- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
#Kubu Anies Serang Video Ahok Supaya Dianggap Pluralis?


TS
kodok.nongkrng2
#Kubu Anies Serang Video Ahok Supaya Dianggap Pluralis?
Quote:
Selasa, 11 April 2017 | 06:45 WIB

Salah satu potongan dalam video kampanye Ahok-Djarot. (tim Ahok-Djarot)
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, pendukung calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan - Sandiaga Uno, sedang berusaha membangun citrabahwa pasangan nomor urut tiga itu adalah sosok yang sangat pluralis dibanding pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat.
Menurut Ray, hal ini dilakukan pendukung Anies-Sandi setelah isu SARA yang digunakan di Pilkada DKI 2017 tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat ibukota.
"Kan sudah dicoba Anies ke kanan sekali, ternyata gak naik, stagnan, cuma sekitar 40 persen yang minat dengan isu agama. Segitu-gitu saja. Sebagian besarnya mereka (masyarakat) gak terlalu peduli isu agama. Yang sekarang paling banyak dilihat masyarakat yakni pertarungan, pluralisme, visi misi, dan sebagainya," kata Ray kepada Netralnews.com, Selasa (11/4/2017).
"Karena sudah mentok di angka itu, sekarang ditarik lagi ke arah tengah. Sikap itu dapat kebaca saat mereka dengan tegas mengatakan menolak Jakarta Bersyariah. Meskipun itu pernyataan datang dari Sandi bukan Anies," sambungnya.
Salah satu contoh agar Anies-Sandi dianggap pluralis, pendukungnya menyerang video kampanye Ahok-Djarot, sehingga membangun opini seakan-akan pasangan nomor urut dua itu yang menggaungkan isu SARA.
Yang dimaksud Ray adalah video berjudul 'Beragam Itu Basuki Djarot', di mana salah satu adegan yang menimbulkan pro-kontra adalah ketika video tersebut menampilkan sekelompok orang mengenakan sorban dan peci sedang melakukan aksi unjuk rasa dengan spanduk bertuliskan 'Ganyang Cina'.
"Nah yang sekarang video ini juga, menurut saya secara politik mau dipakai, untuk membentuk citra mereka juga plural dan kubu Ahok yang rasis. Karena pemilihnya sekarang berada di lingkaran mereka yang memilih, karena tidak didasari agama. Karena sudah gak laku isu agama, ditariklah Anies-Sandi ke tengah lagi, maka dipakailah isu-isu seperti ini," ungkapnya.
Padahal secara kasat mata, menurut Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) ini, Anies-Sandi tidak benar-benar melawan isu SARA. Hal itu dapat dilihat dari sikap mereka yang seakan-akan tidak tegas terhadap pendukungnya saat menyerang Ahok dengan sebutan kafir, hingga larangan mensalatkan jenazah pendukung Ahok.
Sementara di satu sisi, video Ahok-Djarot yang menggambarkan realita yang mewarnai politik di Jakarta, di mana banyak aksi dengan spanduk-spanduk yang rasis, justru dibesar-besarkan oleh pendukung Anies-Sandi.
"Secara kasat mata mereka minimalis. Yang kasat mata itu apa? Yang menyebut orang lain kafir gak boleh dipilih. Lu masih mau berdebat kalau itu bukan rasis? Ada yang mengatakan 'gak boleh disalatkan karena berbeda pilihan'. Lu masih mau berdebat lagi? Nah ini kan cuma peci dan sorban," ungkapnya.
Sebagai informasi, kubu Ahok-Djarot meluncurkan sebuah video yang diberi judul "Beragam Itu Basuki Djarot". Video ini diungggah di seluruh akun sosial media pasangan calon nomor urut dua itu dan juga tim pemenangan mereka pada Minggu (9/4/2017).
Salah satu adegan yang menimbulkan pro-kontra adalah ketika video tersebut menampilkan sekelompok orang mengenakan sorban dan peci sedang melakukan aksi unjuk rasa, dengan spanduk bertuliskan 'Ganyang Cina.'
Video tersebut kemudian mendapat protes dari berbagai pihak, yang mana didalamnya terdapat beberapa tokoh seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ratna Sarumpaet, Fahira Idris, Habib Rizieq Shihab, Habib Novel Chaidir Bamukmin, Lieus Sungkharisma, Ahmad Dhani, dan tokoh lainnya.
Reporter : Adiel Manafe
Editor : Y.C Kurniantoro
http://www.netralnews.com/news/megapolitan/read/68066/kubu.anies.serang.video.ahok.supaya.dianggap.pluralis

Salah satu potongan dalam video kampanye Ahok-Djarot. (tim Ahok-Djarot)
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, pendukung calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan - Sandiaga Uno, sedang berusaha membangun citrabahwa pasangan nomor urut tiga itu adalah sosok yang sangat pluralis dibanding pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat.
Menurut Ray, hal ini dilakukan pendukung Anies-Sandi setelah isu SARA yang digunakan di Pilkada DKI 2017 tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat ibukota.
"Kan sudah dicoba Anies ke kanan sekali, ternyata gak naik, stagnan, cuma sekitar 40 persen yang minat dengan isu agama. Segitu-gitu saja. Sebagian besarnya mereka (masyarakat) gak terlalu peduli isu agama. Yang sekarang paling banyak dilihat masyarakat yakni pertarungan, pluralisme, visi misi, dan sebagainya," kata Ray kepada Netralnews.com, Selasa (11/4/2017).
"Karena sudah mentok di angka itu, sekarang ditarik lagi ke arah tengah. Sikap itu dapat kebaca saat mereka dengan tegas mengatakan menolak Jakarta Bersyariah. Meskipun itu pernyataan datang dari Sandi bukan Anies," sambungnya.
Salah satu contoh agar Anies-Sandi dianggap pluralis, pendukungnya menyerang video kampanye Ahok-Djarot, sehingga membangun opini seakan-akan pasangan nomor urut dua itu yang menggaungkan isu SARA.
Yang dimaksud Ray adalah video berjudul 'Beragam Itu Basuki Djarot', di mana salah satu adegan yang menimbulkan pro-kontra adalah ketika video tersebut menampilkan sekelompok orang mengenakan sorban dan peci sedang melakukan aksi unjuk rasa dengan spanduk bertuliskan 'Ganyang Cina'.
"Nah yang sekarang video ini juga, menurut saya secara politik mau dipakai, untuk membentuk citra mereka juga plural dan kubu Ahok yang rasis. Karena pemilihnya sekarang berada di lingkaran mereka yang memilih, karena tidak didasari agama. Karena sudah gak laku isu agama, ditariklah Anies-Sandi ke tengah lagi, maka dipakailah isu-isu seperti ini," ungkapnya.
Padahal secara kasat mata, menurut Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) ini, Anies-Sandi tidak benar-benar melawan isu SARA. Hal itu dapat dilihat dari sikap mereka yang seakan-akan tidak tegas terhadap pendukungnya saat menyerang Ahok dengan sebutan kafir, hingga larangan mensalatkan jenazah pendukung Ahok.
Sementara di satu sisi, video Ahok-Djarot yang menggambarkan realita yang mewarnai politik di Jakarta, di mana banyak aksi dengan spanduk-spanduk yang rasis, justru dibesar-besarkan oleh pendukung Anies-Sandi.
"Secara kasat mata mereka minimalis. Yang kasat mata itu apa? Yang menyebut orang lain kafir gak boleh dipilih. Lu masih mau berdebat kalau itu bukan rasis? Ada yang mengatakan 'gak boleh disalatkan karena berbeda pilihan'. Lu masih mau berdebat lagi? Nah ini kan cuma peci dan sorban," ungkapnya.
Sebagai informasi, kubu Ahok-Djarot meluncurkan sebuah video yang diberi judul "Beragam Itu Basuki Djarot". Video ini diungggah di seluruh akun sosial media pasangan calon nomor urut dua itu dan juga tim pemenangan mereka pada Minggu (9/4/2017).
Salah satu adegan yang menimbulkan pro-kontra adalah ketika video tersebut menampilkan sekelompok orang mengenakan sorban dan peci sedang melakukan aksi unjuk rasa, dengan spanduk bertuliskan 'Ganyang Cina.'
Video tersebut kemudian mendapat protes dari berbagai pihak, yang mana didalamnya terdapat beberapa tokoh seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ratna Sarumpaet, Fahira Idris, Habib Rizieq Shihab, Habib Novel Chaidir Bamukmin, Lieus Sungkharisma, Ahmad Dhani, dan tokoh lainnya.
Reporter : Adiel Manafe
Editor : Y.C Kurniantoro
http://www.netralnews.com/news/megapolitan/read/68066/kubu.anies.serang.video.ahok.supaya.dianggap.pluralis
Oh...gicuuu. ternyata cuman taktik doang dari asu
Patut mereka jor joran nyerang ni video ya..
Biar di sangka pluralis ternyata..
Diubah oleh kodok.nongkrng2 11-04-2017 07:29
0
1.9K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan