- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Menjajal Kereta Cepat di China, Jarak 360 Km Hanya 2 Jam
TS
Xtyb
Menjajal Kereta Cepat di China, Jarak 360 Km Hanya 2 Jam
Quote:
Jakarta - China sedang mengerjakan proyek KA cepat Jakarta-Bandung. Namun, seperti apa rasanya naik KA cepat di China?
detikFinance berkesempatan menaiki kereta cepat China dua kali pada pekan terakhir April 2017 lalu, bersama rombongan jurnalis "China-ASEAN Media Journey on The 21st Century Maritime Silk Road 2017".
Dua rute kereta cepat yang dilalui yakni dari Kota Xiangtan-Provinsi Hunan ke Kota Nanchang-Provinsi Jiangxi. Serta dari Kota Wuyuan-Provinsi Jiangxi ke Kota Shanghai.
Stasiun-stasiun kereta cepat di China yang dilalui detikFinance saat itu sudah ditata cukup modern. Seperti stasiun kereta cepat di Kota Xiangtan, ini mirip Stasiun Gambir. Area boardingnya dipenuhi kursi dan beberapa toko komersial.
Tiba di stasiun Nanchang, stasiun ini lebih besar dari stasiun Xiangtan dengan langit tinggi dan luas mirip bandara bila di Indonesia.
Puncaknya, adalah Stasiun KA Shanghai Hongqiao, yang sangat sibuk dan benar-benar mirip bandara, dengan 4 lantai dan 30 peron.
Stasiun Shanghai Hongqiao ini adalah stasiun kereta terbesar di Asia dan menjadi hub alias pusat transit berbagai kereta dari seluruh penjuru China. Di sebelah Stasiun Shanghai Hongqiao adalah Bandara Internasional Shanghai Hongqiao.
Dari Xiangtan ke Nanchang perjalanan sejauh 368 kilometer ditempuh dalam waktu 2 jam 10 menit, dengan harga tiket 169 yuan (sekitar Rp 326 ribu) untuk kelas ekonomi dan 284 yuan (sekitar Rp 548 ribu) untuk kelas bisnis.
Sedangkan dan dari Wuyuan ke Shanghai dengan jarak 559 kilometer ditempuh dalam waktu 4 jam, dengan tiket 269 yuan (sekitar Rp 519 ribu) untuk kelas ekonomi dan 447 yuan (sekitar Rp 863 ribu) untuk kelas bisnis.
Dinamakan kereta cepat, karena memang kecepatan rata-ratanya 250 kilometer per jam. Bila sedang menunggu di peron dan ada kereta cepat yang bablas, suaranya terdengar menggelegar seperti petir. Bila ada di dalam kereta dan ada kereta cepat lain yang lewat di peron sebelah, gerbongnya sampai dibuat bergoyang kecil.
Eksterior kereta cepat ini sangat aerodinamis dengan lokomotif berbentuk seperti peluru dan keseluruhan keretanya berwarna putih bertuliskan CRH, China Railway Highspeed, operator kereta cepat di bawah China Railway (PT KAI-nya China).
Interior kereta cepat ini cukup nyaman. Kursinya seperti kursi di pesawat dengan formasi tempat duduk 2-3, di depannya ada meja lipat, juga stop kontak untuk alat elektronik di bagian bawah kursi di depannya. Satu baris kursinya bisa dibolak-balik. Namun demikian penumpang tak bebas menyetel kursi berhadapan. Pramugari kereta memastikan kursi harus menghadap ke arah jalannya kereta.
Seperti yang dialami detikFinance dari Wuyuan menuju Shanghai, setelah melewati satu perhentian stasiun, kereta mesti berbalik arah sehingga pramugari meminta semua kursi diputar menghadap arah jalannya kereta.
Sepanjang perjalanan, pramugari juga menjajakan makanan dan minuman. Mulai dari makanan ringan hingga berat. Pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan silih berganti, mulai dari pemandangan urban yang menyajikan gedung-gedung tinggi hingga pemandangan rural yang menyajikan pegunungan dan sawah-sawah hijau yang menyegarkan mata. Plus tiang-tiang listrik Saluran Umum Tegangan Tinggi (Sutet) yang jarang absen sepanjang perjalanan.
Satu hal yang bisa dilihat dari perjalanan kereta ini, China memang sedang 'gila' membangun infrastrukturnya. Rumah-rumah bertingkat pun terlihat di kawasan rural yang diapit pegunungan.
Wilayah China yang luas, yang mayoritas berupa daratan sangat mengandalkan transportasi berbasis rel sebagai tulang punggungnya. Per 2015 saja, menurut data dari China Statistical Yearbook 2016, panjang jaringan kereta mencapai 121 ribu kilometer.
Dari 121 ribu kilometer itu, 20 ribu kilometer di antaranya adalah jaringan kereta cepat (high speed railway/HSR). Sistem kereta cepat terpanjang di dunia. Padahal China baru memulai layanan kereta cepat ini 1 dekade lalu pada 2007.
Dari berbagai sumber, China tak tiba-tiba unggul dalam hal kereta cepat ini. China melalui proses belajar membuat kereta cepat lewat kerjasama dan transfer teknologi dari berbagai pabrikan kereta dan lokomotif dunia, seperti Bombardier Transportation (Kanada), Shinkansen (Jepang), Alstom (Prancis), Siemens (Jerman), Pendolino (Italia) hingga bisa mendesain dan memproduksi armada kereta cepatnya sendiri. Dan semua itu dilakukan 'hanya' dalam waktu sekitar 10 tahun. Luar biasa! (nwk/ang)
detikFinance berkesempatan menaiki kereta cepat China dua kali pada pekan terakhir April 2017 lalu, bersama rombongan jurnalis "China-ASEAN Media Journey on The 21st Century Maritime Silk Road 2017".
Dua rute kereta cepat yang dilalui yakni dari Kota Xiangtan-Provinsi Hunan ke Kota Nanchang-Provinsi Jiangxi. Serta dari Kota Wuyuan-Provinsi Jiangxi ke Kota Shanghai.
Stasiun-stasiun kereta cepat di China yang dilalui detikFinance saat itu sudah ditata cukup modern. Seperti stasiun kereta cepat di Kota Xiangtan, ini mirip Stasiun Gambir. Area boardingnya dipenuhi kursi dan beberapa toko komersial.
Tiba di stasiun Nanchang, stasiun ini lebih besar dari stasiun Xiangtan dengan langit tinggi dan luas mirip bandara bila di Indonesia.
Puncaknya, adalah Stasiun KA Shanghai Hongqiao, yang sangat sibuk dan benar-benar mirip bandara, dengan 4 lantai dan 30 peron.
Stasiun Shanghai Hongqiao ini adalah stasiun kereta terbesar di Asia dan menjadi hub alias pusat transit berbagai kereta dari seluruh penjuru China. Di sebelah Stasiun Shanghai Hongqiao adalah Bandara Internasional Shanghai Hongqiao.
Dari Xiangtan ke Nanchang perjalanan sejauh 368 kilometer ditempuh dalam waktu 2 jam 10 menit, dengan harga tiket 169 yuan (sekitar Rp 326 ribu) untuk kelas ekonomi dan 284 yuan (sekitar Rp 548 ribu) untuk kelas bisnis.
Sedangkan dan dari Wuyuan ke Shanghai dengan jarak 559 kilometer ditempuh dalam waktu 4 jam, dengan tiket 269 yuan (sekitar Rp 519 ribu) untuk kelas ekonomi dan 447 yuan (sekitar Rp 863 ribu) untuk kelas bisnis.
Dinamakan kereta cepat, karena memang kecepatan rata-ratanya 250 kilometer per jam. Bila sedang menunggu di peron dan ada kereta cepat yang bablas, suaranya terdengar menggelegar seperti petir. Bila ada di dalam kereta dan ada kereta cepat lain yang lewat di peron sebelah, gerbongnya sampai dibuat bergoyang kecil.
Eksterior kereta cepat ini sangat aerodinamis dengan lokomotif berbentuk seperti peluru dan keseluruhan keretanya berwarna putih bertuliskan CRH, China Railway Highspeed, operator kereta cepat di bawah China Railway (PT KAI-nya China).
Interior kereta cepat ini cukup nyaman. Kursinya seperti kursi di pesawat dengan formasi tempat duduk 2-3, di depannya ada meja lipat, juga stop kontak untuk alat elektronik di bagian bawah kursi di depannya. Satu baris kursinya bisa dibolak-balik. Namun demikian penumpang tak bebas menyetel kursi berhadapan. Pramugari kereta memastikan kursi harus menghadap ke arah jalannya kereta.
Seperti yang dialami detikFinance dari Wuyuan menuju Shanghai, setelah melewati satu perhentian stasiun, kereta mesti berbalik arah sehingga pramugari meminta semua kursi diputar menghadap arah jalannya kereta.
Sepanjang perjalanan, pramugari juga menjajakan makanan dan minuman. Mulai dari makanan ringan hingga berat. Pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan silih berganti, mulai dari pemandangan urban yang menyajikan gedung-gedung tinggi hingga pemandangan rural yang menyajikan pegunungan dan sawah-sawah hijau yang menyegarkan mata. Plus tiang-tiang listrik Saluran Umum Tegangan Tinggi (Sutet) yang jarang absen sepanjang perjalanan.
Satu hal yang bisa dilihat dari perjalanan kereta ini, China memang sedang 'gila' membangun infrastrukturnya. Rumah-rumah bertingkat pun terlihat di kawasan rural yang diapit pegunungan.
Wilayah China yang luas, yang mayoritas berupa daratan sangat mengandalkan transportasi berbasis rel sebagai tulang punggungnya. Per 2015 saja, menurut data dari China Statistical Yearbook 2016, panjang jaringan kereta mencapai 121 ribu kilometer.
Dari 121 ribu kilometer itu, 20 ribu kilometer di antaranya adalah jaringan kereta cepat (high speed railway/HSR). Sistem kereta cepat terpanjang di dunia. Padahal China baru memulai layanan kereta cepat ini 1 dekade lalu pada 2007.
Dari berbagai sumber, China tak tiba-tiba unggul dalam hal kereta cepat ini. China melalui proses belajar membuat kereta cepat lewat kerjasama dan transfer teknologi dari berbagai pabrikan kereta dan lokomotif dunia, seperti Bombardier Transportation (Kanada), Shinkansen (Jepang), Alstom (Prancis), Siemens (Jerman), Pendolino (Italia) hingga bisa mendesain dan memproduksi armada kereta cepatnya sendiri. Dan semua itu dilakukan 'hanya' dalam waktu sekitar 10 tahun. Luar biasa! (nwk/ang)
https://finance.detik.com/berita-eko...562.1484267395
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.3K
Kutip
6
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan