Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran
Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran
Ilustrasi konflik bersenjata di Suriah yang menyengsarakan warga sipil dan memicu aksi masyarakat internasional untuk mengirimkan bantuan.
Konflik bersenjata Suriah--yang agaknya masih jauh dari usai--berujung pada sejumlah catatan pemantik giris.

Nyaris enam tahun berlangsung, perang yang melibatkan banyak pihak itu telah melenyapkan lebih dari 470 ribu nyawa, dan membuat lebih dari 11 juta orang kehilangan tempat tinggal.

Dan dari angka terakhir itu, sekitar 4,8 juta orang di antaranya mencari selamat ke sejumlah negara. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sampai menegaskan bahwa orang-orang yang hengkang itu kini mewujud pengungsi terbanyak dunia.

Bagi yang masih terjebak di arena pertikaian--jumlahnya simpang-siur, ditaksir 100 ribu hingga 200 ribu orang--masalah justru terentang lebih panjang. Pasalnya, mereka--terkonsentrasi di kawasan Aleppo timur yang lama jadi benteng pemberontak--masih menghadapi pengeboman bertubi-tubi dari pasukan pro pemerintahan Presiden Bashar Assad, yang didukung Rusia dan Iran.

Ribuan anak-anak tak pula terhindar dari situasi lancung itu, yakni suatu kondisi yang kemudian berhilir pada kekurangan pangan, tempat bernaung, dan perawatan medis. Selain itu, hak untuk kembali bersekolah dan pulih dari trauma perang kemungkinan sulit dipenuhi.

Sebagaimana bencana kemanusiaan di belahan bumi lain, laku menyumbang dalam pelbagai bentuk--terutama uang--mencuat. Berbagai organisasi yang menyatakan bakal menjadi perpanjangan tangan penyumbang ke Suriah pun terlacak jelas--coba saja ketikkan kata kunci 'donation Syria' di Google, dan lihat berapa halaman hasil yang ditampilkan.

Mer-C termasuk salah satu organisasi sosial kemanusiaan yang ikut andil menyampaikan bantuan, dan mengaku selalu "melalui KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), dan masuk secara legal," ujar seorang manajernya, Rima Manzanaris, dikutip CNN Indonesia.

Menurutnya, jika KBRI Suriah belum mengeluarkan izin, mereka tetap menunggu hingga mendapatkan restu.

Kiranya, jalan semacam itu ditempuh agar Mer-C terhindar dari sejenis masalah yang disinyalir menyambangi Indonesian Humanitarian Relief (IHR).

IHR dicurigai menyalahgunakan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Aleppo. Tudingan itu mengemuka setelah video mengenai gudang logistik berisi paket bantuan berlabel IHR beredar di media sosial.

Masalahnya, gudang terletak di satu sekolah yang pernah dimanfaatkan oleh kelompok teror Jaysh Al Islam, yang nama lawasnya adalah Liwa Al Islam atau Brigade Islam. Organisasi dimaksud tidak diaku pasukan pemberontak Tentara Pembebasan Suriah dan dicurigai terafiliasi dengan ISIS.

Warta itu kemudian disambar sejumlah media dari dalam dan luar negeri. Salah satu media asing yang memuatnya, Deutsche Welle, yang merujuk tayangan stasiun televisi Euronews.

IHR dibentuk tahun lalu dan diketuai oleh Bachtiar Nasir, pemimpin Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), kelompok yang pada awal November dan Desember menjadi penggerak massa untuk berhimpun di kawasan penting di dekat Istana Negara.

"Itu sedang diselidiki oleh Densus dan BNPT yang melakukan penyidikan kalau sudah ada hasil kita sampaikan," kata Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, Rabu (28/12), dikutip VIVA.co.id menanggapi kecurigaan dimaksud.

Sementara, sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Rikwanto, menyatakan kepentingan kepolisian hanya menyelidiki, bukan melarang dan mencegah penyaluran.

"Ya, yang mengirim dan punya uang kan terserah. Yang mau mengirim ke mana pun hak dia juga. Cuma ngirimnya benar, apa enggak. Kami belum tahu betul, itu berita di medsos, kami juga sedang selidiki," katanya dinukil CNNIndonesia.com, Senin (26/12).

Kepolisian belum berencana untuk memanggil Ketua GNPF MUI itu.

Namun, pada 27 Desember, IHR lewat laman resminya membantah sangkaan mengenai penyelewengan bantuan.

"Tuduhan IHR tidak menyalurkan untuk warga Suriah jelas tuduhan fitnah dan tidak benar. Pihak-pihak yang melakukan propaganda ini hanya menyandarkan kepada satu potongan berita, tanpa mau melihat informasi secara utuh. Padahal bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah kami lakukan dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang sangat kredibel di Turki, yakni Insan Hak ve Hurriyetleri Insani Yardim Vakfi atau dikenal dengan nama IHH," demikian salah satu bunyi pernyataan IHR.

Mengenai kemungkinan pembelokan bantuan ini, seorang manajer lembaga nirlaba Dompet Dhuafa, Arif Rahmadi Haryono, mengatakan bahwa peran mitra setempat dalam memuluskan jalan bantuan sangat penting, meski syarat itu pun belum cukup.

"Kami harus memastikan mitra lokal kami transparan, kredibel, dan imparsial agar bantuan dari kami benar-benar sampai ke tangan yang berhak dan membutuhkan," ujarnya dikutip CNNIndonesia.com, Selasa (27/12).

Dalam pengakuan Arif, Dompet Dhuafa mengambil langkah sama dengan Mer-C, yakni bekerja sama dengan KBRI Suriah yang berlokasi di Damaskus.

Sudah begitu pun, ia masih belum dapat meniscayakan bahwa bantuan dapat sepenuhnya diterima tangan yang layak. "Karena kondisi di sana kita tak tahu lagi siapa lawan, siapa kawan. Peluang bantuan itu dibelokkan ada, tapi wallahu a'lam," ujarnya.
Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-salah-sasaran

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran Proficiat, Tuan Trump!

- Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran Demam video blog

- Bantuan ke Suriah rentan salah sasaran Jejak kriminal pelaku penyekapan di Pulomas

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan