembaga perkimpoian. Dalam kitab tersebut, beliau menangkap betapa pada saat itu, banyak pemuda yang ingin menikah, akan tetapi tidak mengtahui syarat dan rukunnya nikah.
Quote:
Peran dalam Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan dan Penjajahan Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.
Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.
sumber
Perjuangan dan Penjajahan Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.
Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.
sumber
2. KH. A Wahab Chasbullah
Spoiler for Biografi Dan Peranan:

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.
Berjasa Gagalkan Pembongkaran Makam Nabi
Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menilai, perjuangan KH Wahab Chasbullah masih bisa dirasakan umat Islam hingga saat ini. Salah satu jasa Mbah Wahab adalah aksi nyatanya dalam menggagalkan rencana pembongkaran makam Rasulullah oleh kerajaan Arab Saudi waktu itu.
"Dengan komite Hijaznya Mbah Wahab berangkat melakukan lobi-lobi pada kerajaan Arab untuk tidak membongkar makam Rasul. Dan akhirnya sampai sekarang makam itu masih ada tidak dibongkar," beber pria yang akrab disapa Gus Ipul ini dalam acara puncak Haul ke-43 KH Wahab Chasbullah di Jombang, Sabtu (6/9).
Tak hanya itu, menurut Gus Ipul, upaya Saudi untuk mengekang kebebasan bermadzhab juga berhasil diurungkan Mbah Wahab yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama ini. Diperbolehkannya jamaah haji menjalankan ibadah sesuai madzhabnya, lanjutnya, juga tak lepas dari perjuangan Mbah Wahab.
Pada kesempatan tersebut, mantan Ketua Umum PP GP Ansor ini juga meminta umat Islam bisa meneladani perjuangan KH Wahab Chasbullah dalam memperjuangkan agama dan bangsa. Baginya, KH Wahab telah mengajarkan berjuang untuk membela tanah airnya sendiri daripada pergi berjihad ke negara lain.
"Seharusnya umat Islam mau meneladani apa yang telah dilakukan oleh Mbah Wahab. Kalau kita mau meneladani beliau, maka umat Islam khususnya Indonesia tidak perlu berjuang ke Iraq atau syiria," ujarnya menyinggung mereka yang mengikuti ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) untuk berjihad di Irak dan Syiria.
sumber
3. KH. Bisri Syansuri
Spoiler for Biografi:

Kiai Haji Bisri Syansuri (lahir di Pati, Jawa Tengah, 18 September 1886 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 April 1980 pada umur 93 tahun) seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam. Bisri Syansuri juga pernah aktif berpolitik, antara lain sempat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi anggota Dewan Konstituante, ketua Majelis Syuro Partai Persatuan Pembangunan dan sebagai Rais Aam NU. Ia adalah kakek dari Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia keempat.
4. KH. Romli Tamim
Spoiler for Biografi:

Jika kita melihat teks Istighosah di kalangan Nahdliyyin kini, hal itu tak lepas dari nama KH. Muhammad Romli Tamim, sang penyusun Istighotsah, yang juga seorang sesepuh Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Indonesia.
Para santri Pondok Njoso (PP.Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang), biasa menyebutnya dengan sebutan agung, Mbah Yai Romli. Mbah Yai Romli adalah pengasuh Pondok Njoso generasi kedua, sepeninggal ayah beliau, KH.Tamim Irsyad. Mbah Yai Romli adalah putra ke 3 dari 4 bersaudara. Kakak beliau, Gus M. Fadil, meninggal sejak belia. Kakak kedua beliau adalah Nyai Siti Fatimah, istri dari KH.Cholil Juremi (Mursyid Pertama), yang kelak menjadi guru tasawwuf beliau. Adik beliau, KH.Umar Tamim, adalah ayah dari KH.As’ad Umar, Pengasuh Pondok Njoso, speninggal Dr. KH. Musta’in Romli.
sumber
5. KH. A. Wahid Hasyim
Spoiler for Biografi:

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.
Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 ia ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 ia mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
6. KH. Abdurrahman Wahid
Spoiler for Biografi:

Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun)[1] adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
7. Emha Ainun Najib (Cak Nun)
Spoiler for Biografi:

Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun (lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 64 tahun) adalah seorang tokoh intelektual berkebangsaan Indonesia yang mengusung napas Islami. Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora patheken". Emha juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku yang ditulisnya.
Essai/Buku:
Dari Pojok Sejarah (1985),
Sastra yang Membebaskan (1985)
Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
Markesot Bertutur (1993),
Markesot Bertutur Lagi (1994),
Opini Plesetan (1996),
Gerakan Punakawan (1994),
Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
Slilit Sang Kiai (1991),
Sudrun Gugat (1994),
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
Bola- Bola Kultural (1996),
Budaya Tanding (1995),
Titik Nadir Demokrasi (1995),
Tuhanpun Berpuasa (1996),
Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997),
Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997),
Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998),
Kiai Kocar Kacir (1998),
Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (Penerbit Zaituna, 1998),
Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999),
Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
Menelusuri Titik Keimanan (2001),
Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
Segitiga Cinta (2001),
Kitab Ketentraman (2001),
Trilogi Kumpulan Puisi (2001),
Tahajjud Cinta (2003),
Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003),
Folklore Madura (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Puasa Itu Puasa (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Syair-Syair Asmaul Husna (Agustus 2005, Yogyakarta; Penerbit Progress)
Kafir Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Kerajaan Indonesia (Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006; Penerbit Kompas),
Istriku Seribu (Desember 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Orang Maiyah (Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,),
Tidak. Jibril Tidak Pensiun (Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Kagum Pada Orang Indonesia (Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Mei 2008, Yogyakarta: Penerbit Progress)
DEMOKRASI La Raiba Fih(cet ketiga, Mei 2010, Jakarta: Kompas)
sumber
Quote:
Yups Saya sangat Setuju dengan kutipan bung Karno Di atas, agar tidak kehilangan jati diri kita sebagai bangsa, meskipun kenyataan yang terjadi sekarang justru sangat bertolak belakang seperti harapan Bung Karno. begitu mudahnya kita melupakan jasa-jasa orang terdahulu, bahkan kita belum tentu ingat sejarah 5 tahun kebelakang, seolah-olah Kita dengan mudah mengatakan Jasa-jasa mereka hanya masa lalu dan biarlah berlalu.
Sekian Dari Saya Nubitol HAHAHA
Kunjungi Esai Cak Nun di trit Saya
Diubah oleh lobesegitelu 31-05-2017 18:22
0
9.4K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan