Quote:
Pertamina, tutur Alam, tetap berkomitmen menaikkan produksi migas domestik dari blok yang menjadi miliknya. Namun, langkah ini tetap tidak bisa memperkecil selisih kebutuhan dan pasokan minyak secara signifikan.
"Dengan demikian, Pertamina harus mengambil blok migas di luar negeri," kata dia dalam media gatheringdi Cirebon, Senin (10/4). Dari anggaran investasi tahun ini US$ 3,44 miliar, perseroan menyisihkan sekitar US$ 1 miliar untuk akuisisi.
Untuk produksi minyak, dia memaparkan, ditargetkan mencapai 822 ribu bph pada 2025, yakni 353 ribu bph dari dalam negeri dan 469 ribu bph dari luar negeri.
Sementara untuk gas, ditargetkan meningkat menjadi 5,71 miliar kaki kubik per hari, yaitu 4,23 miliar kaki kubik dari domestik dan 1,48 miliar kaki kubik dari aset luar negeri. Pada tahun yang sama, kebutuhan minyak mencapai 1,7 juta bph dan gas 9,1 miliar kaki kubik per hari.
Alam mengakui, walaupun sudah akuisisi di luar negeri, produksi migas perseroan tetap tidak akan bisa menutup kebutuhan pada 2050. "Tapi setidaknya bisa membantu ketahanan energi nasional," ujar dia.
Alam menjelaskan, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan sebelum perseroan mengakuisisi blok migas di negara lain. Yang paling utama dan pertama, negara tersebut secara geopolitik aman.
Selanjutnya, skema komersial yang ditawarkan cukup bagus sehingga perseroan dapat memperoleh margin yang cukup. "Kemudian kita juga bisa bawa pulang produksi minyak dari blok migas tersebut. Istilahnya bring the barrel home," ujar dia. (bersambung)
Berita
asli
Ternyata gak cuma oleh-oleh aja yang dibawa pulang, barrel juga
Ane salut nih, banyak skema Pertamina yang dikejar target produksi. Banyak jalan menuju Roma nih