Quote:
ini hanya ilustrasi saja, belum sempat upload foto saya kala itu
Saat saya masih dibangku SMK di Pekanbaru (Riau) saya sudah sambil berbisnis yakni berjualan rokok malam hari dengan menggunakan kotak di sebuah bioskop misbar (gerimis bubar). Ibu saya adalah penjual sayur dipasar. Modal untuk berdagang saya lakukan bergantian dengan Ibu saya, jika saya pulang dari jualan rokok malam hari, uang hasil omset langsung saya serahkan ke Ibu saya, yang akan beliau gunakan untuk modal berdagang sayur pagi harinya.
Siang Ibu saya pulang dari pasar bergantian omsetnya diserahkan kepada saya untuk modal beli rokok pada sore hari, demikianlah setiap harinya (disini saya sudah menerapkan ITO harus cepat bahkan dana cash digunakan bergantian dengan Ibu sehingga tidak ada idle cash😄).
Quote:
Repotnya jika sore hari rokok sudah saya beli lalu mendadak hujan sehingga saya tidak bisa berjualan. Di saat hujan saya cuma bisa duduk bersama Ibu dirumah sambil berdoa agar hujan segera berhenti dan saya masih sempat berjualan malam itu, karena jika saya tidak bisa jualan otomatis Ibu saya tidak akan memiliki uang modal untuk berdagang sayur besok harinya.
Jika Ibu saya tidak bisa jualan maka biaya makan kami sekeluarga besok akan terancam. Pernah suatu hari hujan baru berhenti pada jam 9 malam, dimana saat itu bioskopnya sudah mau tutup tapi saya tetap berangkat berjualan.
Quote:
Saya tidak tega menyaksikan kecemasan Ibu yang memikirkan tidak punya modal untuk jualan sayur keesokan harinya, walaupun Ibu tidak mengeluh tapi saya tidak tega jika melihat air mata ibu saya berlinang. Saat sampai di bioskop sudah bubaran dan hanya sedikit yang membeli, akhirnya walaupun sudah sepi saya tetap memaksakan nongkrong disitu sambil berdoa agar ada pembeli yang mampir sampai hampir jam 12 malam. Walaupun sudah berusaha tapi karena sudah sepi saya cuma mendapatkan omset yang kecil. Tapi ibu tetap bersyukur, dia bilang akan mencoba agar dikasih hutangan sayur dulu, siang baru dibayar.
Saya merasa bersalah pada ibu karena gara-gara saya modalnya jadi berkurang, tapi saya tahu ibu saya juga merasa bersalah karena anaknya terpaksa pulang tengah malam agar rokok bisa terjual. Saat itu saya berjanji pada diri saya agar saya dapat membahagian Ibu saya, saya tidak ingin melihat dia bersedih dan menderita lagi.
Quote:
Walaupun sekarang saya tidak berjualan rokok lagi (Alhamdulillah saya sudah memiliki puluhan minimarket) dan ibu saya tidak berjualan sayur lagi, kenangan itu masih tetap membekas di hati saya, selalu membuat saya meneteskan air mata jika mengingatnya. Ibu saya berangkat setiap subuh dan pulang siang harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, dia lakukan semua demi anak-anaknya. Hingga detik ini saya kadang-kadang masih merasakan masih sangat kurang membalas jasa dia, karena seperti apa pun kita berusaha jasa dan kasih Ibu kepada kita tidak akan pernah terbayar.
![[HOT] Pengalaman Berjualan Rokok di Bioskop! [by: WanMH]](https://dl.kaskus.id/s-yoolk-images.s3.amazonaws.com/id/gallery_images/x_medium/1447994588/2890840?1447994588)
Lagu favorit saya dari penyanyi legendaris Iwan Fals sangat menggambarkan kondisi ini:
Quote:
"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh.....lewati rintangan untuk aku anakmu.......ibuku sayang masih terus berjalan....walaupun tapak kaki penuh darah, penuh nanah....seperti udara, kasih yang engkau berikan.....tak mampu kumembalas....Ibu...."

Semua ini murni pengalaman saya, tulisan saya, tanpa dilebihkan atau dikurangi, maaf jika ada salah kata..
Semoga menjadi inspirasi untuk kawan-kawan semua
Genggam Erat,
Wan Muhammad
Founder Asosiasi Masyarakat Ritel Indonesia
Founder&Owner Idolmart di seluruh Indonesia