- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Lounge Pictures
TEMPAT-TEMPAT PILIHAN UNTUK BERKENALAN LANGSUNG DENGAN HEWAN-HEWAN ENDEMIK INDONESIA


TS
komunitasjalan2
TEMPAT-TEMPAT PILIHAN UNTUK BERKENALAN LANGSUNG DENGAN HEWAN-HEWAN ENDEMIK INDONESIA
Indonesia itu sudah tak bisa dipungkiri lagi sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Bahkan sebuah lagu berjudul ‘Kolam Susu’ mengibaratkan negeri ini sebagai Tanah Surga. Tak juga berlebihan nampaknya karena nyatanya sejak berabad tahun lalu para penjajah sudah berebut kekuasaan di Pertiwi ini.
Tidak hanya soal kekayaan alam, Indonesia juga diberkahi dengan keberagaman fauna dari berbagai jenis seperti mamalia, burung, reptil, dan ikan. Bahkan beberapa diantaranya merupakan hewan endemik yang artinya secara alami hanya ditemukan atau berhabitat di lokasi geografis tertentu. Tak tanggung-tanggung, data mencatat bahwa Indonesia memiliki masing-masing ratusan jenis mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Hal ini tentu suatu kebanggaan tersendiri bagi kita sekaligus tantangan besar untuk dapat menjaga kelestariannya. Hanya saja tak dapat dipungkiri, semakin hari habitat mereka semakin berkurang dan diperparah lagi dengan pemburuan ilegal yang menjadikan sebagian besar hewan-hewan endemik ini masuk dalam list hewan yang terancam punah.
Konservasi menjadi salah satu upaya memperjuangkan kelestarian fauna endemik tersebut. Beberapa lokasi di Indonesia memiliki wilayah konservasi yang biasa dikhususkan pula untuk fauna-fauna langka baik itu yang berbentuk Taman Nasional, Cagar Alam, Penangkaran, ataupun Kawasan Konservasi.
Nah, untuk dapat mengenal lebih dekat hewan-hewan endemik Indonesia tersebut, kita bisa menyambangi mereka di kawasan konservasi tersebut. Hewan apa saja dan dimana saja kah lokasinya?
1. Menyambangi Cagar Alam Tangkoko, Habitat Terbesar Monyet Hitam Sulawesi

(via indonesia-tourism.com)
Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Sulawesi terutama Sulawesi bagian Utara memiliki hewan endemik berjenis monyet yaitu Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau dikenal juga oleh penduduk lokal dengan sebutan Yaki.
Monyet Hitam yang juga punya nama lain Monyet wolai ini merupakan monyet makak terbesar di Pulau sulawesi dengan ciri warna tubuhnya yaitu hitam pekat kecuali di telapak tangan dan pantat. Selain itu, ciri lainnya adalah di bagian atas kepala, terdapat jambul kecil serta ekor yang sangat kecil sehingga tampak seperti tidak berekor. Monyet ini sendiri terbilang ramah terhadap manusia sehingga tak perlu khawatir dengan keselamatan, tentunya selagi kita juga ramah terhadap mereka.
Saat ini, habitat Terbesar persebaran Monyet Hitam Sulawesi ialah di Cagar Alam Tangkoko, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Cagar alam ini sebenarnya juga menjadi habitat bagi satwa langka lain termasuk tarsius.
Di dalam kawasan Cagar Alam Tangkoko sendiri terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman Wisata Batuangus, serta berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Duasaudara. Dengan kata lain, kawasan ini memang merupakan kawasan hutan primer yang membuatnya kaya akan keberagaman hayati.
Untuk menuju Cagar Alam Tangkoko, memerlukan waktu sekitar dua jam dari Kota Manado. Petunjuk jalan terbilang minim dan banyak dijumpai persimpangan sehingga jika belum pernah ke Tangkoko sebelumnya dan tidak yakin dengan jalannya, lebih baik sering-sering bertanya dengan penduduk yang dilewati.
Sebelum memasuki kawasan cagar alam, tentunya harus lapor kepada petugas di pintu gerbang kawasan. Tiket masuknya hanya sekitar Rp 3500 perorang dan mereka juga siap menyediakan jasa pemandu perjalanan menyusuri hutan dan mencari lokasi berkumpulnya Monyet Hitam Sulawesi tersebut, tip bagi pemandu sekitar Rp 70.000,-.
2. Melihat Dengan Jelas Si Kecil Tarsius di Taman Marga Satwa Tandurusa

(via commons.wikimedia.com)
Masih di Sulawesi Utara dan tak jauh dengan Cagar Alam Tangkoko, jika kalian tidak berhasil menemukan Tarsius disana, maka menyambangi Taman Marga Satwa Tandurusa sangat bisa dijadikan pilihan. Karena merupakan Taman Marga Satwa atau sejenis kebun binatang, sudah tentu kalian pasti bisa menemukan Tarsius tanpa harus menunggu atau lelah mencari tanpa kepastian di hutan belantara.
Taman Marga Satwa Tandurusa beralamatkan di Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung, Sulawesi Selatan, sekitar 45 km arah Timur dari Kota Manado. Sebenarnya, selain Tarsius, Tandarusa juga menjadi lokasi penangkaran hewan lain seperti babi rusa, burung Rangkong, Jalak Ungu, Kuskus, Luwak sulawesi, dan Anoa, hanya saja Tarsius memang menjadi primadona utama dan yang paling menarik perhatian wisatawan.
Tarsius yang ada di Taman Marga Satwa ini umumnya merupakan jenis Tarsius tarsier yang merupakan tarsius endemik Sulawesi Utara. Hewan yang mirip monyet dengan ukuran sangat mini ini memang dikenal pemalu sehingga sangat sulit menemukannya di hutan liar. Dengan keberadaanya di Tandurusa ini, pengunjung tentu akan dengan mudah menemukan dan melihat langsung tingkah polanya yang terkenal sangat lamban tersebut.
Untuk dapat masuk ke kawasan ini, pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp 8.000 perorang. Di dalamnya, pengunjung akan langsung disambut dengan kandang-kandang cukup besar dengan nuansa yang dibuat sealami mungkin bagi Tarsius. Pengunjung bisa masuk kedalam kandang dan melihat dengan sangat dekat satwa langka ini yang biasanya asyik bermalas di ranting pohon. Bau khas Tarsius dan kotorannya memang cukup menyengat ketika masuk kedalam kandangnya, namun tentu tidak akan mengalahkan niat untuk dapat menyapa mereka yang menyambut dengan mata bulatnya.
Puas menyaksikan si kecil Tarsius, maka kalian bisa langsung berkeliling untuk melihat hewan-hewan lain. Karena kebanyakan hewan disini merupakan hewan langka, menjadikan pengalaman wisata di Taman Marga Satwa Tandurusa terasa berbeda. Lokasi ini juga cocok dijadikan pilihan berlibur bersama anak-anak untuk menambah pengetahuan mereka.
3. Pulau Bakut di Baritokuala, Habitat Bagi Si Hidung Besar Bekantan

(via wisatalagi.blogspot.com)
Bekantan, hewan sejenis Monyet dengan ciri berhidung besar dan panjang tersebut menjadi salah satu hewan endemik Pulau Kalimantan yang sudah cukup dikenal. Hewan ini bahkan lebih dulu dikenal sebagai maskot Dunia Fantasi di Jakarta. Di Kalimantan sendiri, Bekantan bisa dijumpai di beberapa lokasi penangkaran. Hanya saja seiring zaman, keberadaannya nampak semakin terdesak saja.
Jika kalian tertarik menyapa secara langsung Bekantan di habitat aslinya, maka Pulau Bakut bisa menjadi pilihannya. Pulau ini berada di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan, hanya sekitar 20 km dari Kota Banjarmasin. Pulau ini bukan berada di tengah lautan, melainkan sebuah delta di aliran Sungai Barito. Lokasi persisnya ialah di bawah Jembatan Barito sehingga sangat mudah dituju.
Jika ingin menggunakan kapal dari pusat Kota Banjarmasin, kalian bisa menyewanya dengan tarif sekitar Rp 400 ribu perkapal berisis 8-10 orang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Tersedia juga speedboat dengan tarif yang lebih mahal tentunya yaitu mencapai Rp 750 ribu dengan maksimal penumpang 5 orang.
Pulau kecil berupa hutan konservasi dengan lahan basah tersebut memang menjadi habitat bagi Bekantan sehingga acap kali menjadi objek wisata di Banjarmasin. Tidak sulit menemukan Bekantan di Pulau Bakut, tinggal menengok atas, maka Bekantan akan nampak bergelantungan di pohon.
Apabila kalian tertarik datang dengan bantuan travel agent, kalian bisa menyambangi Menara Pandang di Jalan Kapten Tendean Banjarmasin. Di sana kalian bisa memilih berbagai paket wisata yang tidak hanya sekedar melihat Bekantan tetapi juga berwisata lainnya seperti menanam mangrove hingga jika ingin berkemah di pulau tersebut.
4. Siapa Tak Kenal Orangutan? Kamu Bisa Bertatap Muka dengan Mereka di Taman Nasional Tanjung Puting

(via acc.co.id)
Orangutan sudah sangat melekat sebagai hewan endemik Pulau Kalimantan. Keberadaannya yang semakin tergusur baik karena berkurangnya hutan akibat pembukaan lahan oleh manusia ataupun karena perburuan terhadap mereka yang lagi lagi juga karena keserakahan manusia, menjadikan Orang Utan semakin terancam kepunahannya. Kondisi ini juga memaksa banyak pemerhati satwa untuk mengupayakan perlindungan terhadap mereka.
Satu lokasi perlindungan Orangutan yang mungkin sudah tidak asing bagi kita ialah di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Provinsi Kalimantan Tengah. Taman Nasional ini meliputi wilayah Kecamatan Kumai, Kecamatan Hanau, dan Seruyan Hilir. Luasnya mencapai lebih dari 415.000 hektar. TNTP sendiri sejatinya juga menjadi area perlindungan bagi hewan-hewan lain termasuk Bekantan. Hanya saja Orangutan menjadi satwa utama yang mendiaminya.
Untuk menuju TNTP memang perlu persiapan matang. Dari ibukota provinsi di Kota Palangkaraya kalian bisa naik bus tujuan Pangkalan Bun. Tarifnya sekitar Rp 150 ribuan sekali jalan. Setiba di Pangkalan Bun, perjalanan dilanjutkan dengan naik taksi, ojek, ataupun angkot menuju Kumai. Dari sinilah petualangan sebenarnya dimulai.
Perjalanan menyusuri TNTP harus menggunakan kapal sewaan yang biasa disebut klotok oleh warga lokal. Perjalanan ini tidak bisa dilakukan satu hari alias harus menginap bisa hingga 3 atau empat hari. Semua aktivitas harian termasuk tidurpun akan dilakukan dari aats kapal. Terbayang betapa liarnya petualangan ini. Namun jika memang terpaksa hanya punya waktu sehari, kalian bisa menyewa speedboat dari Kumai yang berangkat pagi dan pulang ketika sore hari.
Karena memerulakan beberapa hari, sudah tentu harga sewa kapal terbilang mahal yaitu sekitar Rp 1,5-2 juta perhari, untuk itu, perjalanan ini memang biasa dilakukan secara berkelompok. Meskipun terkesan mahal, tetapi di waktu libur panjang, biasanya puluhan kapal akan melakukan tour ini sehingga ada baiknya melakukan reservasi terlebih dahulu.
5. Desa Sawinggrai Papua Barat, Surganya si ‘Burung Surga’ Cendrawasih

Gerbang Desa Sawinggran (via m,lakeybanget.com
Melihat si burung cantik khas Papua, Cendrawasih di kebun binatang tentu bukan hal istimewa lagi. Tetapi ketika kita berkunjung langsung ke habitat liarnya, tentu akan memberikan kesan yang berbeda. Nah, jika kalian kebetulan berkunjung ke Papua Barat, tepatnya di kawasan Raja Ampat, maka sempatkan pula berkunjung ke Desa Sawinggrai.
Ya, karena berada di kepulauan Raja Ampat, menjadikan objek wisata Cendrawasih ini seringpula dijadikan pilihan singgah setelah menikmati keindahan alam Raja Ampat. Perjalanan bisa dimulai dari Waisai, Ibukota Raja Ampat dengan menggunakan kapal menuju Desa Sawingrai, dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Tarif kapal biasa berkisar antara Rp 200 ribuan atau bisa juga dengan speedboat dengan tarif mencapai Rp 500 ribuan. Namun perjalanan masih harus dilanjutkan dengan mendaki Bukit Manjai sekitar setengah jam.
Di daerah alami itulah, kalian bisa secara langsung melihat dan mendengar si ‘Burung surga’ asyik bermain di rumahnya sendiri secara bebas. Tentunya agar lebih efisien, ajaklah penduduk lokal yang akan menjadi pemandu karena mereka lebih tahu dimana saja biasanya bisa ditemukan Cendrawasih. Waktu terbaik untuk menyaksikan atraksi Cendrawasih menari ialah di pagi hari antara jam 7 hingga 9, serta sore antara jam 4 hingga 6.

Tarian Cendrawasih (via lifestyle.sindonews.com)
Bermalam di desa tersebut pun bukan lagi hal sulit karena tersedia homestay. Lokasinya didekat dermaga dengan tarif Rp 500 ribu sudah termasuk 3 kali makan dan pemandu wisata yang siap menemani perjalanan.
SUMBER
Tidak hanya soal kekayaan alam, Indonesia juga diberkahi dengan keberagaman fauna dari berbagai jenis seperti mamalia, burung, reptil, dan ikan. Bahkan beberapa diantaranya merupakan hewan endemik yang artinya secara alami hanya ditemukan atau berhabitat di lokasi geografis tertentu. Tak tanggung-tanggung, data mencatat bahwa Indonesia memiliki masing-masing ratusan jenis mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Hal ini tentu suatu kebanggaan tersendiri bagi kita sekaligus tantangan besar untuk dapat menjaga kelestariannya. Hanya saja tak dapat dipungkiri, semakin hari habitat mereka semakin berkurang dan diperparah lagi dengan pemburuan ilegal yang menjadikan sebagian besar hewan-hewan endemik ini masuk dalam list hewan yang terancam punah.
Konservasi menjadi salah satu upaya memperjuangkan kelestarian fauna endemik tersebut. Beberapa lokasi di Indonesia memiliki wilayah konservasi yang biasa dikhususkan pula untuk fauna-fauna langka baik itu yang berbentuk Taman Nasional, Cagar Alam, Penangkaran, ataupun Kawasan Konservasi.
Nah, untuk dapat mengenal lebih dekat hewan-hewan endemik Indonesia tersebut, kita bisa menyambangi mereka di kawasan konservasi tersebut. Hewan apa saja dan dimana saja kah lokasinya?
1. Menyambangi Cagar Alam Tangkoko, Habitat Terbesar Monyet Hitam Sulawesi

(via indonesia-tourism.com)
Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Sulawesi terutama Sulawesi bagian Utara memiliki hewan endemik berjenis monyet yaitu Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau dikenal juga oleh penduduk lokal dengan sebutan Yaki.
Monyet Hitam yang juga punya nama lain Monyet wolai ini merupakan monyet makak terbesar di Pulau sulawesi dengan ciri warna tubuhnya yaitu hitam pekat kecuali di telapak tangan dan pantat. Selain itu, ciri lainnya adalah di bagian atas kepala, terdapat jambul kecil serta ekor yang sangat kecil sehingga tampak seperti tidak berekor. Monyet ini sendiri terbilang ramah terhadap manusia sehingga tak perlu khawatir dengan keselamatan, tentunya selagi kita juga ramah terhadap mereka.
Saat ini, habitat Terbesar persebaran Monyet Hitam Sulawesi ialah di Cagar Alam Tangkoko, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Cagar alam ini sebenarnya juga menjadi habitat bagi satwa langka lain termasuk tarsius.
Di dalam kawasan Cagar Alam Tangkoko sendiri terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman Wisata Batuangus, serta berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Duasaudara. Dengan kata lain, kawasan ini memang merupakan kawasan hutan primer yang membuatnya kaya akan keberagaman hayati.
Untuk menuju Cagar Alam Tangkoko, memerlukan waktu sekitar dua jam dari Kota Manado. Petunjuk jalan terbilang minim dan banyak dijumpai persimpangan sehingga jika belum pernah ke Tangkoko sebelumnya dan tidak yakin dengan jalannya, lebih baik sering-sering bertanya dengan penduduk yang dilewati.
Sebelum memasuki kawasan cagar alam, tentunya harus lapor kepada petugas di pintu gerbang kawasan. Tiket masuknya hanya sekitar Rp 3500 perorang dan mereka juga siap menyediakan jasa pemandu perjalanan menyusuri hutan dan mencari lokasi berkumpulnya Monyet Hitam Sulawesi tersebut, tip bagi pemandu sekitar Rp 70.000,-.
2. Melihat Dengan Jelas Si Kecil Tarsius di Taman Marga Satwa Tandurusa
(via commons.wikimedia.com)
Masih di Sulawesi Utara dan tak jauh dengan Cagar Alam Tangkoko, jika kalian tidak berhasil menemukan Tarsius disana, maka menyambangi Taman Marga Satwa Tandurusa sangat bisa dijadikan pilihan. Karena merupakan Taman Marga Satwa atau sejenis kebun binatang, sudah tentu kalian pasti bisa menemukan Tarsius tanpa harus menunggu atau lelah mencari tanpa kepastian di hutan belantara.
Taman Marga Satwa Tandurusa beralamatkan di Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung, Sulawesi Selatan, sekitar 45 km arah Timur dari Kota Manado. Sebenarnya, selain Tarsius, Tandarusa juga menjadi lokasi penangkaran hewan lain seperti babi rusa, burung Rangkong, Jalak Ungu, Kuskus, Luwak sulawesi, dan Anoa, hanya saja Tarsius memang menjadi primadona utama dan yang paling menarik perhatian wisatawan.
Tarsius yang ada di Taman Marga Satwa ini umumnya merupakan jenis Tarsius tarsier yang merupakan tarsius endemik Sulawesi Utara. Hewan yang mirip monyet dengan ukuran sangat mini ini memang dikenal pemalu sehingga sangat sulit menemukannya di hutan liar. Dengan keberadaanya di Tandurusa ini, pengunjung tentu akan dengan mudah menemukan dan melihat langsung tingkah polanya yang terkenal sangat lamban tersebut.
Untuk dapat masuk ke kawasan ini, pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp 8.000 perorang. Di dalamnya, pengunjung akan langsung disambut dengan kandang-kandang cukup besar dengan nuansa yang dibuat sealami mungkin bagi Tarsius. Pengunjung bisa masuk kedalam kandang dan melihat dengan sangat dekat satwa langka ini yang biasanya asyik bermalas di ranting pohon. Bau khas Tarsius dan kotorannya memang cukup menyengat ketika masuk kedalam kandangnya, namun tentu tidak akan mengalahkan niat untuk dapat menyapa mereka yang menyambut dengan mata bulatnya.
Puas menyaksikan si kecil Tarsius, maka kalian bisa langsung berkeliling untuk melihat hewan-hewan lain. Karena kebanyakan hewan disini merupakan hewan langka, menjadikan pengalaman wisata di Taman Marga Satwa Tandurusa terasa berbeda. Lokasi ini juga cocok dijadikan pilihan berlibur bersama anak-anak untuk menambah pengetahuan mereka.
3. Pulau Bakut di Baritokuala, Habitat Bagi Si Hidung Besar Bekantan

(via wisatalagi.blogspot.com)
Bekantan, hewan sejenis Monyet dengan ciri berhidung besar dan panjang tersebut menjadi salah satu hewan endemik Pulau Kalimantan yang sudah cukup dikenal. Hewan ini bahkan lebih dulu dikenal sebagai maskot Dunia Fantasi di Jakarta. Di Kalimantan sendiri, Bekantan bisa dijumpai di beberapa lokasi penangkaran. Hanya saja seiring zaman, keberadaannya nampak semakin terdesak saja.
Jika kalian tertarik menyapa secara langsung Bekantan di habitat aslinya, maka Pulau Bakut bisa menjadi pilihannya. Pulau ini berada di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan, hanya sekitar 20 km dari Kota Banjarmasin. Pulau ini bukan berada di tengah lautan, melainkan sebuah delta di aliran Sungai Barito. Lokasi persisnya ialah di bawah Jembatan Barito sehingga sangat mudah dituju.
Jika ingin menggunakan kapal dari pusat Kota Banjarmasin, kalian bisa menyewanya dengan tarif sekitar Rp 400 ribu perkapal berisis 8-10 orang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Tersedia juga speedboat dengan tarif yang lebih mahal tentunya yaitu mencapai Rp 750 ribu dengan maksimal penumpang 5 orang.
Pulau kecil berupa hutan konservasi dengan lahan basah tersebut memang menjadi habitat bagi Bekantan sehingga acap kali menjadi objek wisata di Banjarmasin. Tidak sulit menemukan Bekantan di Pulau Bakut, tinggal menengok atas, maka Bekantan akan nampak bergelantungan di pohon.
Apabila kalian tertarik datang dengan bantuan travel agent, kalian bisa menyambangi Menara Pandang di Jalan Kapten Tendean Banjarmasin. Di sana kalian bisa memilih berbagai paket wisata yang tidak hanya sekedar melihat Bekantan tetapi juga berwisata lainnya seperti menanam mangrove hingga jika ingin berkemah di pulau tersebut.
4. Siapa Tak Kenal Orangutan? Kamu Bisa Bertatap Muka dengan Mereka di Taman Nasional Tanjung Puting

(via acc.co.id)
Orangutan sudah sangat melekat sebagai hewan endemik Pulau Kalimantan. Keberadaannya yang semakin tergusur baik karena berkurangnya hutan akibat pembukaan lahan oleh manusia ataupun karena perburuan terhadap mereka yang lagi lagi juga karena keserakahan manusia, menjadikan Orang Utan semakin terancam kepunahannya. Kondisi ini juga memaksa banyak pemerhati satwa untuk mengupayakan perlindungan terhadap mereka.
Satu lokasi perlindungan Orangutan yang mungkin sudah tidak asing bagi kita ialah di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Provinsi Kalimantan Tengah. Taman Nasional ini meliputi wilayah Kecamatan Kumai, Kecamatan Hanau, dan Seruyan Hilir. Luasnya mencapai lebih dari 415.000 hektar. TNTP sendiri sejatinya juga menjadi area perlindungan bagi hewan-hewan lain termasuk Bekantan. Hanya saja Orangutan menjadi satwa utama yang mendiaminya.
Untuk menuju TNTP memang perlu persiapan matang. Dari ibukota provinsi di Kota Palangkaraya kalian bisa naik bus tujuan Pangkalan Bun. Tarifnya sekitar Rp 150 ribuan sekali jalan. Setiba di Pangkalan Bun, perjalanan dilanjutkan dengan naik taksi, ojek, ataupun angkot menuju Kumai. Dari sinilah petualangan sebenarnya dimulai.
Perjalanan menyusuri TNTP harus menggunakan kapal sewaan yang biasa disebut klotok oleh warga lokal. Perjalanan ini tidak bisa dilakukan satu hari alias harus menginap bisa hingga 3 atau empat hari. Semua aktivitas harian termasuk tidurpun akan dilakukan dari aats kapal. Terbayang betapa liarnya petualangan ini. Namun jika memang terpaksa hanya punya waktu sehari, kalian bisa menyewa speedboat dari Kumai yang berangkat pagi dan pulang ketika sore hari.
Karena memerulakan beberapa hari, sudah tentu harga sewa kapal terbilang mahal yaitu sekitar Rp 1,5-2 juta perhari, untuk itu, perjalanan ini memang biasa dilakukan secara berkelompok. Meskipun terkesan mahal, tetapi di waktu libur panjang, biasanya puluhan kapal akan melakukan tour ini sehingga ada baiknya melakukan reservasi terlebih dahulu.
5. Desa Sawinggrai Papua Barat, Surganya si ‘Burung Surga’ Cendrawasih

Gerbang Desa Sawinggran (via m,lakeybanget.com
Melihat si burung cantik khas Papua, Cendrawasih di kebun binatang tentu bukan hal istimewa lagi. Tetapi ketika kita berkunjung langsung ke habitat liarnya, tentu akan memberikan kesan yang berbeda. Nah, jika kalian kebetulan berkunjung ke Papua Barat, tepatnya di kawasan Raja Ampat, maka sempatkan pula berkunjung ke Desa Sawinggrai.
Ya, karena berada di kepulauan Raja Ampat, menjadikan objek wisata Cendrawasih ini seringpula dijadikan pilihan singgah setelah menikmati keindahan alam Raja Ampat. Perjalanan bisa dimulai dari Waisai, Ibukota Raja Ampat dengan menggunakan kapal menuju Desa Sawingrai, dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Tarif kapal biasa berkisar antara Rp 200 ribuan atau bisa juga dengan speedboat dengan tarif mencapai Rp 500 ribuan. Namun perjalanan masih harus dilanjutkan dengan mendaki Bukit Manjai sekitar setengah jam.
Di daerah alami itulah, kalian bisa secara langsung melihat dan mendengar si ‘Burung surga’ asyik bermain di rumahnya sendiri secara bebas. Tentunya agar lebih efisien, ajaklah penduduk lokal yang akan menjadi pemandu karena mereka lebih tahu dimana saja biasanya bisa ditemukan Cendrawasih. Waktu terbaik untuk menyaksikan atraksi Cendrawasih menari ialah di pagi hari antara jam 7 hingga 9, serta sore antara jam 4 hingga 6.

Tarian Cendrawasih (via lifestyle.sindonews.com)
Bermalam di desa tersebut pun bukan lagi hal sulit karena tersedia homestay. Lokasinya didekat dermaga dengan tarif Rp 500 ribu sudah termasuk 3 kali makan dan pemandu wisata yang siap menemani perjalanan.
SUMBER


4iinch memberi reputasi
1
2.8K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan