n4z1Avatar border
TS
n4z1
Tak Gubris Polisi, Panitia Lanjutkan Tamasya Al Maidah
Tak Gubris Polisi, Panitia Lanjutkan Tamasya Al Maida
h

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Panitia Tamasya Al Maidah Ansufri ID Sambo menyatakan tetap akan melanjutkan gelar pengerahan massa pada pencoblosan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua, Rabu 19 April nanti. Ansufri tak menggubris imbauan kepolisian yang meminta massa tak berbondong-bondong mendatangi Jakarta saat pencoblosan.

"Acara ini acara damai, acara super damai untuk mengawal kemenangan umat," kata Ansufri, Ahad (16/4).

Aksi Tamasya Al Maidah merupakan kelanjutan demonstrasi menentang calon gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk menjabat kembali sebagai kepala daerah. Rangkaian demonstrasi bermula dari ucapan Ahok yang dianggap menodai agama saat menyitir Surat Al Maidah ayat 51.

Rencananya, lewat aksi ini, panitia akan menyebarkan massa menjaga tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pencoblosan. Targetnya, setiap TPS akan dijaga 100 orang.

Ansufri mengklaim Tamasya Al Maidah mendapat dukungan dari para pentolan dan peserta demonstrasi 2 Desember 2016 atau dikenal aksi 212 jilid satu. Setidaknya, kata Ansufri, ada 100 ribu orang yang hingga kini sudah menyatakan hadir dalam gelaran tersebut.

Dia mengatakan akan membentuk sebuah presidium berisi alumni 212 agar Tamasya Al Maidah mendapatkan respons yang lebih banyak. Rencananya esok hari presidium akan mengundang para tokoh organisasi dan tokoh Islam untuk membicarakan persiapan aksi tersebut.

"Besok kami undang seluruh tokoh agar mereka kembali datang dan kami menyatakan sikap akan datang," kata dia.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono meminta masyarakat tak melakukan penjagaan di TPS. Dia mengharapkan massa menghormati undang-undang yang berlaku.

"Hormati undang-undang yang dibuat oleh wakil rakyat, kan sudah ada polisi, pengawas dan perangkat KPU dibantu TNI yang menjaga," kata Argo.

Kepala Polres Jakarta Timur Komisaris Besar Andry Wibowo bahkan menegaskan tidak akan segan melarang aksi Tamasya Al Maidah di wilayahnya jika berpotensi mengganggu keamanan.

"Kalau itu berpotensi mengganggu keamanan akan dilarang, secara tegas akan saya larang," ucap Andry.

Aksi ini pun telah dilaporkan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Saat ini lembaga itu masih mempelajari laporan dugaan pelanggaran pilkada dalam aksi Tamasya Almaidah.
https://www.cnnindonesia.com/kursipa...sya-al-maidah/
=============================

PENGERTIAN INTIMIDASI

Tindakan menakut-nakuti atau me­maksa dengan kekuatan dalam hubungan antara orang, antara kelompok, atau antara orang dan ke­lompok, dengan tujuan agar pihak yang ditakut-takuti atau dipaksa mau melakukan perbuatan yang di­inginkan oleh pihak yang menakut-nakuti atau me­maksa. Tindakan menakut-nakuti ini dapat berben- tuk ancaman fisik atau nonfisik. Bentuk ancaman fisik misalnya pemukulan dan berbagai penganiayaan ba­dan, sedangkan bentuk nonfisik misalnya penyebaran isu yang menakutkan atau menimbulkan kekhawa­tiran.

Tindakan intimidasi muncul karena perbedaan ke­pentingan atau tujuan antara pihak-pihak yang ber­hubungan, baik dalam kepentingan politik, ekonomi, maupun sosial. Tindakan intimidasi sering kali dila­kukan oleh para penguasa terhadap orang-orang yang menginginkan kebebasan, misalnya tindakan penguasa di negara yang menganut kebijaksanaan politik rasial apartheid atau tindakan penguasa di wilayah pendu­dukan terhadap penduduk yang dianggap membang­kang. Gejala pemerasan yang dilakukan oleh kelom­pok penjahat terhadap penguasa, pedagang, dan orang tertentu sering kali juga dilakukan melalui tindakan intimidasi, seperti penculikan, dan berbagai ancaman.

AHMAQ

AL-AHMAQ atau Ahmaq saja artinya orang dungu. Tapi tidak dungu biasa, melainkan kedunguan ganda, yang menurut Nabi Isa Al-Masih tidak akan dapat diobati.

Dari Ali ibn Musa al-Ridla, bersabda Isa al-Masih : “Sungguh aku telah mengobati orang-orang yang sakit, dan aku sembuhkan mereka dengan izin Allah; juga aku sembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah; juga aku obati orang-orang mati dan aku hidupkan kembali mereka dengan izin Allah; kemudian aku obati orang dungu namun aku tidak mampu menyembuhkanmnya!”. Maka beliau pun ditanya, “Wahai ruh Allah, siapa orang dungu itu?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang kagum kepada pendapatnya sendiri dan dirinya sendiri, yang memandang semua keunggulan ada padanya dan tidak melihat beban (cacat) baginya; yang memastikan semua kebenaran untuk dirinya sendiri. Itulah orang-orang dungu yang tidak ada jalan untuk mengobatinya.”

Menurut kaum sufi manusia terbagi menjadi empat jenis:
Pertama, “laa yadri wa yadri annahu laa yadri“; yaitu orang yang tidak tahu, dan tahu bahwa ia tidak tahu. Inilah orang bodoh sederhana (jahil basith) yang mudah diobati, yaitu dengan pengajaran dan pendidikan.
Kedua, “yadri wa laa yadri annahu yadri“; yakni orang yang tahu, namun dia tidak tahu bahwa dia tahu. Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang tertidur. Maka ia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Ketiga, “yadri wa yadri annahu yadri“; yaitu orang yang tahu dan dia tahu bahwa dia tahu. Orang ini tergolong kaum bijaksana (al-Hukama’), yang harus diikuti dan dimintai pendapat dan wawasannya.
Keempat, “laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri“; yaitu orang yang tidak tahu, dan tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Orang macam inilah yang disebut “bodoh kuadrat”, karena selain bodoh juga tidak tahu akan kebodohannya sendiri. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mengobati kebodohan orang seperti itu. Pangkal penyakitnya ialah tidak tahu diri.
-----------------------------

Baru, dalam sejarah negeri ini, seseorang yang punya kekuasaan, yang tidak pernah mengintimidasi orang lain dengan kekuasaannya, justru diintimidasi oleh manusia-manusia pandir yang merasa paling benar. Manusia-manusia dengan seribu wajah, seribu kepentinganm, seribu tipu muslihat, dari yang paling atas sampai kelas kroco, bahu membahu menebar teror psikologis!

Baru, dalam sejarah negeri ini, urusan Pilkada sebuah Propinsi harus melibatkan ribuan orang untuk "mengarahkan" rakyat pemilih memilih "yang benar sesuai kemauan segolongan orang".

Baru, dalam sejarah negeri ini, rakyat Propinsi lain bagai tak tahu malu dan tak tahu diri dengan keinginan untuk merecoki urusan dapur propinsi lain dengan dalih jualan agama. Menceburkan diri dalam kebodohan massal, ikut Tamasya yang tidak pada tempatnya. Begitu hina dan bodohnya sehingga tak bisa membedakan mana Tempat Wisata, mana Tempat Pemungutan Suara.

Baru, dalam sejarah negeri ini, tugas TNI dan POLRI akan "diambil alih" sekelompok orang dengan kedok agama.

Baru, dalam sejarah negeri ini, Islam didegradasi sedemikian rupa dan rendah oleh orang-orang pandir yang merasa berilmu, merasa paling berhak atas surga Allah, yang merasa paling benar, yang merasa paling besar, yang merasa paling berjasa dan paling berhak atas negeri ini, menafikan keberadaan golongan lain yang dahulu bersama-sama berjuang demi tegaknya negeri ini, demi berkibarnya Merah Putih, demi tegaknya dan kokohnya Pancasila, demi mempunyai harkat dan martabat sebagai bangsa yang berdaulat, berdiri diatas kaki sendiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Sungguh memalukan!

Hanya untuk memenangkan sepasang manusia yang penuh sandiwara, penuh retorika, agama dijual sedemikian murah! Dipelintir sedemikian rupa, dijadikan alat untuk mengintimidasi, untuk mengakomodir kelicikan segolongan orang yang jelas hitam hatinya. Bagaimana bisa dibilang hati mereka putih jika setiap menit, setiap waktu, segala caci maki, sumpah serapah, umpatan, bersatu padu dengan gegap gempita, menghilangkan akal dan hati nurani, tak berkaca pada rekan-rekan mereka sendiri yang jelas-jelas menjadi sampah rakyat, mengambil hak rakyat, memakan hak rakyat. Mereka begitu mudah melupakan rekan mereka yang tadinya berjuang bersama-sama dalam kebusukan, dan langsung berlepas tangan seolah tak pernah kenal, dan tetap merasa suci bagai tak berdosa!

Al-Maidah ayat 51, yang dijadikan senjata segolongan orang untuk menekan hak seorang Warga Negara Indonesia yang sah secara hukum, justru dimaknai hanya untuk orang lain tanpa berfikir lagi bahwa ayat suci Kitabullah juga seharusnya berlaku pada diri mereka sendiri. Bersekutu! Bersekutu tanpa malu-malu, sehingga rakyat dengan terang benderang melihat dengan jelas, bahwa tujuan utama sebenarnya adalah kekuasaan sesaat! Kekuasaan dimana sebuah pundi-pundi uang APBD yang sedemikian besar bisa diakomodir demi "kemakmuran bersama", demi bisa menyenangkan pihak-pihak yang berkepentingan di sebuah rumah besar milik rakyat disana. Dimana pundi-pundi uang itu bisa segera dinikmati lagi tanpa rasa takut, mengejar WTP yang kini telah bisa "dihargai". Dimana pundi-pundi uang itu bisa disebar dengan cepat dengan dalih penyerapan anggaran yang maksimal.

Sungguh kasihan rakyat Jakarta nantinya. Mereka yang punya hak untuk mengatur diri sendiri, mengatur hidup mereka sendiri, harus menerima diatur oleh orang lain yang BUKAN membela kepentingan mereka.

Satu tujuan, satu suara. Kemajuan jakarta adalah hak dan kewajiban rakyat Jakarta.
Jangan pernah bermimpi kosong. Raih yang telah ada.
Kita butuh program yang yang nyata dan telah ada, bukan program yang hanya dilabeli dengan plus-plus semata.

Ingat!!! Bani Dengkuler itu nyata adanya.

emoticon-Cool
Diubah oleh n4z1 16-04-2017 19:15
0
27.2K
300
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan