Kata "Selamat Tinggal" akhirnya akan benar-benar diucapkan oleh Silvio Berlusconi kepada hal yang sangat dicintainya, AC Milan. Bohong, bahkan terkesan bodoh jika ada yang menyebut Berlusconi tak sungguh-sungguh mencintai I Rossonerri. Buktinya, selama 31 tahun pria yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Italia itu mengasuh tim yang bermarkas di San Siro tersebut.

Perpisahan antara Berlusconi dan AC Milan yang beberapa kali tertunda kini sudah di depan mata. Sino-Sport Europe, pihak yang akan mengakuisisi AC Milan dikabarkan akan menyelesaikan proses yang tersebut pada Jumat (14/4), seperti diberitakan Football Italia.



Rasa sedih sudah hampir pasti melanda Berlusconi saat ini. Bayangkan saja, kebersamaan selama 31 tahun harus berakhir. Meskipun kesedihan itu akan hilang seiring berjalannya waktu. "Kehilangan AC Milan akan benar-benar menyakitkan bagi Berlusconi, tapi itu akan berlalu dengan sendirinya karena dia tahu segala sesuatu pasti akan ada ujungnya," kata mantan pelatih AC Milan, Arrigo Sacchi kepada Mediaset Premium.

Apa yang dikatakan Sacchi bukanlah tanpa alasan. Karena bisa dibilang Sacchi adalah salah satu sosok yang begitu dekat dengan Berlusconi. Pasalnya, Sacchi adalah pelatih AC Milan saat Berlusconi baru membeli AC Milan di tahun 1986 silam.

"Berlusconi begitu terluka, begitu juga dengan saya. Karena saya selalu berkomunikasi dengan dia. Berlusconi adalah sosok yang sangat protagonis dalam sejarah sepak bola Italia, meningkatkan level dari Serie-A dan permainan sepak bola secara keseluruhan," ujar Sacchi.



Selama era Berlusconi, AC Milan mengalami pasang surut prestasi. Dari tim yang benar-benar disegani di Eropa, hingga kini justru begitu sulit untuk finis di zona Eropa. Secara keseluruhan AC Milan di era Berlusconi berhasil mengoleksi delapan gelar Serie A, satu Coppa Italia, tujuh Supercoppa Italiana, lima Liga Champions, lima Piala Super UEFA, dua Intercontinental Cup, dan satu Piala Dunia Antarklub.

AC Milan dan Milanisti kini akan memulai lembaran baru bersama Sino-Europe Sport. Patut dinantikan seperti apa I Rossonerri setelah era Berlusconi. Tapi satu yang pasti, saat ini kita semua rasanya pantas untuk berkata: Grazie, Silvio. Addio!