Pertumbuhan RI Nomor 3 di Dunia, Kenapa Ada Keluhan Ekonomi Lesu?
TS
aghilfath
Pertumbuhan RI Nomor 3 di Dunia, Kenapa Ada Keluhan Ekonomi Lesu?
Spoiler for Pertumbuhan RI Nomor 3 di Dunia, Kenapa Ada Keluhan Ekonomi Lesu?:
Quote:
Jakarta - Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% tahun lalu. Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China.
Kendati demikian, meski ekonomi masih bisa tumbuh lebih baik dibandingkan negara lain, kalangan dunia usaha masih mengeluhkan kondisi saat ini.
Sekretaris Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Chris Kanter, mengatakan masih belum membaiknya sektor industri di Indonesia didominasi karena faktor eksternal, dimana kondisi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. Sehingga membuat ekspor Indonesia masih belum sepenuhnya membaik.
"Indonesia kan negara eksportir, baik komoditas atau produk industri. Sementara di luar juga masih belum stabil. Ada dampak dari kepemimpinan (Donald) Trump yang ingin melakukan perubahan-perubahan sangat radikal," kata Chris kepada detikFinance, Selasa (2/5/2017).
Kebijakan-kebijakan Trump tersebut, jelas dia, membuat situasi ekonomi global semakin tidak stabil. Salah satu kebijakan yang paling radikal contohnya keluarnya Amerika Serikat (AS) dari kerja sama perdagangan bebas Trans Pasific atau TPP.
"Keluarnya TPP ini kan bikin ketidakpastian dunia. Ini ditambah lagi dengan harga komoditas belum sepenuhnya membaik, wajar kalau ekspor Indonesia turun, dampaknya industri di dalam negeri lesu," terang Chris.
"Kalau dunia kondisinya lesu, otomatis ekspor kita melambat. Banyak industri yang melakukan ekspor seperti footwear (alas kaki), garmen, sawit, dan sebagainya turun demand-nya," tambahnya.
Chris menyoroti sektor manufaktur jadi salah satu industri yang paling terdampak dari ketidapastian global tersebut. Ini karena selama sektor tersebut jadi salah satu penopang ekspor Indonesia yang ikut terdampak dari kondisi di luar tersebut karena masih lesunya ekspor.
"Permintaan ekspor Indonesia yang masih cukup tertekan kan paling besar salah satunya ya manufaktur. Otomatis dampaknya ke industri dalam negeri cukup besar," ungkapnya.
Sementara faktor di dalam negeri, sambungnya, yakni pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah, namun dampaknya baru akan terasa beberapa tahun lagi.
"Yang membuat kita belum bisa berlari cepat karena infrastruktur kita banyak, tapi belum bisa terasa sekarang. Ini kan butuh waktu, kemudian faktor dari lainnya kita lihat current account masih defisit," kata Chris.
Kemudian, faktor lainnya yakni implementasi dari paket kebijakan ekonomi yang belum semuanya mulai dirasakan dunia usaha.
"Saya kira kalau paket kebijakan meski sudah cukup membantu, masih ada yang belum sepenuhnya bisa diimplementasikan di lapangan. Ini kan perlahan, tapi sudah lebih baik dari tahun lalu. Saya enggak bisa komentar lebih banyak," pungkasnya.
Yang penting pondasi pembangunan yg dilakukan udah bener, banyak faktor yg membuat kita mesti bersabar menunggu perbaikan ekonomi global, tapi upaya perbaikan didalam negeri mesti terus dilakukan