- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Elektabilitas Prabowo Meningkat Pesat, Jokowi Menurun


TS
mylki
Elektabilitas Prabowo Meningkat Pesat, Jokowi Menurun
Quote:
RMOL. Kemenangan Anies-Sandi di Pilgub DKI membawa berkah bagi Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Peneliti lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menyebut popularitas Prabowo naik signifikan. Jika hal ini bisa dijaga, tak menutup kemungkinan Prabowo manggung dan jadi pesaing serius Jokowi di Pilpres 2019.
Adjie menyatakan, belum mengetahui persis berapa persen kenaikan popularitas Prabowo secara nasional. Pasalnya, lembaganya belum melakukan survei terbaru. Namun, kata dia, secara umum bisa dilihat ada kenaikan popularitas Prabowo.
Menurut Adjie, setidaknya ada tiga alasan kenapa Prabowo mendapat kenaikan popularitas. Pertama, eks Danjen Kopassus itu dianggap sebagai figur sentral yang ada di balik majunya Anies-Sandi sebagai cagub cawagub DKI Jakarta.
Meskipun Anies Baswedan dikenal bukan anggota partai, bahkan orang yang pernah menjadi lawan politik di Pilpres 2014.
"Karena itu, Prabowo mendapat sentimen positif sebagai tokoh yang concern melakukan rekruitmen calon kepala daerah yang baik," kata Adjie saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.
Alasan kedua, lanjut Adjie, selama pagelaran Pilgub DKI, Prabowo mendapat hasil positif dari kedekatan hubungan dengan pemilih muslim. Pertanyaannya, apakah kedekatan ini akan kembali dimanfaatkan di Pilkada serentak 2018 atau tidak, misalnya di Pilgub Jawa Barat dan Jawa Timur, atau pilkada yang basis provinsi besar. Jika kedekatan itu berlanjut, popularitas Prabowo dipastikan akan kembali naik.
Terlepas calon kepala daerah yang diusung Gerindra itu kalah atau menang. "Jika kalah saja akan mendapat dampak positifnya. Apalagi jika menang," tuturnya.
Terakhir, Adjie melihat ada perubahan sikap dari Prabowo yang lebih humanis dibanding saat Pilpres lalu yang tampak sebagai sosok yang keras. Pada Pilgub DKI kemarin, Prabowo memperlihatkan sisi humanisnya. Bahkan di beberapa momen, Prabowo menunjukkan sebagai figur yang humoris.
"Sikap yang sangat berbeda jika dibanding pada Pilpres kemarin," ungkapnya.
Apakah popularitas Prabowo sudah bisa mengimbangi Jokowi? Adjie tak bisa memastikan. Kata dia, perlu data yang baru untuk mengetahui tingkat popularitas kedua tokoh tersebut. Hanya saja menurut dia, jika ketiga hal di atas bisa dijaga, sangat mungkin Prabowo kembali mentas di Pilpres 2019.
Sekadar perbandingan saja, dalam survei Indo Barometer yang dirilis pertengahan Maret lalu popularitas Jokowi masih di atas angin dan belum mendapat lawan yang sepadan. Jika pilpres digelar saat itu, elektabilitas Jokowi masih unggul jauh dibanding nama-nama lain seperti Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut, jika Pilpres digelar hari ini, Jokowi mendapat elektabilitas paling tinggi yaitu mencapai 45,6 persen.
Angka ini jauh di atas lawannya di Pilpres lalu, Prabowo Subianto yang mendapat 9,8 persen, atau nama lain yang muncul seperti Ahok, Ridwan Kamil dan Agus Harimurti Yudhoyono. Jika dilakukan head to head antara Jokowi dan Prabowo maka Jokowi meraih 50,2 persen adapun Prabowo 28,8 persen.
Sebanyak 20 persen responden belum menjawab memutuskan tidak menjawab. Dari survei juga terungkap ada lima alasan tertinggi responden memilih capres, yaitu dekat dengan rakyat, terbukti kinerjanya, berjiwa sosial dan baik, membawa perubahan serta berani.
Apakah Gerindra akan kembali mencalonkan Prabowo sebagai capres? Waketum Gerindra Arief Puyono menyatakan, sebenarnya pihaknya belum mau membicarkan masalah pilpres karena masih fokus untuk membangun partai.
Namun sampai saat ini keputusan partai masih tetap akan mencalonkan Prabowo sebagai presiden sesuai amanat kongres dan keinginan kader.
Siapa pendampingnya? Dia bilang, belum ada. Soalnya untuk memilih cawapres akan ditentukan oleh Prabowo dan kader dan keinginan masyarakat. Dia bilang, sekarang ini partai fokus dulu memajukan kehidupan masyarakat terutama dalam persoalan pembangunan di daerah dan pembukaan lapangan kerja baru serta penguatan ekonomi kerakyatan.
"Masih lamalah pilpres, yang penting kita bisa membantu pemerintah dan mengkontrol pemerintah Jokowi agar menjalankan program yang dijanjikan Pilpres lalu, dan Gerindra masih sibuk dengan banyaknya pilkada yang akan digelar," kata Arief saat dihubungi, kemari.
Apakah sudah mempersiapkan pencalonan? Arief mengaku belum ada persiapan khusus
SUMBER. ***
Adjie menyatakan, belum mengetahui persis berapa persen kenaikan popularitas Prabowo secara nasional. Pasalnya, lembaganya belum melakukan survei terbaru. Namun, kata dia, secara umum bisa dilihat ada kenaikan popularitas Prabowo.
Menurut Adjie, setidaknya ada tiga alasan kenapa Prabowo mendapat kenaikan popularitas. Pertama, eks Danjen Kopassus itu dianggap sebagai figur sentral yang ada di balik majunya Anies-Sandi sebagai cagub cawagub DKI Jakarta.
Meskipun Anies Baswedan dikenal bukan anggota partai, bahkan orang yang pernah menjadi lawan politik di Pilpres 2014.
"Karena itu, Prabowo mendapat sentimen positif sebagai tokoh yang concern melakukan rekruitmen calon kepala daerah yang baik," kata Adjie saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.
Alasan kedua, lanjut Adjie, selama pagelaran Pilgub DKI, Prabowo mendapat hasil positif dari kedekatan hubungan dengan pemilih muslim. Pertanyaannya, apakah kedekatan ini akan kembali dimanfaatkan di Pilkada serentak 2018 atau tidak, misalnya di Pilgub Jawa Barat dan Jawa Timur, atau pilkada yang basis provinsi besar. Jika kedekatan itu berlanjut, popularitas Prabowo dipastikan akan kembali naik.
Terlepas calon kepala daerah yang diusung Gerindra itu kalah atau menang. "Jika kalah saja akan mendapat dampak positifnya. Apalagi jika menang," tuturnya.
Terakhir, Adjie melihat ada perubahan sikap dari Prabowo yang lebih humanis dibanding saat Pilpres lalu yang tampak sebagai sosok yang keras. Pada Pilgub DKI kemarin, Prabowo memperlihatkan sisi humanisnya. Bahkan di beberapa momen, Prabowo menunjukkan sebagai figur yang humoris.
"Sikap yang sangat berbeda jika dibanding pada Pilpres kemarin," ungkapnya.
Apakah popularitas Prabowo sudah bisa mengimbangi Jokowi? Adjie tak bisa memastikan. Kata dia, perlu data yang baru untuk mengetahui tingkat popularitas kedua tokoh tersebut. Hanya saja menurut dia, jika ketiga hal di atas bisa dijaga, sangat mungkin Prabowo kembali mentas di Pilpres 2019.
Sekadar perbandingan saja, dalam survei Indo Barometer yang dirilis pertengahan Maret lalu popularitas Jokowi masih di atas angin dan belum mendapat lawan yang sepadan. Jika pilpres digelar saat itu, elektabilitas Jokowi masih unggul jauh dibanding nama-nama lain seperti Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut, jika Pilpres digelar hari ini, Jokowi mendapat elektabilitas paling tinggi yaitu mencapai 45,6 persen.
Angka ini jauh di atas lawannya di Pilpres lalu, Prabowo Subianto yang mendapat 9,8 persen, atau nama lain yang muncul seperti Ahok, Ridwan Kamil dan Agus Harimurti Yudhoyono. Jika dilakukan head to head antara Jokowi dan Prabowo maka Jokowi meraih 50,2 persen adapun Prabowo 28,8 persen.
Sebanyak 20 persen responden belum menjawab memutuskan tidak menjawab. Dari survei juga terungkap ada lima alasan tertinggi responden memilih capres, yaitu dekat dengan rakyat, terbukti kinerjanya, berjiwa sosial dan baik, membawa perubahan serta berani.
Apakah Gerindra akan kembali mencalonkan Prabowo sebagai capres? Waketum Gerindra Arief Puyono menyatakan, sebenarnya pihaknya belum mau membicarkan masalah pilpres karena masih fokus untuk membangun partai.
Namun sampai saat ini keputusan partai masih tetap akan mencalonkan Prabowo sebagai presiden sesuai amanat kongres dan keinginan kader.
Siapa pendampingnya? Dia bilang, belum ada. Soalnya untuk memilih cawapres akan ditentukan oleh Prabowo dan kader dan keinginan masyarakat. Dia bilang, sekarang ini partai fokus dulu memajukan kehidupan masyarakat terutama dalam persoalan pembangunan di daerah dan pembukaan lapangan kerja baru serta penguatan ekonomi kerakyatan.
"Masih lamalah pilpres, yang penting kita bisa membantu pemerintah dan mengkontrol pemerintah Jokowi agar menjalankan program yang dijanjikan Pilpres lalu, dan Gerindra masih sibuk dengan banyaknya pilkada yang akan digelar," kata Arief saat dihubungi, kemari.
Apakah sudah mempersiapkan pencalonan? Arief mengaku belum ada persiapan khusus
SUMBER. ***
Diubah oleh mylki 30-04-2017 23:04
0
11.9K
Kutip
156
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan