Sepakbola memang olahraga tim dengan 11 pemain, tapi ada saja dua pemain yang seperti memiliki 'hubungan khusus' yang lebih intim. Kerja sama dua pemain itu kemudian memberikan sukses yang luar biasa, dan mereka pun melegenda...
Siapa saja mereka? Yuk disimak..!
1. ROBERTO MANCINI - GIANLUCA VIALLI (SAMPDORIA)
Spoiler for :
Klub yang berjuluk Il Samp ini pernah berjaya baik di Italia maupun di level Eropa pada kurun 80an akhir hingga awal 90an lalu. Satu-satunya titel scudetto milik klub ini juga hadir di era itu, tepatnya pada masa Roberto Mancini dan Gianluca Vialli menjadi duet di lini depan Sampdoria.
Statistik keduanya pun cukup mengerikan, total sebanyak 231 gol dicetak oleh kedua pemain ini saat membela Sampdoria. Titel bergengsi semacam Coppa Italia, Piala Super Italia, hinggga Piala Winners pun pernah mereka boyong. Mereka bahkan juga memiliki kesempatan menjuarai Liga Champions Eropa pada 1992 lalu, sayang di partai final mereka kandas oleh Barcelona asuhan Johan Cruyff.
2. Alan Shearer - Chris Sutton (Blackburn Rovers)
Spoiler for :
Sebelum Leicester City resmi menjadi kuda hitam yang mampu menaklukkan Liga Inggris (era Premier League) baru-baru ini, kompetisi tertinggi di negeri Ratu Elizabeth tersebut pernah dikejutkan oleh penampilan apik Blackburn Rovers saat menjurai Premier League pada tahun 1995 lalu.
Ditangani oleh pelatih legendaris Kenny Dalglish, Rovers memiliki lini depan yang dihuni oleh Alan Shearer dan Chris Sutton atau yang kerap disebut duet SAS. Total 49 gol di musim 1994/95 dari duet ini akhirnya berujung kepada gelar tertinggi di kompetisi sepakbola Inggris tersebut.
3. Ivan Zamorano - Marcelo Salas (Timnas Cile)
Spoiler for :
Bagi pecinta Serie A di tahun 90an, nama Ivan Zamorano dan Marcelo Salas memang cukup terkenal karena mereka pernah bermain bagi klub besar seperti Inter Milan dan Lazio. Namun, meski berbeda klub di Italia, jika kembali bertugas untuk negara, maka duet Salas dan Zamorano adalah jaminan mutu di lini depan timnas Cile.
Meski keduanya tidak memberikan prestasi yang wah bagi Cile, namun duo penyerang ini cukup ikonik dan dikenang bagi para pecinta sepakbola khususnya di Cile.
4. Dwigth Yorke - Andy Cole (Manchester United)
Spoiler for :
Duet Dwigth Yorke dan Andy Cole patut diakui adalah salah satu yang terbaik dan favorit tersendiri di masanya. Saat Manchester United merajai Eropa dan Inggris dengan raihan treble winners pada 1999 lalu, aktor utama lini depan United tak lain dan tak bukan adalah duo Yorke dan Cole ini.
“Ketika kami mulai bermain bersama, itu seperti pertemuan dengan wanita spesial dan jatuh hati kepada wanita tersebut. Sesuatunya terasa baik,” ungkap Cole ketika ditanya bagaimana ia menjalani duetnya bersama Yorke kepada Fox Sports Asia.
5. THIERRY HENRY - DENNIS BERGKAMP (ARSENAL)
Spoiler for :
Jika nantinya Arsene Wenger harus mundur dari kursi panas manajeril di Arsenal, setidaknya ia mempunyai kenangan yang luar biasa bersama The Gunners. Kisah heroik The Invincibles adalah warisan hakiki milik sang profesor tersebut di Arsenal.
Skuat The Invincibles tersebut juga memiliki duet mengerikan di lini depan. Thierry Henry dan Dennis Bergkamp adalah pendulang gol-gol bagi kejayaan The Invincibles Arsenal. Dua gelar Premier League Inggris dan tiga gelar Piala FA adalah bukti kesahihan duet ini di Britania Raya.
6. Raul Gonzalez - Fernando Morientes (Real Madrid)
Spoiler for :
Total 224 gol dari kurun 1997 hingga 2002 lalu membuat duet Raul Gonzalez dan Fernando Morientes menjadi mesin gol bagi Los Blancos di blantika sepakbola Spanyol. Gelar yang mereka persembahkan pun cukup luar biasa. Dua titel La Liga dan tiga Liga Champions Eropa adalah bukti sahih luar biasanya duet matador ini.
Meski pemain berlabel Galacticos kemudian mengambil alih Madrid pada masanya, duet ini tetap ikonik dan akan selalu dikenang oleh para penggemar El Real di manapun berada.
7. Filippo Inzaghi - Alessandro Del Piero (Juventus)
Spoiler for :
Filippo Inzaghi dan Alessandro Del Piero adalah duet penyerang yang cukup disegani pada masanya saat berseragam Juventus. Meski memiliki gaya bermain yang berbeda, keduanya justru saling melengkapi dan menjadi salah satu duet paling ikonik dan dikenang oleh para penggemar Serie A.
Kemampuan menyusun serangan ala trequartista dari Del Piero berpadu dengan insting gol mematikan milik Inzaghi di kotak penalti lawan. Meski hanya menyumbangkan gelar Serie A saja, namun duo ini patut dikenang karena kehebatannya di lapangan.
8. Paolo Maldini - Alessandro Nesta (AC Milan)
Spoiler for :
Masih dari Italia, duet pemain bertahan yang cukup ikonik pantas disematkan kepada Paolo Maldini dan Alessandro Nesta. Meski sebenarnya banyak juga duet pemain bertahan yang cukup ciamik di Italia, duet antara sang senior, Maldini dan sang junior, Nesta merupakan duet kokoh di masanya bersama AC Milan.
Gelar Liga Champions Eropa pada 2007 juga menjadi bukti ketangguhan duet ini. AC Milan memang bisa dibilang cukup beruntung memiliki bek-bek tangguh dari masa ke masa.
9. STEVEN GERRARD - FERNANDO TORRES (LIVERPOOL)
Spoiler for :
"Saya memiliki keberuntungan pernah bermain dengan banyak pemain besar. Bagi saya, yang terbaik adalah Gerrard," ungkap Torres pada Marca.
Ucapan Torres ini tak mengada-ada. Selama mereka berduet dilapangan, Liverpool (meski tak juara liga, sih) merupakan pesaing berat bagi rival-rivalnya di Premier League. Bahkan gol pertama Torres di Liverpool adalah hasil assist Gerrard. “Saya bermain bersama dengan Fernando ketika ia membuat saya merasa tak terkalahkan. Saya selalu tahu di mana ia berada, ke mana tempat pergerakannya selanjutnya," beber Gerrard dalam buku otobiografinya, My Story.
10. XAVI HERNANDEZ - ANDRES INIESTA (BARCELONA)
Spoiler for :
Duet yang kerap disebut Xaviesta ini adalah jantung bagi kesuksesan Barcelona dalam satu dekade terakhir sebelum akhirnya Xavi hengkang menuju Qatar. Duet ini jugalah yang membawa tim nasional Spanyol menyabet Piala Eropa dua kali berturut-turut (2008 dan 2012) serta Piala Dunia tahun 2010 lalu.
Saking apiknya, duet ini pernah naik podium Ballon d’Or (bersama Messi juga, dan kalah oleh Messi) beberapa tahun yang lalu. Bagi akademi La Masia milik El Barca, ini jelas membanggakan melihat alumninya memenuhi podium Balon d’Or. Aksi keduanya di lapangan tengah akan selalu dirindukan oleh para Barcelonistas di seluruh dunia.
