Kaskus

News

lokshin.khushinAvatar border
TS
lokshin.khushin
Singapura Dirancang Amerika untuk Memperlemah Indonesia ?(Bagian 1)
Singapura Dirancang Amerika untuk Memperlemah Indonesia ?(Bagian 1)

(netralitas.com) – Keberadaan Singapura di Asia Tenggara sesungguhnya menjadi duri dalam daging bagi Republik Indonesia. Singapura menjadi negara yang terus berupaya memperlemah posisi Indonesia dengan mengeksploitasi kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki Indonesia.

Singapura sejak awal dirancang untuk memperlemah Indonesia secara geopolitik dan geostrategis. Amerika Serikat (AS) dan Inggris adalah dua negara yang mendesain Singapura merdeka guna mengontrol Indonesia agar tidak bisa tumbuh menjadi kekuatan maritim paling disegani di kawasan Asia Tenggara seperti yang pernah dicapai di masa kejayaan Medhang Matriam (Mataram) era Budha Mahayana Dinasti Syailendra hingga Kerajaan Majapahit yang bercorak Syiwa-Budha. Singapura memiliki letak strategis sebagai urat nadi jalur perdagangan antar dua benua maupun dua samudera.

Amerika Serikat (AS) dan Inggris merancang kebijakan strategis dengan menempatkan Singapura di bawah pengaruh kedua negara besar ini. Singapura kemungkinan memiliki perjanjian bilateral dengan AS dalam masalah keamanan dan militer. Ini wajar karena posisi Singapura yang terletak antara dua negara tetangganya yakni Indonesia dan Malaysia.

Adapun Singapura yang dijadikan sekutu AS karena negara adidaya ini mengantisipasi kebangkitan kaum nasionalis Indonesia yang sejak era Soekarno cenderung enggan didikte oleh pemerintah Washington. Hal yang paling ditakuti Amerika Serikat adalah kebangkitan kaum nasionalis yang menguasai pemerintahan di Indonesia dan terutama di tubuh TNI. Dalam strategi ini, AS berupaya agar TNI Angkatan Darat (AD) tetap berada di bawah pengaruh ideologinya, meskipun ini tampaknya semakin sulit ditancapkan.

Pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang berasal dari Angkatan Darat yang menyatakan neoliberalisme lebih berbahaya dibandingkan PKI gaya baru, menunjukkan ia adalah seorang nasionalis dan bukan jenderal bermental KNIL. Gatot Nurmantyo mengingatkan memori bangsa Indonesia akan keberadaan Ahmad Yani yang menjadi pendukung Soekarno dan seorang nasionalis. Ia “putra mahkota” yang disingkirkan lewat pembunuhan jenderal-jenderal pada 30 September 1965 yang didalangi Soeharto.

Singapura merdeka dari Federasi Malaysia pada 9 Agustus 1965 secara geopolitik untuk memperlemah Indonesia karena pada waktu itu AS tidak yakin Indonesia bisa diselamatkan dari pengaruh kelompok nasionalis kiri dan PKI. Singapura meskipun mayoritas penduduknya etnis keturunan China namun secara realitas politik adalah sekutu AS dan bukan pro China. Dengan mengendalikan jantung perdagangan pelabuhan terpenting di Asia Tenggara maka Indonesia sulit mengembangkan kekuatan maritim dan lalu lintas perdagangan antar negara berada dibawah kendali pengaruh AS.

Singapura negara yang miskin akan sumber daya alam dengan penduduk yang tidak lebih dari 6 juta berkat pelabuhan internasional yang dimilikinya menjadi negara yang makmur. Sektor jasa bongkar muat kapal inilah yang menjadi tulang punggung perekonomian negeri Singapura dan menjadikan negara tetangganya yang jauh lebih besar potensi ekonominya tidak berkutik dan seperti kerbau dicocok hidungnya.

Sejak era Orde Baru hingga SBY, pemerintah Indonesia tidak berani melawan status quo untuk menjinakkan Singapura dengan pendekatan geostrategi dan geopolitik yang cerdas. Pemerintah Indonesia juga tidak berani menekan pemerintah Singapura untuk menandatangani perjanjian ekstradisi antar kedua negara, meskipun pemerintah Indonesia mengetahui dan menyadari banyak koruptor dan pelaku pencucian uang menyimpan dan melakukan transaksi kejahatan di negara kota tersebut.

Bank-bank di Singapura telah lama menjadi tempat pencucian uang para koruptor dan transaksi pencucian uang baik melibatkan pengusaha, pejabat dan orang-orang kaya Indonesia. Banyak penjahat yang terlibat kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) seperti mendiang Sudono Salim (Liem Sioe Liong), Sjamsul Nursalim, Agus Anwar dan lain-lain yang merugikan negara triliunan dan puluhan triliun bisa bersembunyi di Singapura secara aman. Pejabat-pejabat Indonesia baik sipil maupun militer lebih menikmati menjadi “piaraan” para konglomerat yang bersembunyi di negara tetangga.

Para eksportir Indonesia juga memarkir uang-uangnya di Singapura sehingga berdampak pada kecilnya cadangan devisa dan mata uang rupiah bisa dengan mudah “dipermainkan” atau digoyang” lewat pasar financial Singapura. Uang-uang orang-orang kaya Indonesia yang disimpan di Singapura menurut Kementerian Keuangan diperkirakan mencapai sedikitnya Rp 2.700 triliun. Anehnya negeri sebesar Indonesia yang memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke dan berpenduduk lebih dari 240 juta bisa “diatur” atau “diakali” oleh sebuah negera kecil yang berpenduduk kurang dari 6 juta jiwa.

http://www.netralitas.com/kolom/read...nesia-bagian-1

konspirasi wahyudi mamarika emoticon-Wow emoticon-Wow emoticon-Wow emoticon-Wow
Diubah oleh lokshin.khushin 07-04-2017 17:54
mertodjoyo.203Avatar border
mertodjoyo.203 memberi reputasi
1
7.4K
60
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan