- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Liga Italia
FIGC Batalkan Hukuman untuk Muntari


TS
Kaskus Sport
FIGC Batalkan Hukuman untuk Muntari
Sanksi larangan satu pertandingan untuk gelandang Pescara, Sulley Muntari, ditangguhkan oleh Federasi Sepakbola Italia, FIGC. Sanksi ini sendiri awalnya didapatkan Muntari setelah memprotes wasit karena aksi suporter Cagliari yang melancarkan aksi rasisme.
Muntari mengeluh kepada wasit yang memimpin pertandingan, Daniele Minelli. Namun, Minelli justru memberinya kartu kuning. Sebagai bentuk protes, Muntari pun memutuskan untuk berjalan ke luar lapangan, yang justru diberikan kartu kuning kedua.

Komite Disiplin Serie A menguatkan keputusan wasit tersebut dengan memberikan sanksi otomatis larangan bertanding sebanyak satu pertandingan. Cagliari sendiri terhindar dari sanksi karena berdasarkan laporan wasit, hanya 10 suporter atau kurang dari satu persen dari sembilan ribu penonton yang terlibat dalam aksi rasisme tersebut.
Uni Pesepakbola Dunia, Fifpro, meminta hukuman tersebut untuk dihapuskan. Selain itu, mantan penyerang Tottenham Hotspur yang juga aktivis di Kick It Out, Garth Crooks, mengajak para pemain berkulit hitam di Italia untuk bergerak kalau Muntari dipaksa untuk menaati sanksi tersebut.
Teriakan rasis kepada Muntari sudah terdengar sejak babak pertama. Muntari pun mencoba untuk mengurangi rasisme tersebut dengan memberikan kostumnya kepada seorang anak. Di babak kedua, ejekan tersbut terus berlanjut. Mantan pemain yang pernah membela Portsmouth, Inter, dan AC Milan ini pun bicara pada Minelli untuk menghentikan pertandingan.
"Wasit di sana bukan cuma berdiri di atas lapangan dan meniup peluitnya. Dia harus mengelola segalanya. DIa juga harus mendengar hal-hal itu dan sejumlah contoh lain," kata Muntari.
Atas keputusan FIGC tersebut, Muntari kini boleh bertanding di pertandingan Pescara selanjutnya saat menghadapi Crotone pada Minggu depan.
Tekanan
Kasus yang menimpa Muntari mendapatkan perhatian luas, terutama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketua Komisi Hak Asasi Manusia, Zeid Ra'ad al Hussein, mengapresiasi tindakan Muntari yang memperjuangkan haknya sebagai pesepakbola.

Dalam wawancara dengan BBC, pemain timnas Ghana ini menyatakan bahwa rasisme ada di mana-mana dan kian memburuk. "Aku berjalan melewati neraka. Aku diperlakukan seperti seorang kriminal. Aku keluar lapangan karena aku rasa itu tidak benar buatku untuk ada di atas lapangan sementara aku dilecehkan secara rasial," kata Muntari kepada BBC.
Muntari pun menegaskan kalau suatu hari nanti ia mengalami hal serupa, ia tak akan ragu untuk meninggalkan lapangan lagi. Ia pun merekomendasikan koleganya yang lain kalau mereka merasa sesuatu tak benar, mereka bisa keluar dari lapangan.
"FIFA dan UEFA hanya peduli atas apa yang mereka ingin pedulikan. Kalau mereka ingin memerangi rasisme, mereka mestinya bisa untuk mengatasinya," kata Muntari.Apa yang terjadi di Italia justru bertentangan dengan semangat UEFA yang ingin mengeliminasi rasisme, diskriminasi, dan intoleransi, dari sepakbola, yang mana itu mereupakan prioritas utama organisasi tersebut.
Muntari sendiri meminta agar Italia mencontoh apa yang dilakuakn di Inggris. Muntari yang juga pernah bermain untuk Sunderland ini mengaku tak pernah merasakan pelecehan rasial di Premier League.
"Aku tak pernah mendengar yang seperti itu di Inggris karena kau pikir mereka tak menoleransinya," kata Muntari. "Orang-orang yang rasis takut melakukannya di stadion karena mereka akan dituntut dan dilarang. Namun, di Italia mereka masih bebas."
Muntari mengeluh kepada wasit yang memimpin pertandingan, Daniele Minelli. Namun, Minelli justru memberinya kartu kuning. Sebagai bentuk protes, Muntari pun memutuskan untuk berjalan ke luar lapangan, yang justru diberikan kartu kuning kedua.

Komite Disiplin Serie A menguatkan keputusan wasit tersebut dengan memberikan sanksi otomatis larangan bertanding sebanyak satu pertandingan. Cagliari sendiri terhindar dari sanksi karena berdasarkan laporan wasit, hanya 10 suporter atau kurang dari satu persen dari sembilan ribu penonton yang terlibat dalam aksi rasisme tersebut.
Uni Pesepakbola Dunia, Fifpro, meminta hukuman tersebut untuk dihapuskan. Selain itu, mantan penyerang Tottenham Hotspur yang juga aktivis di Kick It Out, Garth Crooks, mengajak para pemain berkulit hitam di Italia untuk bergerak kalau Muntari dipaksa untuk menaati sanksi tersebut.
Teriakan rasis kepada Muntari sudah terdengar sejak babak pertama. Muntari pun mencoba untuk mengurangi rasisme tersebut dengan memberikan kostumnya kepada seorang anak. Di babak kedua, ejekan tersbut terus berlanjut. Mantan pemain yang pernah membela Portsmouth, Inter, dan AC Milan ini pun bicara pada Minelli untuk menghentikan pertandingan.
"Wasit di sana bukan cuma berdiri di atas lapangan dan meniup peluitnya. Dia harus mengelola segalanya. DIa juga harus mendengar hal-hal itu dan sejumlah contoh lain," kata Muntari.
Atas keputusan FIGC tersebut, Muntari kini boleh bertanding di pertandingan Pescara selanjutnya saat menghadapi Crotone pada Minggu depan.
Tekanan
Kasus yang menimpa Muntari mendapatkan perhatian luas, terutama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketua Komisi Hak Asasi Manusia, Zeid Ra'ad al Hussein, mengapresiasi tindakan Muntari yang memperjuangkan haknya sebagai pesepakbola.

Dalam wawancara dengan BBC, pemain timnas Ghana ini menyatakan bahwa rasisme ada di mana-mana dan kian memburuk. "Aku berjalan melewati neraka. Aku diperlakukan seperti seorang kriminal. Aku keluar lapangan karena aku rasa itu tidak benar buatku untuk ada di atas lapangan sementara aku dilecehkan secara rasial," kata Muntari kepada BBC.
Muntari pun menegaskan kalau suatu hari nanti ia mengalami hal serupa, ia tak akan ragu untuk meninggalkan lapangan lagi. Ia pun merekomendasikan koleganya yang lain kalau mereka merasa sesuatu tak benar, mereka bisa keluar dari lapangan.
"FIFA dan UEFA hanya peduli atas apa yang mereka ingin pedulikan. Kalau mereka ingin memerangi rasisme, mereka mestinya bisa untuk mengatasinya," kata Muntari.Apa yang terjadi di Italia justru bertentangan dengan semangat UEFA yang ingin mengeliminasi rasisme, diskriminasi, dan intoleransi, dari sepakbola, yang mana itu mereupakan prioritas utama organisasi tersebut.
Muntari sendiri meminta agar Italia mencontoh apa yang dilakuakn di Inggris. Muntari yang juga pernah bermain untuk Sunderland ini mengaku tak pernah merasakan pelecehan rasial di Premier League.
"Aku tak pernah mendengar yang seperti itu di Inggris karena kau pikir mereka tak menoleransinya," kata Muntari. "Orang-orang yang rasis takut melakukannya di stadion karena mereka akan dituntut dan dilarang. Namun, di Italia mereka masih bebas."
MAU NONTON GRATIS SERIE A DI ITALIA?
IKUTAN KUIS TEBAK SKOR DI SINI!
Supported by:



www.kaskus.id
IKUTAN KUIS TEBAK SKOR DI SINI!
Supported by:



www.kaskus.id
0
2K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan