cekidot

kita sedikit belajar sejara ya gan

1. Bandar Udara Fatmawati di Bengkulu

Bandar Udara ini mulai dibangun pada tahun 1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang untuk kepentingan pertahanan udara dalam Perang Dunia ke-II. Pembangunannya dilaksanakan secara kerja paksa dengan mengerahkan rakyat di sekitar Bengkulu serta mendatangkan tenaga dari pulau jawa yang kesemuanya dibayar sekitar 50 sen Jepang perhari.

Terletak di desa Pekan Sabtu kecamatan Selebar kotamadya Bengkulu pada koordinat 03° 51’ 40” S dan 102° 20’ 22” E. Landasan yang dibangun saat itu 1100 m x 30 m konstruksi tanah yang didatarkan dengan permukaan ditanami rumput, disamping Run Way, Jepang juga membuat bungker tempat menyimpan pesawat dan bahan bakar berupa petak gundukan tanah persegi empat pada sisi ujung Run Way 13 yang masih tersisa bekasnya hingga saat ini.

Setelah Jepang menyerah kalah, lapangan terbang tersebut dibawah pengawasan oleh AURI dan bersama rakyat dibuat rintangan dengan kayu besar dan menanam pohon dilapangan terbang untuk mencegah pendaratan pesawat Belanda.

Seiring dengan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan Bandar Udara diatas, muncul pula aspirasi dari masyarakat agar nama Bandar Udara ini mengabdikan nama salah satu tokoh pahlawan nasional kelahiran Bengkulu yakni Ibu Fatmawati (istri Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno).

Dengan keputusan DPRD Propinsi Bengkulu Nomor : 13/KPTS/DPRD-I/2001 tanggal 20 Juni 2001 disetujui perubahan nama Bandar Udara Padang Kemiling menjadi Bandar Udara Fatmawati Soekarno. Gubernur Bengkulu dengan surat Nomor : 551/910/I/B tanggal 21 Juni 2001 mengusulkan kepada Menteri Perhubungan untuk menetapkan perubahan nama tersebut dan dengan Keputusan Menteri No.185 Tahun 2001 secara resmi Bandar Udara Padang Kemiling berganti nama menjadi Bandar Udara Fatmawati Soekarno. Dan diresmikan penggunaan nama Bandar Udara Fatmawati Soekarno tersebut oleh Presiden Republik Indonesia “ Megawati Soekarno Putri” pada tanggal 14 November 2004 yang merupakan putri kandung Ibu Hj. Fatmawati Soekarno.

2. Bandara Cut Nyak Dien, Nagan Raya

Bandara ini awalnya milik PT Socfindo dengan landasan pacu berbentuk airstrip.
SEBELUM tahun 1976, bandara Cut Nyak Dhien dimiliki oleh perusahaan perkebunan PT Socfindo. Pada saat itu landasan pacu bandara masih berbentuk airstrip atau landasan pacu tanah atau rumput yang diperkeras.

Kepala Subseksi bandara Cut Nyak Dhien, Hermansyah, mengatakan pada tahun 1976 atas permintaan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat bandara tersebut dijadikan lapangan terbang perintis yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dengan panjang landasan pacu pada waktu itu 750 meter x 33 meter, dengan pegawai dua orang yaitu Said Luthfi dan Husni.

Pada tanggal 5 April 1977, bandar Cut Nyak Dhien diresmikan oleh Menteri Perhubungan Prof. Dr. Emir Salim. Pengelolaannya dilakukan Dirjen Perhubungan Udara,

Dengan diresmikan bandara perintis menjadi pelabuhan udara kelas III, kata dia, landasan pacu diperpanjang menjadi 900 meter x 23 meter, pada tahun 1988 ditambah lagi menjadi 900 meter x 30 meter

Selanjutnya, pada tahun 2002 terjadi penyesuaian klasifikasi kelas bandara dari kelas III menjadi kelas IV. Kata dia, meskipun terjaid penurunan kelas bandara pada tahun 2004 landasan pacu tetap diperpanjang menjadi 1400 meter x 30 meter dan pada tahun 2006 diperpanjang lagi menjadi 1800 meter x 30 meter.
Terletak sekitar 45km dari Kota Meulaboh, Bandara Nagan Raya terletak di Kota Nagan Raya, Nangore Aceh Darussalam. Hanyalah maskapai Susi Air yang melayani penerbangan di Bandara ini, dan rutenya pun hanya ke Banda Aceh (BTJ) dan Medan (MES).

Karena Cut Nyak Dien sendiri adalah pahlawan wanita kelahiran Aceh yang juga dikenal sebagai pejuang wanita yang berhati baja dan ibu bagi rakyat aceh maka dikokohkan lah sebagai nama bandara di Aceh Barat.

tnkyou gan