Pekerja PT Freeport Indonesia dan kontraktor menggelar aksi peringatan Hari Buruh Internasional di Timika, Papua, Senin (1/5).
Saban 1 Mei, orang-orang upahan memuliakan keadaan yang dikenal sebagai Hari Buruh Sedunia. Pada perayaan perihal tersebut kemarin, Senin (1/5), ribuan pekerja PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua, memulai aksi mogok kerja sebulan hingga 30 Mei.

Dilansir sejumlah media pemberitaan, langkah tersebut diambil karena para pekerja belum bersepakat dengan pengelola perusahaan tambang itu tentang sejumlah hal yang berkenaan dengan penerapan sanksi bagi karyawan.

Hukuman itu sendiri terkait perjanjian kerja bersama (PKB)/Pedoman Hubungan Industrial (PHI) 2015-2017.

"Sampai tadi malam pukul 00.00 WIT, kami terus menunggu iktikad baik dari manajemen untuk menerima tuntutan kami. Tapi, ternyata hal itu belum terjadi atau belum ada kesepakatan. Dengan demikian, surat mogok kami yang sebelumnya disampaikan ke pihak perusahaan dan pemerintah adalah sah," ujar Yafet Panggala, Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan pada Serikat Pekerja PT Freeport Indonesia, dikutip Kompas.com.

Rencana untuk mengamalkan mogok kerja pernah disampaikan pada 20 April. Dalam agenda, aksi juga diikuti oleh para pegawai perusahaan subkontraktor Freeport.

Tri Puspita, anggota tim advokasi salah satu unit kerja di Serikat Pekerja PT Freeport, mengatakan, sebagaimana ditulis CNNIndonesia.com, bahwa organisasinya memiliki tiga tuntutan kepada pihak manajemen perusahaan.

Gugatan itu adalah, menghentikan "kebijakan manajemen Freeport merumahkan (furlough) ribuan karyawan sejak akhir Februari, menuntut penghapusan program outsourcing, serta menghentikan kriminalisasi terhadap pekerja".

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Perumahan Rakyat Kabupaten Mimika, merekam bahwa hingga pertengahan April 2017, total karyawan Freeport dan perusahaan subkontraktornya yang telah dirumahkan dan dipecat 4.647 orang.Jumlah itu mencakup karyawan permanen Freeport yang telah dirumahkan dan dipecat-- karyawan Papua 59 orang, karyawan non-Papua 1.096 orang, dan tenaga kerja asing 35 orang.Selain itu, karyawan perusahaan subkontraktor Freeport yang telah dipecat mencapai 2.457 orang--2.370 orang dari Indonesia dan 87 orang dari mancanegara.

Akan halnya kebijakan merumahkan karyawan Freeport secara permanen, penerapannya berlaku untuk semua unit kerja dan level, termasuk fungsionaris Serikat Pekerja Freeport di tingkat departemen (komisariat).

Direktur urusan personalia Freeport Indonesia, Achmad Didi Ardianto, dalam pertemuan dengan serikat pekerja perusahaan pada akhir April berdalih bahwa kebijakan furlough diambil demi mengelak dari pemecatan pegawai.

Namun, dia kemudian juga menyatakan, seperti ditulis SalamPapua.com, bahwa kemungkinan bagi para pegawai untuk kembali bekerja setelah terkena kebijakan itu sangat kecil.

Di sisi lain, serikat pekerja Freeport menampik tudingan dari perusahaan bahwa intimidasi dan ancaman dilemparkan kepada para karyawan Freeport untuk ikut dalam aksi mogok.

Sanggahan itu, ditulis Antara, dilontarkan oleh Yafet yang mengaku bahwa serikat tempat dia bernaung "sama sekali tidak pernah melakukan pemaksaan atau perlakuan yang tidak baik kepada rekan-rekan pekerja".

Negara sendiri lewat Tentara Nasional Indonesia menanggapi aksi itu dengan mengerahkan 400 serdadu dari semua kesatuan di Timika. Perintah siaga satu pun "dikeluarkan dari komando atas untuk menghadapi rencana aksi karyawan saat Hari Buruh dan agenda-agenda selanjutnya," ujar Komandan Kodim 1710 Mimika, Letnan Kolonel Inf. Windarto, dinukil Republika.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-mogok-sebulan

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Ihwal pembubaran pengajian Felix Siauw di Malang

- Jejak Pilkada dalam aksi buruh Jakarta

- Tarif listrik 900 VA baru untuk pelanggan mampu