- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Setya Novanto Berpeluang Dampingi Jokowi, JK Pilih Momong Cucu


TS
duomiloser
Setya Novanto Berpeluang Dampingi Jokowi, JK Pilih Momong Cucu
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto berpeluang menjadi pendamping Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Peluang itu terbuka lebar setelah Partai Golkar memutuskan mengusung Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019 selaku calon Presiden.
"Di dunia politik peluang itu pasti ada tapi kita tidak bisa mendahului dari proses-proses komunikasi politik yang kita lakukan," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham saat ditemui di sela Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Novotel, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (23/5/2017).
Namun demikian, Partai Golkar menyerahkan kepada Joko Widodo untuk melakukan penjaringan calon wakil Presiden yang akan mendampinginya di Pemilu Presiden 2019.
Menurut Idrus, perlu ada komunikasi intensif yang lebih produktif dengan calon Presiden untuk menjamin kemenangan Pemilu 2019 lebih spektakuler dan menjamin bahwa Jokowi dan pasangannya tersebut dapat mewujudkan target-target programnya.
"Saya kira semua ini bisa," kata mantan anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Timur itu.
Untuk diketahui, usul untuk membahas calon wakil Presiden penamping Jokowi dilontarkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Pria yang akrab disapa Ical itu menilai, hal strategis seperti soal cawapres Jokowi bisa dibahas lebih lanjut pada Rapimnas kali ini.
Menurut Ical, Golkar juga masih memiliki peluang untuk mengusulkan nama kadernya sebagai cawapres Jokowi.
"Posisi capres sudah jelas yaitu Pak Presiden Jokowi. Namun posisi cawapres masih kosong. Sebagai partai apa yang harus kita lakukan dalam soal ini? Apakah kita akan mengusulkan satu atau dua nama dari Partai Golkar untuk mendampingi beliau?" tanya Ical kepada peserta Rapimnas saat memberikan pengarahan.
Pertanyaan Ical pun mendapatkan jawaban positif dari hadirin yang juga menilai bahwa Golkar perlu mengusulkan nama kadernya untuk dijadikan calon pendamping Jokowi pada Pemilu Presiden 2019.
Setya Novanto memilih menyerahkan penjaringan calon Wakil Presiden kepada Joko Widodo.
Ia hanya menyebut, cawapres pasangan Jokowi haruslah seseorang yang memiliki keterikatan yang baik dengan Jokowi.
"Presiden yang bisa menentukan. Jangan sampai wakil itu chemistry-nya enggak sama dengan Presiden," kata Novanto.
Dia mengatakan, saat ini belum ada kader di internal partai yang diusulkan menjadi cawapres Jokowi.
Sebab, akan menjadi berbahaya jika memaksakan menyodorkan nama kader Golkar namun tak cocok dengan Jokowi.
"Kita harus hati-hati kalau soal itu, kita percayakan saja pada Presiden," ujar Ketua DPR RI itu.
Dia pun menjawab diplomatis soal kemungkinan dirinya mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang.
"Wah saya ini yang penting semuanya selamat saja sudah makasih. Jangan mikir jauh-jauh. Saya ini cukup selesaikan tugas-tugas kerja saya yang bisa selesai dengan selamat," tutur Novanto.
"Golkar-nya selamat, sudah dan bisa berjuang untuk kepentingan bangsa negara," sambungnya.
Kalla Istirahat
Terpisah, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memilih takkan maju lagi dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) pada 2019.
Hal itu ia utarakan ketika ditanya soal keinginan Dewan Pembina DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie yang menyebut, partainya perlu untuk segera membahas usulan calon wakil Presiden pendamping Jokowi Widodo.
Terlebih, usai partai berlambang Beringin itu resmi mengusung Joko Widodo untuk Pilpres 2019.
"Perlu lah di internal Golkar (dibahas). Golkar perlu mengevaluasi kader yang cocok untuk itu (calon wapres). Yang jelas bukan saya," kata Kalla di rumah dinas Wakil Kepresidenan, Jakarta.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut mengaku ingin beristirahat, ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk keluarga.
"Saya kan mau istirahat setelah ini. Pastilah ingin menikmati dengan cucu dan sebagainya," kata Kalla.
Kalla juga menilai, Golkar memang perlu untuk segera mencari calon pasangan Jokowi. Hanya saja, saat ini waktunya belum tepat.
"Tentang Wapres, memang perlu, tapi persoalannya apa sudah waktunya? Kan Presiden dan Wapres itu selalu bukan keinginan satu partai," kata Kalla.
Menurut Kalla, sebelum membahas mengenai masalah calon wakil presiden, Golkar seharusnya membangun koalisi partai terlebih dulu.
"Jadi pembicaraannya koalisi. Tapi kalau untuk menetapkan pada dewasa ini pasti belum waktunya. Karena butuh koalisi juga. Koalisi saja belum terbentuk, apalagi mengusulkan pasangannya," ujar dia. (kps)
Halaman sebelumnya
http://m.tribunnews.com/nasional/2017/05/24/setya-novanto-berpeluang-dampingi-jokowi-jk-pilih-momong-cucu?page=3
Peluang itu terbuka lebar setelah Partai Golkar memutuskan mengusung Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019 selaku calon Presiden.
"Di dunia politik peluang itu pasti ada tapi kita tidak bisa mendahului dari proses-proses komunikasi politik yang kita lakukan," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham saat ditemui di sela Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Novotel, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (23/5/2017).
Namun demikian, Partai Golkar menyerahkan kepada Joko Widodo untuk melakukan penjaringan calon wakil Presiden yang akan mendampinginya di Pemilu Presiden 2019.
Menurut Idrus, perlu ada komunikasi intensif yang lebih produktif dengan calon Presiden untuk menjamin kemenangan Pemilu 2019 lebih spektakuler dan menjamin bahwa Jokowi dan pasangannya tersebut dapat mewujudkan target-target programnya.
"Saya kira semua ini bisa," kata mantan anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Timur itu.
Untuk diketahui, usul untuk membahas calon wakil Presiden penamping Jokowi dilontarkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Pria yang akrab disapa Ical itu menilai, hal strategis seperti soal cawapres Jokowi bisa dibahas lebih lanjut pada Rapimnas kali ini.
Menurut Ical, Golkar juga masih memiliki peluang untuk mengusulkan nama kadernya sebagai cawapres Jokowi.
"Posisi capres sudah jelas yaitu Pak Presiden Jokowi. Namun posisi cawapres masih kosong. Sebagai partai apa yang harus kita lakukan dalam soal ini? Apakah kita akan mengusulkan satu atau dua nama dari Partai Golkar untuk mendampingi beliau?" tanya Ical kepada peserta Rapimnas saat memberikan pengarahan.
Pertanyaan Ical pun mendapatkan jawaban positif dari hadirin yang juga menilai bahwa Golkar perlu mengusulkan nama kadernya untuk dijadikan calon pendamping Jokowi pada Pemilu Presiden 2019.
Setya Novanto memilih menyerahkan penjaringan calon Wakil Presiden kepada Joko Widodo.
Ia hanya menyebut, cawapres pasangan Jokowi haruslah seseorang yang memiliki keterikatan yang baik dengan Jokowi.
"Presiden yang bisa menentukan. Jangan sampai wakil itu chemistry-nya enggak sama dengan Presiden," kata Novanto.
Dia mengatakan, saat ini belum ada kader di internal partai yang diusulkan menjadi cawapres Jokowi.
Sebab, akan menjadi berbahaya jika memaksakan menyodorkan nama kader Golkar namun tak cocok dengan Jokowi.
"Kita harus hati-hati kalau soal itu, kita percayakan saja pada Presiden," ujar Ketua DPR RI itu.
Dia pun menjawab diplomatis soal kemungkinan dirinya mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang.
"Wah saya ini yang penting semuanya selamat saja sudah makasih. Jangan mikir jauh-jauh. Saya ini cukup selesaikan tugas-tugas kerja saya yang bisa selesai dengan selamat," tutur Novanto.
"Golkar-nya selamat, sudah dan bisa berjuang untuk kepentingan bangsa negara," sambungnya.
Kalla Istirahat
Terpisah, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memilih takkan maju lagi dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) pada 2019.
Hal itu ia utarakan ketika ditanya soal keinginan Dewan Pembina DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie yang menyebut, partainya perlu untuk segera membahas usulan calon wakil Presiden pendamping Jokowi Widodo.
Terlebih, usai partai berlambang Beringin itu resmi mengusung Joko Widodo untuk Pilpres 2019.
"Perlu lah di internal Golkar (dibahas). Golkar perlu mengevaluasi kader yang cocok untuk itu (calon wapres). Yang jelas bukan saya," kata Kalla di rumah dinas Wakil Kepresidenan, Jakarta.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut mengaku ingin beristirahat, ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk keluarga.
"Saya kan mau istirahat setelah ini. Pastilah ingin menikmati dengan cucu dan sebagainya," kata Kalla.
Kalla juga menilai, Golkar memang perlu untuk segera mencari calon pasangan Jokowi. Hanya saja, saat ini waktunya belum tepat.
"Tentang Wapres, memang perlu, tapi persoalannya apa sudah waktunya? Kan Presiden dan Wapres itu selalu bukan keinginan satu partai," kata Kalla.
Menurut Kalla, sebelum membahas mengenai masalah calon wakil presiden, Golkar seharusnya membangun koalisi partai terlebih dulu.
"Jadi pembicaraannya koalisi. Tapi kalau untuk menetapkan pada dewasa ini pasti belum waktunya. Karena butuh koalisi juga. Koalisi saja belum terbentuk, apalagi mengusulkan pasangannya," ujar dia. (kps)
Halaman sebelumnya
http://m.tribunnews.com/nasional/2017/05/24/setya-novanto-berpeluang-dampingi-jokowi-jk-pilih-momong-cucu?page=3
ayo.. yang ga suka opa JK jadi wapres sekarang..
sudah ada gantinya tuh..
Papah Nopah..

Pakde-Papah



tien212700 memberi reputasi
1
11.3K
Kutip
158
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan