PROLOG
Dingin mulai memasuki raga,menusuk-nusuk hingga ke tulang. Jalan kembali itu HILANG. Asa dan kehidupan lekat dengan pasrah dan kematian. Delapan arah mata angin tak terjamah, matahari tak nampak. Akankah asa itu berpihak? Ataukah pasrah yang meminang?
***
Matahari harusnya masih tinggi di atas kepala ini, tapi lapisan kabut ini sangat pekat, hingga segaris sinar pun tak nampak. Kemana langkah ini harus berpijak?
"Deon, ini gimana? Kabutnya tebel banget," Pink memecah lamunanku.
Dia wanita satu-satunya dari kita bertiga, gerombolan remaja yang sedang melarikan diri dari rumitnya kisah kasih SMA, tapi kami malah terjebak di sini. Puncak gunung Prau.
" tenang Pink, kita cari jalan pulang, pasti ketemu. Kita pasti pulang dengan selamat!" sungguh itu hanya kata-kata, aku sendiri tidak tahu bagaimana keadaan kita, bahkan untuk 10 menit kemudian.
"Hei, kita tidak sendirian," lagi-lagi lamunanku pecah.
Ray berseru di depanku. Tangannya memberi tanda untuk kita tetap diam ditempat. Ray tidak pernah seserius ini, tubuhnya kaku bagai patung. Aku dan Pink mencari-cari siapa orang lain itu. Dari atas bukit, hanya berjarak beberapa meter, dia muncul. Hei, dia bukan manusia. Sungguh. Baru kali ini aku melihatnya hidup liar. Macan kumbang itu berlari dengan ganasnya!
***
Hai, ini cerita pertamaku, maaf apabila ada kekurangan di sana-sini.. šš Semoga menghibur, jangan lupa vote dan comment.. Terima Kasih..