mat.ahariAvatar border
TS
mat.ahari
Le Pen dan Masa Depan Populisme di Eropa

Nusantara.news – Melajunya Marine Le Pen, politisi sayap kanan dari Partai Front Nasional Prancis, ke putaran kedua pemilihan presiden Prancis dianggap sebagai penanda masih adanya harapan bagi populisme di benua Eropa. Le Pen memperoleh 21,3% suara, berada di belakang politisi Tengah Emmanuel Macron (24,1%) yang maju lewat jalur independen pada pemilu Prancis putaran pertama, Minggu (23/4).

Le Pen dianggap sebagai harapan, karena sebelumnya politisi-politisi sayap kanan Eropa yang mengusung tema populisme kandas dalam pemilu.

Dalam pemilihan Eropa, terutama sejak kemenangan Donald Trump sebagai simbol kemenangan populis di Amerika, sebenarnya tren bagi para kandidat nasionalis kanan, yang mengusung tema populis tampil mengecewakan. Di Belanda, Geert Wilders dari Partai Kebebasan yang sangat anti Islam, kendati partainya mampu menambah perolehan kursi dalam pemilu legislatif, tapi gagal merebut kursi Perdana Menteri.

Sementara itu, di Austria, Norbert Hofer dari Partai Kebebasan Austria juga gagal dalam pemilihan presiden di negara itu Desember lalu. Kemenangan Donald Trump di AS menyusul kemenangan referendum rakyat Inggris (Brexit) sebagai simbol bangkitnya populisme, meski sempat mengerek perolehan suara partai-partai sayap kanan di Eropa, tapi belum bisa menempatkan tokoh-tokohnya sebagai pemimpin di negara-negara Eropa. Trump sempat populer di Eropa pada awal kemenangannya, tapi belakangan popularitasnya meredup setelah sejumlah kebijakannya banyak diprotes warga AS dan dunia.

Pemilu Belanda bulan lalu dianggap sebagai bellwether (pemimpinin biri-biri) bagi pemilu Eropa, artinya jika Geert Wilders, tokoh sayap kanan menang bakal diikuti kemenangan tokoh-tokoh sayap kanan lainnya di Eropa. Tapi kenyataannya Wilders kalah.

Namun kaum populis berkilah bahwa kekalahan Wilders tidak bisa dijadikan patokan karena sistem Pemilu Belanda memiliki karakteristik tersendiri, dengan sistem pemilihan legislati dan Perdana Menteri dipilih tergantung koalisi partai yang punya kursi di parlemen. Jadi, menurut mereka pemilu Prancis-lah bellwether-nya karena menggunakan sistem pemilihan presiden langsung. Oleh karena itu, Le Pen menjadi pertaruhan masa depan populisme di Eropa.

Mampukah Le Pen merebut suara pada putaran kedua atau putaran final pada tanggal 7 Mei nanti?SUMBER ...
sebelahblog
anasabila
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan