- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Liga Italia
Alasan Juventus Bisa Menangi Liga Champions


TS
Kaskus Sport
Alasan Juventus Bisa Menangi Liga Champions
Liga Champions musim 2016/2017 telah memasuki babak semifinal. Juventus, sebagai satu dari empat kontestan yang tersisa tentunya memiliki ambisi besar untuk meraih gelar musim ini. kesungguhan mereka dapat terlihat saat mereka berhasil mengandaskan perlawanan tim favorit juara, Barcelona di babak perempat final beberapa waktu lalu.
Juventus sendiri akan bentrok dengan AS Monaco yang tampil luar biasa sejauh ini lantaran berhasil menundukan lawan macam Manchester City dan Borussia Dortmund di babak sebelumnya. Selain itu, tim asal Prancis tersebut juga memiliki ketajaman yang sangat mematikan, 12 gol dicetak dalam 4 pertandingan di babak fase gugur ini.
Meski demikian, Juventus tetap difavoritkan untuk menjadi juara Liga Champions musim ini. Berikut lima alasan mengapa Bianconerri mampu mewujudkan ambisinya untuk mengangkat supremasi tertinggi antarklub Eropa tersebut.
Duet Maut Dybala-Higuain

Di babak semifinal ini, empat klub yang lolos dapat dikatakan memiliki duet atau trio penyerang mematikan. Atletico Madrid memiliki duet tajam Kevin Gameiro dan Antoine Griezmann, AS Monaco dengan duo maut Kylian Mbappe dan Radamel Falcao, dan Real Madrid dengan Trio BBC alias Gareth Bale, Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo. Juventus pun memiliki duet Argentina, yakni Paulo Dybala dan Gonzalo Higuain.
Dybala menjadi aktor penting bagi Juventus ketika menghadapi Barcelona di babak perempat final lalu, dua gol-nya di pertemuan pertama sukses membuat klub asal Italia tersebut menang 3-0 sehingga mempermudah mereka hingga tampil tanpa beban ketika berada di Camp Nou. Total, pemain berusia 23 tahun tersebut mencetak 4 gol dari 8 laga di Liga Champions musim ini. Catatan tersebut lebih baik ketimbang musim lalu dengan hanya mencetak 1 gol saja.
Bila dibandingkan dengan Dybala, raihan gol Higuain di Liga Champions lebih sedikit, yakni hanya 3 gol dalam 9 laga. Bahkan dalam fase knock out ia belum mencetak satu gol pun. Meski begitu, ketajamannya di Serie A tidak mengendur. El Pipita–julukan Higuain–telah mengoleksi 23 gol sejauh ini.
Tentunya duet Dybala-Higuain mesti diwaspadai oleh pertahan Monaco. Pasalnya 42% gol Juventus di Liga Champions musim ini berasal dari pemain asal Argentina tersebut.
Pertahanan yang Tangguh
Di awal dijelaskan bahwa Monaco merupakan tim paling subur selama fase gugur. Namun sepertinya kondisi tersebut tak menjadi masalah bagi Juventus. Pasalnya mereka memiliki barisan pertahanan terbaik di Eropa bahkan dunia. Selain memiliki Gianluigi Buffon, kiper dengan segudang pengalaman itu, mereka juga memiliki empat bek tangguh, sebut saja Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli,Leonardo Bonucci, dan Dani Alves.
Adalah wajar apabila dengan kumpulan pemain seperti itu, Juventus musim ini hanya kebobolan sebanyak dua kali di Liga Champions. Bahkan dalam empat pertandingan babak knock out—dengan melawan Porto dan Barcelona, gawang Buffon tidak kemasukan sama sekali.
Catatan ini membuat Si Nyonya Tua menjadi tim yang paling sedikit kebobolan di musim ini. Tentunya menarik melihat ketika tim dengan daya serang terbaik bertemu dengan tim pertahanan terbaik.
Fokus Penuh
Juventus dapat dikatakan cukup beruntung memuncaki klasemen Serie A dengan memiliki perbedaan jarak poin yang cukup jauh. Saat ini mereka memimpin dengan perbedaan 9 poin dari pesaing terdekatnya, AS Roma. Dengan sisa empat pertandingan lagi, Bianconerri hanya butuh satu kemenangan lagi untuk meraih scudetto musim ini.
Hal ini tentunya meringankan beban mereka untuk bisa terkonsentrasi penuh di Liga Champions. Misalnya, dengan banyak mengistirahatkan pemain kuncinya. Terbukti, dengan menyimpan pemain inti saat menghadapi Pescara beberapa waktu lalu, Juventus bisa membuat imbang Barcelona di leg kedua babak perempat final dengan skor 0-0 dan membuat mereka melaju ke semifinal dengan agregat kemenangan 3-0 sebelumnya ketika berlaga di Juventus Stadium.
Bandingkan dengan lawannya, AS Monaco. Mereka masih membagi fokusnya di Liga lantaran hanya memiliki perbedaan poin tipis, yakni tiga poin saja dari pesaing terdekatnya, Paris Saint Germain (PSG) yang musim ini hanya fokus di liga domestik saja—setelah sebelumnya tersingkir oleh Barcelona di Liga Champions.
Misi Massimiliano Allegri

Nama Allegri kini sudah bisa disandingkan sejajar dengan Pep Guardiolz, Jose Mourinho, dan Diego Simeone sebagai salah satu pelatih terbaik di daratan Eropa. Sepeninggal Antonio Conte, mantan pelatih AC Milan tersebut mampu melanjutkan tongkat estafet dengan memberikan gelar lebih banyak dari apa yang diberikan oleh pendahulunya.
Musim ini bisa jadi adalah musim terakhir bagi Allegri. Memang kontraknya baru akan berakhir pada 30 Juni 2018 mendatang, tapi pelatih yang populer ketika melatih Sassuolo ini tengah dikatikan klub-klub besar Eropa mulai dari Barcelona, PSG, hingga Arsenal. Tentunya dengan memberikan gelar liga Champions, bisa menjadi kado perpisahan yang manis dari Allegri.
Keinginan Kuat Mengakhiri Dahaga Gelar
Juventus dikenal sebagai tim yang ditakuti di negaranya sendiri lantaran banyaknya scudetto yang diraih. Sedangkan di ajang Liga Champions, mereka hanya mampu memenangkan sebanyak 2 gelar dari 8 pertandingan final. Terakhir mereka meraihnya pada musim 1995-1996 usai mengalahkan Ajax Amsterdam lewat adu penalti.
Setelah 21 tahun gagal membawa pulang Si Kuping Besar, membuat Juventus semakin berhasrat menjuarai ajang ini. untuk mengenapkan hasrat tersebut, di awal musim mereka mengeluarkan uang sebanyak 138 juta pounds atau Rp2,3 triliun. Hal ini tercatat sebagai belanja pemain terbesar sepanjang sejarah klub.
Rasa-rasanya dengan modal yang sudah dijabarkan di atas, Juventus bisa kelaur sebagai pemenang kejuaraan ini.
Juventus sendiri akan bentrok dengan AS Monaco yang tampil luar biasa sejauh ini lantaran berhasil menundukan lawan macam Manchester City dan Borussia Dortmund di babak sebelumnya. Selain itu, tim asal Prancis tersebut juga memiliki ketajaman yang sangat mematikan, 12 gol dicetak dalam 4 pertandingan di babak fase gugur ini.
Meski demikian, Juventus tetap difavoritkan untuk menjadi juara Liga Champions musim ini. Berikut lima alasan mengapa Bianconerri mampu mewujudkan ambisinya untuk mengangkat supremasi tertinggi antarklub Eropa tersebut.
Duet Maut Dybala-Higuain

Di babak semifinal ini, empat klub yang lolos dapat dikatakan memiliki duet atau trio penyerang mematikan. Atletico Madrid memiliki duet tajam Kevin Gameiro dan Antoine Griezmann, AS Monaco dengan duo maut Kylian Mbappe dan Radamel Falcao, dan Real Madrid dengan Trio BBC alias Gareth Bale, Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo. Juventus pun memiliki duet Argentina, yakni Paulo Dybala dan Gonzalo Higuain.
Dybala menjadi aktor penting bagi Juventus ketika menghadapi Barcelona di babak perempat final lalu, dua gol-nya di pertemuan pertama sukses membuat klub asal Italia tersebut menang 3-0 sehingga mempermudah mereka hingga tampil tanpa beban ketika berada di Camp Nou. Total, pemain berusia 23 tahun tersebut mencetak 4 gol dari 8 laga di Liga Champions musim ini. Catatan tersebut lebih baik ketimbang musim lalu dengan hanya mencetak 1 gol saja.
Bila dibandingkan dengan Dybala, raihan gol Higuain di Liga Champions lebih sedikit, yakni hanya 3 gol dalam 9 laga. Bahkan dalam fase knock out ia belum mencetak satu gol pun. Meski begitu, ketajamannya di Serie A tidak mengendur. El Pipita–julukan Higuain–telah mengoleksi 23 gol sejauh ini.
Tentunya duet Dybala-Higuain mesti diwaspadai oleh pertahan Monaco. Pasalnya 42% gol Juventus di Liga Champions musim ini berasal dari pemain asal Argentina tersebut.
Pertahanan yang Tangguh
Di awal dijelaskan bahwa Monaco merupakan tim paling subur selama fase gugur. Namun sepertinya kondisi tersebut tak menjadi masalah bagi Juventus. Pasalnya mereka memiliki barisan pertahanan terbaik di Eropa bahkan dunia. Selain memiliki Gianluigi Buffon, kiper dengan segudang pengalaman itu, mereka juga memiliki empat bek tangguh, sebut saja Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli,Leonardo Bonucci, dan Dani Alves.
Adalah wajar apabila dengan kumpulan pemain seperti itu, Juventus musim ini hanya kebobolan sebanyak dua kali di Liga Champions. Bahkan dalam empat pertandingan babak knock out—dengan melawan Porto dan Barcelona, gawang Buffon tidak kemasukan sama sekali.
Catatan ini membuat Si Nyonya Tua menjadi tim yang paling sedikit kebobolan di musim ini. Tentunya menarik melihat ketika tim dengan daya serang terbaik bertemu dengan tim pertahanan terbaik.
Fokus Penuh
Juventus dapat dikatakan cukup beruntung memuncaki klasemen Serie A dengan memiliki perbedaan jarak poin yang cukup jauh. Saat ini mereka memimpin dengan perbedaan 9 poin dari pesaing terdekatnya, AS Roma. Dengan sisa empat pertandingan lagi, Bianconerri hanya butuh satu kemenangan lagi untuk meraih scudetto musim ini.
Hal ini tentunya meringankan beban mereka untuk bisa terkonsentrasi penuh di Liga Champions. Misalnya, dengan banyak mengistirahatkan pemain kuncinya. Terbukti, dengan menyimpan pemain inti saat menghadapi Pescara beberapa waktu lalu, Juventus bisa membuat imbang Barcelona di leg kedua babak perempat final dengan skor 0-0 dan membuat mereka melaju ke semifinal dengan agregat kemenangan 3-0 sebelumnya ketika berlaga di Juventus Stadium.
Bandingkan dengan lawannya, AS Monaco. Mereka masih membagi fokusnya di Liga lantaran hanya memiliki perbedaan poin tipis, yakni tiga poin saja dari pesaing terdekatnya, Paris Saint Germain (PSG) yang musim ini hanya fokus di liga domestik saja—setelah sebelumnya tersingkir oleh Barcelona di Liga Champions.
Misi Massimiliano Allegri

Nama Allegri kini sudah bisa disandingkan sejajar dengan Pep Guardiolz, Jose Mourinho, dan Diego Simeone sebagai salah satu pelatih terbaik di daratan Eropa. Sepeninggal Antonio Conte, mantan pelatih AC Milan tersebut mampu melanjutkan tongkat estafet dengan memberikan gelar lebih banyak dari apa yang diberikan oleh pendahulunya.
Musim ini bisa jadi adalah musim terakhir bagi Allegri. Memang kontraknya baru akan berakhir pada 30 Juni 2018 mendatang, tapi pelatih yang populer ketika melatih Sassuolo ini tengah dikatikan klub-klub besar Eropa mulai dari Barcelona, PSG, hingga Arsenal. Tentunya dengan memberikan gelar liga Champions, bisa menjadi kado perpisahan yang manis dari Allegri.
Keinginan Kuat Mengakhiri Dahaga Gelar
Juventus dikenal sebagai tim yang ditakuti di negaranya sendiri lantaran banyaknya scudetto yang diraih. Sedangkan di ajang Liga Champions, mereka hanya mampu memenangkan sebanyak 2 gelar dari 8 pertandingan final. Terakhir mereka meraihnya pada musim 1995-1996 usai mengalahkan Ajax Amsterdam lewat adu penalti.
Setelah 21 tahun gagal membawa pulang Si Kuping Besar, membuat Juventus semakin berhasrat menjuarai ajang ini. untuk mengenapkan hasrat tersebut, di awal musim mereka mengeluarkan uang sebanyak 138 juta pounds atau Rp2,3 triliun. Hal ini tercatat sebagai belanja pemain terbesar sepanjang sejarah klub.
Rasa-rasanya dengan modal yang sudah dijabarkan di atas, Juventus bisa kelaur sebagai pemenang kejuaraan ini.
MAU NONTON GRATIS SERIE A DI ITALIA?
IKUTAN KUIS TEBAK SKOR DI SINI!
Supported by:



www.kaskus.id
IKUTAN KUIS TEBAK SKOR DI SINI!
Supported by:



www.kaskus.id
0
2.6K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan