- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wella, Cewek Yang Punya 9 Kepribadian, Di Sangka Kesurupan


TS
powerpunk
Wella, Cewek Yang Punya 9 Kepribadian, Di Sangka Kesurupan
HOT THREAD PERTAMA #18 April 2017

Makasih min mod 

Quote:

Quote:
Jakarta - Anastasia Wella (27) adalah seorang pengidap kondisi mental Dissosiative Identity Disorder (DID) atau yang lebih dikenal dengan Multiple Personality. Di dalam dirinya terdapat sekitar sembilan kepribadian berbeda yang sewaktu-waktu dapat keluar menggantikan kepribadian utama.
Awalnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi ketika di usia 11 tahun Anastasia sering alami ingatan 'kosong'. Ia kerap kehilangan konsep waktu akibat kepribadian yang lain mengambil alih kesadarannya.
"Pada umur 11 tahun banyak kejanggalan yang sudah muncul. Salah satunya kehilangan waktu. Saya ingat tidur tanggal 7 kemudian tiba-tiba bangun nanya ibu saya 'mamah ini tanggal berapa?' 'tanggal 11'," kata Anastasia ketika ditemui detikHealth dan ditulis Kamis (23/3/2017).
Selama kepribadian yang lain mengambil alih, Anastasia sendiri mengaku tak pernah ingat apa yang dilakukannya. Ia sendiri keheranan ketika ada teman atau kerabat yang menyebut dirinya bisa melakukan berbagai macam hal seperti berenang, menari, atau fasih menulis serta membaca huruf arab yang jelas-jelas tak pernah ia pelajari.
"Ada yang bernama Bilqis dia sosok perempuan muslim padahal saya katolik. Dia perempuan kira-kira umur 21 tahun pandai baca tulis Al-Quran dan bisa mengaji dengan fasih," ungkap Anastasia.
Baca juga: 50 Fakta Gangguan Jiwa
Karena mengalami berbagai fenomena aneh tersebut Anastasia sempat disangka mengalami kesurupan sehingga oleh keluarga dibawa ke tempat pengobatan alternatif. Barulah hingga pada tahun 2009 Anastasia diperiksa di salah satu rumah sakit ternama di Indonesia dan dokter mendiagnosanya dengan kondisi mental DID.
Untuk membuktikan hal tersebut Anastasia pun menjalani tes di mana dokter dengan metode hipnoterapi mencoba menarik keluar berbagai kepribadian yang ia miliki. Tes tersebut didokumentasikan dan setelah dihitung diperkirakan ada sembilan kepribadian.
Mengapa kepribadian tersebut bisa muncul menurut dokter kemungkinan karena awalnya saat masih anak-anak Anastasia sudah memiliki ganggulan lain yaitu bipolar disorder namun tak tertangani. Ketika sedang berada pada situasi tertekan Anastasia yang sifatnya perfeksionis berusaha keras mengatasi situasi sendiri sehingga akhirnya muncul berbagai kepribadian sebagai coping mechanism.
Anastasia mengaku hingga kini ia masih menjalani terapi dan kepribadian yang lain sudah mulai jarang muncul. Baginya kesulitan terbesar hidup dengan kondisi DID adalah sulit bergaul karena memiliki banyak identitas.
Namun wanita yang seorang pegawai swasta ini positif dirinya suatu saat bisa lebih baik. Anastasia juga bersyukur dirinya punya kekasih bernama Yoandi yang bisa menjadi sahabat sekaligus sosok yang sangat mengerti dirinya.
Yoandi mengaku ia awalnya memang bingung dengan kondisi Anastasia namun setelah mencari tahu lebih dalam tentang DID bisa memahaminya. Bagi Yoandi kepribadian Anastasia yang lain sudah dianggap sebagai teman dekat yang bisa diajak bicara.
"Saya tidak menanggapi itu sebagai masalah karena saya juga sudah tahu apa DID, bipolar, dan lain sebagainya. Saya santai-santai saja, seru-seru aja ketika ketemu kepribadian yang lain," pungkas Yoandi.
Awalnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi ketika di usia 11 tahun Anastasia sering alami ingatan 'kosong'. Ia kerap kehilangan konsep waktu akibat kepribadian yang lain mengambil alih kesadarannya.
"Pada umur 11 tahun banyak kejanggalan yang sudah muncul. Salah satunya kehilangan waktu. Saya ingat tidur tanggal 7 kemudian tiba-tiba bangun nanya ibu saya 'mamah ini tanggal berapa?' 'tanggal 11'," kata Anastasia ketika ditemui detikHealth dan ditulis Kamis (23/3/2017).
Selama kepribadian yang lain mengambil alih, Anastasia sendiri mengaku tak pernah ingat apa yang dilakukannya. Ia sendiri keheranan ketika ada teman atau kerabat yang menyebut dirinya bisa melakukan berbagai macam hal seperti berenang, menari, atau fasih menulis serta membaca huruf arab yang jelas-jelas tak pernah ia pelajari.
"Ada yang bernama Bilqis dia sosok perempuan muslim padahal saya katolik. Dia perempuan kira-kira umur 21 tahun pandai baca tulis Al-Quran dan bisa mengaji dengan fasih," ungkap Anastasia.
Baca juga: 50 Fakta Gangguan Jiwa
Karena mengalami berbagai fenomena aneh tersebut Anastasia sempat disangka mengalami kesurupan sehingga oleh keluarga dibawa ke tempat pengobatan alternatif. Barulah hingga pada tahun 2009 Anastasia diperiksa di salah satu rumah sakit ternama di Indonesia dan dokter mendiagnosanya dengan kondisi mental DID.
Untuk membuktikan hal tersebut Anastasia pun menjalani tes di mana dokter dengan metode hipnoterapi mencoba menarik keluar berbagai kepribadian yang ia miliki. Tes tersebut didokumentasikan dan setelah dihitung diperkirakan ada sembilan kepribadian.
Mengapa kepribadian tersebut bisa muncul menurut dokter kemungkinan karena awalnya saat masih anak-anak Anastasia sudah memiliki ganggulan lain yaitu bipolar disorder namun tak tertangani. Ketika sedang berada pada situasi tertekan Anastasia yang sifatnya perfeksionis berusaha keras mengatasi situasi sendiri sehingga akhirnya muncul berbagai kepribadian sebagai coping mechanism.
Anastasia mengaku hingga kini ia masih menjalani terapi dan kepribadian yang lain sudah mulai jarang muncul. Baginya kesulitan terbesar hidup dengan kondisi DID adalah sulit bergaul karena memiliki banyak identitas.
Namun wanita yang seorang pegawai swasta ini positif dirinya suatu saat bisa lebih baik. Anastasia juga bersyukur dirinya punya kekasih bernama Yoandi yang bisa menjadi sahabat sekaligus sosok yang sangat mengerti dirinya.
Yoandi mengaku ia awalnya memang bingung dengan kondisi Anastasia namun setelah mencari tahu lebih dalam tentang DID bisa memahaminya. Bagi Yoandi kepribadian Anastasia yang lain sudah dianggap sebagai teman dekat yang bisa diajak bicara.
"Saya tidak menanggapi itu sebagai masalah karena saya juga sudah tahu apa DID, bipolar, dan lain sebagainya. Saya santai-santai saja, seru-seru aja ketika ketemu kepribadian yang lain," pungkas Yoandi.
Apa itu DID?
DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER (DID)
Quote:
Dissociative Identity Disorder (DID) sebelumnya dikenal dengan gangguan kepribadian ganda. DID merupakan salah satu sekelompok kondisi yang disebut Gangguan Disosiatif; amnesia, fugue, depersonalisasi dan gangguan identitas disosiatif (Dissociative Identity Disorder). Gangguan disosiatif merupakan penyakit mental dengan gangguan kerusakan memori, kesadaran, identitas dan persepsi. Ketika satu atau lebih fungsi tersebut terganggu, simtom dapat muncul. Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu fungsi umum manusia, termasuk fungsi kerja, aktivitas dan relasi sosial.
Disosiatif merupakan coping mechanism, bahwa seseorang menggunakan cara tersebut untu menghindar dan melepaskan diri dari situasi stres dan kenangan traumatik. Cara tersebut digunakan oleh seseorang untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi. Disosiasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan (defence mechanism) terhadap rasa sakit fisik dan emosional dari pengalaman traumatik dan stres.
Disosiatif merupakan coping mechanism, bahwa seseorang menggunakan cara tersebut untu menghindar dan melepaskan diri dari situasi stres dan kenangan traumatik. Cara tersebut digunakan oleh seseorang untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi. Disosiasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan (defence mechanism) terhadap rasa sakit fisik dan emosional dari pengalaman traumatik dan stres.
PENGERTIAN DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER (DID)
Quote:
Kriteria DSM-IV-TR untuk Dissociative Identity Disorder:
1.Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
2.Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang
3.Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
Dissociative Identity Disorder terjadi ketika seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah atau berubah-berbeda dalam keberadaan, feeling, dan tindakan yang satu sama laintidak saling memengaruhi dan identitas yang muncul memegang kendali pada waktu yang berbeda. Setiap kepribadian dapat muncul dari cerita, self-image, dan nama yang berbeda meskipun hanya sebagian yang berbeda dan setiap kepribadian tidak terikat satu sama lain. Dalam beberapa kasus suatu kepribadian yang sering muncul dan menjadi identitas asli disebut host identity, tetapi dalam beberapa kasus host identity tidak selalu merupakan identitas asli dan kemungkinan kerpibadian tersebut yangtidak mampu beradaptasi dengan baik. Alter identities terkadang memiliki perilaku yang sangat mencolok seperti, jenis kelamin, usia, gaya penulisan, orientasi seksual, persepsi, berbicara serta pengetahuan umum. Misalnya, suatu alter munkin lebih peduli, penuh kasih dan ceria.
Umumnya terdapat dua hingga empat kepribadian, namun selama berlangsungnya terapi seringkali muncul beberapa kepribadian baru. Kesenjangan memori juga umum terjadi dan biasanya karena sekurang-kurangnya satu kepribadian tidak memiliki kontak dengan yang lain; yaitu kepribadian A tidak memiliki memori mengenai seperti apa kepribadian B atau bahkan tidak mengetahui sedikitpun bahwa ia memiliki kepribadian lain yang berbeda. Eksistensi berbagai kepribadian yang berbeda juga harus bersifat kronis (terjadi dalam waktu lama) dan parah (menyebabkan penderita sangat terganggu).
Setiap kepribadian dapat bersifat cukup kompleks, memiliki pola perilaku, memori dan hubungan tersendiri; masing-masing menetukan karakter dan tindakan individu bila sedang memegang kendali. Biasanya masing-masing kepribadian tersebut cukup berbeda, bahkan saling bertentangan. Kepribadian asli menyadari adanya masa-masa yang hilang, dan suara kepribadian yang lain kadang kala bergema dalam kesadaran satu kepribadian, walaupun ia tidak mengetahui asal suara tersebut.
DID biasanya berawal pada masa kanak-kanak, namun jarang didiagnosis hingga usia dewasa. Gangguan ini lebih luas dibanding gangguan disosiatif lain, dan penymbuhannya kurang menyeluruh. Gangguan ini jauh lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. DID umumnya disertai sakit kepala, penyalahgunaan zat, fobia, halusinasi, upaya bunuh diri, disfungsi seksual, perilaku melukai diri sendiri, dan juga simtom-simtom disosiatif lain seperti amnesia dan depersonalisasi (Scrappo dkk., 1998).
1.Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
2.Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang
3.Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
Dissociative Identity Disorder terjadi ketika seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah atau berubah-berbeda dalam keberadaan, feeling, dan tindakan yang satu sama laintidak saling memengaruhi dan identitas yang muncul memegang kendali pada waktu yang berbeda. Setiap kepribadian dapat muncul dari cerita, self-image, dan nama yang berbeda meskipun hanya sebagian yang berbeda dan setiap kepribadian tidak terikat satu sama lain. Dalam beberapa kasus suatu kepribadian yang sering muncul dan menjadi identitas asli disebut host identity, tetapi dalam beberapa kasus host identity tidak selalu merupakan identitas asli dan kemungkinan kerpibadian tersebut yangtidak mampu beradaptasi dengan baik. Alter identities terkadang memiliki perilaku yang sangat mencolok seperti, jenis kelamin, usia, gaya penulisan, orientasi seksual, persepsi, berbicara serta pengetahuan umum. Misalnya, suatu alter munkin lebih peduli, penuh kasih dan ceria.
Umumnya terdapat dua hingga empat kepribadian, namun selama berlangsungnya terapi seringkali muncul beberapa kepribadian baru. Kesenjangan memori juga umum terjadi dan biasanya karena sekurang-kurangnya satu kepribadian tidak memiliki kontak dengan yang lain; yaitu kepribadian A tidak memiliki memori mengenai seperti apa kepribadian B atau bahkan tidak mengetahui sedikitpun bahwa ia memiliki kepribadian lain yang berbeda. Eksistensi berbagai kepribadian yang berbeda juga harus bersifat kronis (terjadi dalam waktu lama) dan parah (menyebabkan penderita sangat terganggu).
Setiap kepribadian dapat bersifat cukup kompleks, memiliki pola perilaku, memori dan hubungan tersendiri; masing-masing menetukan karakter dan tindakan individu bila sedang memegang kendali. Biasanya masing-masing kepribadian tersebut cukup berbeda, bahkan saling bertentangan. Kepribadian asli menyadari adanya masa-masa yang hilang, dan suara kepribadian yang lain kadang kala bergema dalam kesadaran satu kepribadian, walaupun ia tidak mengetahui asal suara tersebut.
DID biasanya berawal pada masa kanak-kanak, namun jarang didiagnosis hingga usia dewasa. Gangguan ini lebih luas dibanding gangguan disosiatif lain, dan penymbuhannya kurang menyeluruh. Gangguan ini jauh lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. DID umumnya disertai sakit kepala, penyalahgunaan zat, fobia, halusinasi, upaya bunuh diri, disfungsi seksual, perilaku melukai diri sendiri, dan juga simtom-simtom disosiatif lain seperti amnesia dan depersonalisasi (Scrappo dkk., 1998).
FAKTOR PENYEBAB:
Quote:
Penyebab utama DID muncul dan berkepanjangan ketika anak memiliki pengalaman trauma di masa kecil. Trauma ini terkait dengan emosi, fisik, kekerasan seksual dan penolakan dari orang tua (pola asuh neglectful), seseorang tersebut membentuk identitas atau kepribadian lain untuk memutuskan dengan kepribadian sebelumnya.
Terdapat dua teori besar mengenai DID. Salah satu teori berasumsi bahwa DID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh penyiksaan berat secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut mengakibatkan disosiasi dan terbentuknya berbagai kepribadian lain sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma (Gleaves, 1996). Memang terdapat bukti empiris bahwa penyiksaan anak mempunyai kaitan dengan perkembangan simtom-simtom disosiatif (Chu dkk., 2000). Namun tidak semua orang mengalami penyiksaan pada masa kecilnya menderita DID.
Teori lain beranggapan bahwa DID merupakan pelaksanaan peran sosial yang dipelajari. Berbagai kepribadian yang muncul pada masa dewasa, umumnya karena berbagai sugesti yang diberikan terapis
Terdapat dua teori besar mengenai DID. Salah satu teori berasumsi bahwa DID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh penyiksaan berat secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut mengakibatkan disosiasi dan terbentuknya berbagai kepribadian lain sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma (Gleaves, 1996). Memang terdapat bukti empiris bahwa penyiksaan anak mempunyai kaitan dengan perkembangan simtom-simtom disosiatif (Chu dkk., 2000). Namun tidak semua orang mengalami penyiksaan pada masa kecilnya menderita DID.
Teori lain beranggapan bahwa DID merupakan pelaksanaan peran sosial yang dipelajari. Berbagai kepribadian yang muncul pada masa dewasa, umumnya karena berbagai sugesti yang diberikan terapis
Update
Quote:
TRIBUN-BALI.COM- Seorang gadis bernama Anastasia Wella mengidap penyakit yang disebut Dissociative Identity Disorder (DID).
Tak tanggung-tanggung, gadis ini memiliki sembilan kepribadian yang karakternya berbeda-beda.
Bahkan, dirinya pernah menggegam cermin hingga tangannya bersimbah darah.
Hal itu dilakukannya tanpa kesadaran sama sekali.
Dalam suatu wawancara di salah satu televisi swasta, Wella mengatakan, dirinya mengetahui adanya sembilan kepribadian itu setelah menemukan catatan-catatan yang ditulis oleh dirinya ketika berganti kepribadian.
Kesembilan pribadi itu memiliki nama masing-masing yaitu, Wella (pribadi asli), Naura (karakter emosional), Paula (karakter ahli berhitung), Saraswati (karakter seorang model dan penari), Atin (karakter anak-anak), Andreas (karakter pria yang suka lakukan kekerasan), Ravelin (karakter ABG), Ayu (karakter menulis sastra), Bilqis (karakter pintar baca Al-Quran).
Dirinya sempat diduga kesurupan akibat kepribadian yang berubah-ubah.
Bahkan, dirinya pernah menggenggam gelas kaca hingga pecah di tangannya lalu melukai dirinya.
Namun, akhirnya Wella bertemu seorang Psikiater bernama Ni Wayan Ani Purnamawati.
Dalam kesempatan itu, Wayan Ani mengatakan, Wella ditanganinya sejak Maret 2015.
Ia mengatakan, sejak ditanganinya dirinya melihat kriteria diagnosis Wella mengidap Dissociative Identity Disorder (DID).
Wayan Ani mengatakan, Wella hanya mengalami perubahan pribadi pada awal penanganannya.
“Waktu pertama ketemu penampilannya berbeda dengan pertemuan-pertemuan berikutnya,” ucap Wayan Ani.
Namun, kian berjalan proses pengobatan kondisinya semakin membaik.
Dissociative Identity Disorder (DID) merupakan salah satu sekelompok kondisi yang disebut Gangguan Disosiatif; amnesia, fugue, depersonalisasi dan gangguan identitas disosiatif (Dissociative Identity Disorder).
Gangguan disosiatif merupakan penyakit mental dengan gangguan kerusakan memori, kesadaran, identitas dan persepsi. Ketika satu atau lebih fungsi tersebut terganggu, simtom dapat muncul.
Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu fungsi umum manusia, termasuk fungsi kerja, aktivitas dan relasi sosial.
Disosiatif merupakan coping mechanism, bahwa seseorang menggunakan cara tersebut untu menghindar dan melepaskan diri dari situasi stres dan kenangan traumatik.
Cara tersebut digunakan oleh seseorang untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi.
Tak tanggung-tanggung, gadis ini memiliki sembilan kepribadian yang karakternya berbeda-beda.
Bahkan, dirinya pernah menggegam cermin hingga tangannya bersimbah darah.
Hal itu dilakukannya tanpa kesadaran sama sekali.
Dalam suatu wawancara di salah satu televisi swasta, Wella mengatakan, dirinya mengetahui adanya sembilan kepribadian itu setelah menemukan catatan-catatan yang ditulis oleh dirinya ketika berganti kepribadian.
Kesembilan pribadi itu memiliki nama masing-masing yaitu, Wella (pribadi asli), Naura (karakter emosional), Paula (karakter ahli berhitung), Saraswati (karakter seorang model dan penari), Atin (karakter anak-anak), Andreas (karakter pria yang suka lakukan kekerasan), Ravelin (karakter ABG), Ayu (karakter menulis sastra), Bilqis (karakter pintar baca Al-Quran).
Dirinya sempat diduga kesurupan akibat kepribadian yang berubah-ubah.
Bahkan, dirinya pernah menggenggam gelas kaca hingga pecah di tangannya lalu melukai dirinya.
Namun, akhirnya Wella bertemu seorang Psikiater bernama Ni Wayan Ani Purnamawati.
Dalam kesempatan itu, Wayan Ani mengatakan, Wella ditanganinya sejak Maret 2015.
Ia mengatakan, sejak ditanganinya dirinya melihat kriteria diagnosis Wella mengidap Dissociative Identity Disorder (DID).
Wayan Ani mengatakan, Wella hanya mengalami perubahan pribadi pada awal penanganannya.
“Waktu pertama ketemu penampilannya berbeda dengan pertemuan-pertemuan berikutnya,” ucap Wayan Ani.
Namun, kian berjalan proses pengobatan kondisinya semakin membaik.
Dissociative Identity Disorder (DID) merupakan salah satu sekelompok kondisi yang disebut Gangguan Disosiatif; amnesia, fugue, depersonalisasi dan gangguan identitas disosiatif (Dissociative Identity Disorder).
Gangguan disosiatif merupakan penyakit mental dengan gangguan kerusakan memori, kesadaran, identitas dan persepsi. Ketika satu atau lebih fungsi tersebut terganggu, simtom dapat muncul.
Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu fungsi umum manusia, termasuk fungsi kerja, aktivitas dan relasi sosial.
Disosiatif merupakan coping mechanism, bahwa seseorang menggunakan cara tersebut untu menghindar dan melepaskan diri dari situasi stres dan kenangan traumatik.
Cara tersebut digunakan oleh seseorang untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi.
Ngeri juga ya gan..
1 orang dengan 9 karakter..
Bahkan dia sendiri ga nyadar..
http://m.detik.com/health/read/2017/...-9-kepribadian
http://m.kompasiana.com/dinioktavian...a834b8168b45b9
http://bali.tribunnews.com/2017/04/1...yan-ani?page=1
Diubah oleh powerpunk 21-04-2017 12:08






4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
95.7K
Kutip
387
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan