- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
DARI YANG MEMANG PASSION HINGGA CUMA LATAH! AH... TRAVELING SEKARANG MEMANG LAGI TREN


TS
komunitasjalan2
DARI YANG MEMANG PASSION HINGGA CUMA LATAH! AH... TRAVELING SEKARANG MEMANG LAGI TREN
Disadari atau tidak, perkembangan minat berwisata oleh masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Keadaan ini bisa diprediksi dari semakin menggeliatnya tempat wisata menerima kunjungan wisatawan hingga hadirnya tempat-tempat alternatif wisata baru yang mulai booming. Ternyata, hal ini juga diamini oleh data statistik yang dirilis kementrian pariwisata Indonesia. Data yang dihimpun sejak tahun 2009 menunjukkan tren positif dalam hal jumlah perjalanan hingga total pengeluaran dalam kegiatan wisata di dalam negeri oleh orang Indonesia.

Ramainya Wisata Bromo via bromoguide.com/
Di tahun 2009, jumlah perjalanan wisatawan nusantara menembus angka lebih dari 229 juta. Angka ini meningkat di tahun 2010 dengan menembus angka 234 juta dan 2011 dengan 236 juta. Peningkatan cukup drastis terjadi di tahun 2012 dengan menembus angka 245 juta perjalanan dan mencapai angka 250 juta perjalanan di tahun 2013. Terbaru, di tahun 2015 jumlah wisatawan nusantara ternyata menembus angka 255 juta perjalanan. Wow ! suatu tren yang bisa dikatakan cukup baik.
Ternyata tidak hanya untuk wisatawan nusantara, wisatawan nasional atau orang Indonesia yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri pun mengalami perkembangan jumlah tiap tahunnya. Sejak 2009 dengan sekitar 5 juta wisatawan nasional (wisnas), terjadi pertumbuhan pesat 23% lebih di tahun 2010 dengan 6,2 juta wisnas. Kembali meningkat di tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 hingga akhirnya di tahun 2015 menyentuh angka lebih dari 8 juta orang.
Namun ada hal menarik, berdasar data untuk wisatawan nasional, didapat hasil bahwa meskipun jumlah wisatawannya meningkat tetapi mengalami penurunan untuk rata-rata lama tinggal nya. Jika di tahun 2009, rata-rata lama tinggal ialah 8,81 hari, maka di tahun 2010 turun menjadi 8,2 hari dan 2011 menjadi 7,67 hari. Hal ini terus terjadi hingga di tahun 2013 yaitu lama tinggal hanya 6,49 hari. Kenapa demikian?
Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya lama tinggal wisatawan seperti karena semakin banyaknya informasi sehingga memudahkan mereka membuat itinerary yang efisien, menjamurnya travel agen yang mempermudah wisatawan dalam menghemat waktu kunjungan, hingga mungkin saja dikarenakan wisatawan yang hanya sekedar ikut-ikutan alias ‘yang penting pernah datang ke sana’. Mungkinkah alasan terakhir ini benar? Tentunya alasan yang ini hanya hipotesis penulis yang tidak berdasar data, sehingga butuh penenlitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Terlepas dari data-data dan hipotesis yang sudah dipaparkan, kita akan membahas beragam tipe seorang Traveler.
“Terus, Apa hubungannya ama penjelasan panjang lebar diatas?”
Hehehe... ada hubungannya dong! Seperti yang sudah dinyatakan bahwa perkembangan minat wisata tengah meningkat, dan ini menjadi hal menarik bahwa banyak diantara mereka ialah orang-orang yang memang memiliki minat lebih dari hati untuk berwisata hingga tak dipungkiri juga banyak diantaranya yang cuma latah alias ikut-ikutan tren.
“Memang salah kalau latah?”
Tidak ada yang salah tentunya, karena kita bukan membahas benar atau salah. Kita hanya membahas bagaimana motif seseorang untuk trevaling. Beberapa diantaranya mungkin cocok dengan kita atau teman terdekat.
1. Traveling sebagai Passion, Kamukah?
Kita punya tingkat kegemaran tersendiri akan sesuatu. Ada yang begitu menggebu, ada yang sekedar suka, hingga yang kadarnya biasa. Jika dikatakan passion, mungkin kata menggebu adalah rujukan kata yang tepat. Dalam wikipedia mengartikan kata ini Passion sebagai, ‘a very strong feeling about a person or thing’.
Jika diartikan lebih dalam, passion ini berasal dari hati terdalam, bukan sekedar tarikan emosi sesaat. Tak salah jika sudah passion berkata, maka seseorang bisa mengorbankan segala hal untuk melakukannya serta tidak lagi memikirkan untung dan ruginya.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa mencirikan mereka yang memang passion dengan kegiatan berwisata, yaitu mereka tidak pernah memusingkan kata orang tentang kegiatannya. Mereka bisa traveling kapan saja mereka mau dan kemana saja mereka suka.

Jadi fotografer lanskap membuat Traveling jadi produktif via asiaview.net
Mereka juga biasanya tidak selalu menjadikan tempat-tempat mainstream sebagai tujuan wisatanya. Berpergian juga bagi mereka tidak berarti naik pesawat, keluar rumah dan menyusuri tempat-tempat baru juga sudah menjadi hal yang menyenangkan. Seringkali, orang-orang seperti inilah yang menemukan destinasi baru untuk wisata karena kebiasaan mereka berpetualang ke tempat yang tidak biasa.
Jangan anggap juga bahwa mereka yang passion dalam traveling adalah mereka yang berpenghasilan berkelebihan. Kembali lagi ke arti mendalam dari passion, bahwa jika sudah passion, uang pun harusnya bukan lagi kendala. Bahkan, orang-orang yang memiliki passion traveling seringkali justru menghasilkan uang alias produktif, baik dengan menjadi penulis, fotografer, hingga travel agent.
2. Lebih Banyak Lagi yang Jadikan Traveling Sebagai Hobi
Hobi? Apa bedanya sama Passion?
Adakah kamu yang bertanya seperti itu? Ya, memang passion dan hobi seperti mirip, tapi sesungguhnya berbeda. Kamu bisa mencari banyak literatur tentang perbedaan keduanya, tapi jika bisa saya simpulkan disini menurut bahasa saya bahwa passion seperti yang diungkap di bagian 1, lebih kepada ketertarikan kuat akan sesuatu dan punya kecenderungan produktif akan sesuatu tersebut. Sedangkan hobi lebih kepada kegemaran akan sesuatu untuk tujuan relaksasi dan punya kecenderungan untuk konsumtif.

Menikmati setiap jengkal perjalanan via hbr.org
Jadi, bagi mereka yang hobi traveling menjadikan kegiatan berlibur sebagai upaya mengusir stress dan kepenatan dari rutinitas harian. Mereka biasa menyempatkan waktu untuk plesiran ke tempat-tempat baru yang memiliki suasana berbeda dari biasanya serta menyisihkan uang untuk bisa melakukan plesiran tersebut. Namun meskipun berat dan sulit, mereka juga masih mungkin mengundur waktu traveling jika memang ada hal mendesak lainnya. Intinya sama seperti kebanyakan hobi, mereka tidak benar-benar ketergantungan dan masih mungkin mensubstitusi dengan kegiatan lain dengan jangka waktu tertentu.
3. Ada Juga yang Traveling sebagai Sarana Adu Gengsi. Ada!
Terdengar lebay sih, tapi di era sekarang kayaknya memang gengsi menyebar ke berbagai hal termasuk menjangkiti kegiatan Traveling. Ketika kegiatan berwisata gencar di promosikan, ditambah lagi keberadaan media sosial yang membuat aktivitas seseorang bisa di share dengan leluasa termasuk traveling, menjadikan Traveling ibarat gaya hidup kekinian.
Negatifnya, hal ini justru membuat Traveling menjadi ajang untuk adu gengsi oleh sebagian orang. Apalagi dengan mudahnya menshare momen di berbagai aplikasi berbagi foto sekarang ini, menjadikan sebagian orang senang membagi foto liburannya dan senang pula jika banyak yang menyukai foto tersebut. Pada akhirnya, Traveling menjadi candu tersendiri dengan motif mengisi galeri foto dan menunjukkan kemampuan dirinya untuk berpergian.

Wisata alam seperti Kalibiru Jogja ini lagi tren juga nih! via indonesiatrip.id
Biasanya, mereka yang memiliki motif seperti ini lebih suka mengunjungi tempat-tempat yang sedang hits dan lebih mementingkan kuantitas destinasi wisata yang dikunjungi. Bagi mereka, Traveling menjadi bentuk strata sosialnya agar diakui di kalangan yang dia inginkan.
Terlepas dari hal-hal yang nampak negatif itu, tetap saja perilaku ini punya dampak positif. Setidaknya daya tarik atau minat orang untuk berwisata menjadi meningkat dan keberadaan mereka sebagai salah satu upaya promosi. Setujukah?
4. Latah ! Ya, Sebagian Lagi Traveling hanya Ikut-ikutan Tren
Sedikit mirip dengan poin 3, mereka yang Traveling hanya karena ikut-ikutan biasanya hanya karena terbawa atmosfer yang lagi tren saat ini. Ketika suatu tempat lagi heboh di media sosial ditambah lagi teman-temannya pun mengunggah foto di lokasi hits, membuat mereka yang latah ingin juga merasakan hal yang sama.

Karena film AADC, Gereja Ayam jadi ramai kunjungan via brilio.net
Namanya juga latah, berarti perilaku ini tidak bersifat kontinu. Parahnya lagi, ada saja segelintir mereka yang hanya ingin menikmati keindahan tetapi tidak menjaga kondisi lingkungan. Banyak sudah contohnya, dimana beberapa tempat wisata bahkan wisata khusus seperti di puncak gunung kini dipenuhi oleh sampah dan vandalisme. Hal ini bisa dikatakan sebagai ulah mereka yang hanya menjadikan Traveling sebagai kepuasan pribadi dan sekedar ikut-ikutan. Mereka yang benar-benar mencintai Traveling baik sebagai passion ataupun hobi, biasanya jauh bisa lebih menghargai alam karena mereka mendapatkan banyak pengetahuan serta kebijaksanaan berperilaku dari serangkaian kegiatan Traveling yang mereka lakukan.
Mungkin kedepannya, harus dibuat tren wisata cinta lingkungan agar bagi mereka yang terbiasa latah juga ikut-ikutan melakukan hal positif. Sekalipun tidak kontinu, tapi setidaknya ada hal positifnya bukan?
Itulah 4 tipe motif sesorang melakukan kegiatan wisata. Sekali lagi, artikel ini bukan membahas siapa yang salah atau benar, karena apapun motifnya menjadi hak masing-masing individu. Menjadi salah ialah jika hak itu justru mengganggu hak orang lain seperti merusak alam, vandalisme, atau yang banyak dijumpai ialah membuang sampah sembarangan di tempat wisata. Traveling harusnya tidak hanya berorientasi pada kepuasaan diri sendiri tetapi juga harus melihat lingkup yang lebih luas lagi.
SUMBER

Ramainya Wisata Bromo via bromoguide.com/
Di tahun 2009, jumlah perjalanan wisatawan nusantara menembus angka lebih dari 229 juta. Angka ini meningkat di tahun 2010 dengan menembus angka 234 juta dan 2011 dengan 236 juta. Peningkatan cukup drastis terjadi di tahun 2012 dengan menembus angka 245 juta perjalanan dan mencapai angka 250 juta perjalanan di tahun 2013. Terbaru, di tahun 2015 jumlah wisatawan nusantara ternyata menembus angka 255 juta perjalanan. Wow ! suatu tren yang bisa dikatakan cukup baik.
Ternyata tidak hanya untuk wisatawan nusantara, wisatawan nasional atau orang Indonesia yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri pun mengalami perkembangan jumlah tiap tahunnya. Sejak 2009 dengan sekitar 5 juta wisatawan nasional (wisnas), terjadi pertumbuhan pesat 23% lebih di tahun 2010 dengan 6,2 juta wisnas. Kembali meningkat di tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 hingga akhirnya di tahun 2015 menyentuh angka lebih dari 8 juta orang.
Namun ada hal menarik, berdasar data untuk wisatawan nasional, didapat hasil bahwa meskipun jumlah wisatawannya meningkat tetapi mengalami penurunan untuk rata-rata lama tinggal nya. Jika di tahun 2009, rata-rata lama tinggal ialah 8,81 hari, maka di tahun 2010 turun menjadi 8,2 hari dan 2011 menjadi 7,67 hari. Hal ini terus terjadi hingga di tahun 2013 yaitu lama tinggal hanya 6,49 hari. Kenapa demikian?
Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya lama tinggal wisatawan seperti karena semakin banyaknya informasi sehingga memudahkan mereka membuat itinerary yang efisien, menjamurnya travel agen yang mempermudah wisatawan dalam menghemat waktu kunjungan, hingga mungkin saja dikarenakan wisatawan yang hanya sekedar ikut-ikutan alias ‘yang penting pernah datang ke sana’. Mungkinkah alasan terakhir ini benar? Tentunya alasan yang ini hanya hipotesis penulis yang tidak berdasar data, sehingga butuh penenlitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Terlepas dari data-data dan hipotesis yang sudah dipaparkan, kita akan membahas beragam tipe seorang Traveler.
“Terus, Apa hubungannya ama penjelasan panjang lebar diatas?”
Hehehe... ada hubungannya dong! Seperti yang sudah dinyatakan bahwa perkembangan minat wisata tengah meningkat, dan ini menjadi hal menarik bahwa banyak diantara mereka ialah orang-orang yang memang memiliki minat lebih dari hati untuk berwisata hingga tak dipungkiri juga banyak diantaranya yang cuma latah alias ikut-ikutan tren.
“Memang salah kalau latah?”
Tidak ada yang salah tentunya, karena kita bukan membahas benar atau salah. Kita hanya membahas bagaimana motif seseorang untuk trevaling. Beberapa diantaranya mungkin cocok dengan kita atau teman terdekat.
1. Traveling sebagai Passion, Kamukah?
Kita punya tingkat kegemaran tersendiri akan sesuatu. Ada yang begitu menggebu, ada yang sekedar suka, hingga yang kadarnya biasa. Jika dikatakan passion, mungkin kata menggebu adalah rujukan kata yang tepat. Dalam wikipedia mengartikan kata ini Passion sebagai, ‘a very strong feeling about a person or thing’.
Jika diartikan lebih dalam, passion ini berasal dari hati terdalam, bukan sekedar tarikan emosi sesaat. Tak salah jika sudah passion berkata, maka seseorang bisa mengorbankan segala hal untuk melakukannya serta tidak lagi memikirkan untung dan ruginya.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa mencirikan mereka yang memang passion dengan kegiatan berwisata, yaitu mereka tidak pernah memusingkan kata orang tentang kegiatannya. Mereka bisa traveling kapan saja mereka mau dan kemana saja mereka suka.

Jadi fotografer lanskap membuat Traveling jadi produktif via asiaview.net
Mereka juga biasanya tidak selalu menjadikan tempat-tempat mainstream sebagai tujuan wisatanya. Berpergian juga bagi mereka tidak berarti naik pesawat, keluar rumah dan menyusuri tempat-tempat baru juga sudah menjadi hal yang menyenangkan. Seringkali, orang-orang seperti inilah yang menemukan destinasi baru untuk wisata karena kebiasaan mereka berpetualang ke tempat yang tidak biasa.
Jangan anggap juga bahwa mereka yang passion dalam traveling adalah mereka yang berpenghasilan berkelebihan. Kembali lagi ke arti mendalam dari passion, bahwa jika sudah passion, uang pun harusnya bukan lagi kendala. Bahkan, orang-orang yang memiliki passion traveling seringkali justru menghasilkan uang alias produktif, baik dengan menjadi penulis, fotografer, hingga travel agent.
2. Lebih Banyak Lagi yang Jadikan Traveling Sebagai Hobi
Hobi? Apa bedanya sama Passion?
Adakah kamu yang bertanya seperti itu? Ya, memang passion dan hobi seperti mirip, tapi sesungguhnya berbeda. Kamu bisa mencari banyak literatur tentang perbedaan keduanya, tapi jika bisa saya simpulkan disini menurut bahasa saya bahwa passion seperti yang diungkap di bagian 1, lebih kepada ketertarikan kuat akan sesuatu dan punya kecenderungan produktif akan sesuatu tersebut. Sedangkan hobi lebih kepada kegemaran akan sesuatu untuk tujuan relaksasi dan punya kecenderungan untuk konsumtif.

Menikmati setiap jengkal perjalanan via hbr.org
Jadi, bagi mereka yang hobi traveling menjadikan kegiatan berlibur sebagai upaya mengusir stress dan kepenatan dari rutinitas harian. Mereka biasa menyempatkan waktu untuk plesiran ke tempat-tempat baru yang memiliki suasana berbeda dari biasanya serta menyisihkan uang untuk bisa melakukan plesiran tersebut. Namun meskipun berat dan sulit, mereka juga masih mungkin mengundur waktu traveling jika memang ada hal mendesak lainnya. Intinya sama seperti kebanyakan hobi, mereka tidak benar-benar ketergantungan dan masih mungkin mensubstitusi dengan kegiatan lain dengan jangka waktu tertentu.
3. Ada Juga yang Traveling sebagai Sarana Adu Gengsi. Ada!
Terdengar lebay sih, tapi di era sekarang kayaknya memang gengsi menyebar ke berbagai hal termasuk menjangkiti kegiatan Traveling. Ketika kegiatan berwisata gencar di promosikan, ditambah lagi keberadaan media sosial yang membuat aktivitas seseorang bisa di share dengan leluasa termasuk traveling, menjadikan Traveling ibarat gaya hidup kekinian.
Negatifnya, hal ini justru membuat Traveling menjadi ajang untuk adu gengsi oleh sebagian orang. Apalagi dengan mudahnya menshare momen di berbagai aplikasi berbagi foto sekarang ini, menjadikan sebagian orang senang membagi foto liburannya dan senang pula jika banyak yang menyukai foto tersebut. Pada akhirnya, Traveling menjadi candu tersendiri dengan motif mengisi galeri foto dan menunjukkan kemampuan dirinya untuk berpergian.

Wisata alam seperti Kalibiru Jogja ini lagi tren juga nih! via indonesiatrip.id
Biasanya, mereka yang memiliki motif seperti ini lebih suka mengunjungi tempat-tempat yang sedang hits dan lebih mementingkan kuantitas destinasi wisata yang dikunjungi. Bagi mereka, Traveling menjadi bentuk strata sosialnya agar diakui di kalangan yang dia inginkan.
Terlepas dari hal-hal yang nampak negatif itu, tetap saja perilaku ini punya dampak positif. Setidaknya daya tarik atau minat orang untuk berwisata menjadi meningkat dan keberadaan mereka sebagai salah satu upaya promosi. Setujukah?
4. Latah ! Ya, Sebagian Lagi Traveling hanya Ikut-ikutan Tren
Sedikit mirip dengan poin 3, mereka yang Traveling hanya karena ikut-ikutan biasanya hanya karena terbawa atmosfer yang lagi tren saat ini. Ketika suatu tempat lagi heboh di media sosial ditambah lagi teman-temannya pun mengunggah foto di lokasi hits, membuat mereka yang latah ingin juga merasakan hal yang sama.

Karena film AADC, Gereja Ayam jadi ramai kunjungan via brilio.net
Namanya juga latah, berarti perilaku ini tidak bersifat kontinu. Parahnya lagi, ada saja segelintir mereka yang hanya ingin menikmati keindahan tetapi tidak menjaga kondisi lingkungan. Banyak sudah contohnya, dimana beberapa tempat wisata bahkan wisata khusus seperti di puncak gunung kini dipenuhi oleh sampah dan vandalisme. Hal ini bisa dikatakan sebagai ulah mereka yang hanya menjadikan Traveling sebagai kepuasan pribadi dan sekedar ikut-ikutan. Mereka yang benar-benar mencintai Traveling baik sebagai passion ataupun hobi, biasanya jauh bisa lebih menghargai alam karena mereka mendapatkan banyak pengetahuan serta kebijaksanaan berperilaku dari serangkaian kegiatan Traveling yang mereka lakukan.
Mungkin kedepannya, harus dibuat tren wisata cinta lingkungan agar bagi mereka yang terbiasa latah juga ikut-ikutan melakukan hal positif. Sekalipun tidak kontinu, tapi setidaknya ada hal positifnya bukan?
Itulah 4 tipe motif sesorang melakukan kegiatan wisata. Sekali lagi, artikel ini bukan membahas siapa yang salah atau benar, karena apapun motifnya menjadi hak masing-masing individu. Menjadi salah ialah jika hak itu justru mengganggu hak orang lain seperti merusak alam, vandalisme, atau yang banyak dijumpai ialah membuang sampah sembarangan di tempat wisata. Traveling harusnya tidak hanya berorientasi pada kepuasaan diri sendiri tetapi juga harus melihat lingkup yang lebih luas lagi.
SUMBER
0
2.1K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan