- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Berbagai Cara Orang Zaman Dahulu agar Tampil Menarik


TS
sirumi
Berbagai Cara Orang Zaman Dahulu agar Tampil Menarik

Untuk tampil menarik perlu pengorbanan lebih
Gak hanya pengorbanan uang, tapi juga resiko rasa sakit, kecacatan, sampai kematian
Ya seperti beberapa cerita di bawah ini ...
Spoiler for Klik:
Quote:
Peradaban dunia adalah sesuatu yang selalu berubah dan berputar. Sesuatu yang sekarang dianggap normal, dahulu mungkin dianggap aneh. Begitu juga sesuatu yang dahulu dianggap lumrah, tetapi dianggap sangat aneh oleh orang-orang di zaman sekarang ini.
Salah satu hal yang mengalami perubahan adalah standart kecantikan. Orang Indonesia tentu akan sangat terkejut, ngeri, dan merasa aneh ketika melihat suku di Afrika yang menganggap mulut yang dower sebagai sebuah standart kecantikan.
Bayangkan melihat bagaimana dan apa yang dilakukan orang-orang di zaman dahulu agar disebut cantik dan menarik. Apa yang mereka lakukan tentu akan membuat siapapun di zaman ini jauh lebih terkejut.
Mengecat Kaki agar Tampak seperti Mengenakan Stoking
(Wanita Selama Perang Dunia ke 2)

Perang mengakibatkan berhentinya produksi nilon dan menyebabkan kelangkaan stoking yang berbahan nilon. Karena saat itu penggunaan stoking merupakan tren, kebutuhan, dan standart kecantikan, para wanitapun berusaha untuk tampil kreatif.
Dengan menggunakan cat-cat yang memiliki kontur warna mirip dengan nilon, mereka mengecat kaki agar tampak seolah-olah sedang menggunakan stoking.
Memperban Kaki agar Ukuran Kaki Lebih Kecil
(Wanita Bangsawan China pada Era China Kuno)

Memperban kaki adalah bentuk modifikasi tubuh di antara bangsawan China pada abad ke 13. Seorang gadis kakinya akan dibalut atau diperban dengan erat sehingga pertumbuhan kaki sang gadis akan terhambat. Praktek ini sangat menyakitkan dan menyebabkan kelumpuhan karena kaki tidak mampu menopang berat badan.
Namun praktek ini sangat menyebar di kalangan keluarga bangsawan karena beberapa faktor seperti :
– para bangsawan menganggap wanita dengan kaki yang kecil memancarkan daya tarik seksual yang lebih besar
– wanita dengan kaki kecil dianggap adalah wanita yang setia karena tidak mungkin untuk kabur dari rumah
Membentuk Tulang Kepala Bayi
(Bangsa Maya Kuno sekitar 1000 tahun SM)

Bangsa Maya Kuno akan meletakkan bayinya di atas sebuah papan yang dimodifikasi dengan berbagai alat. Mereka akan mengatur agar tulang tengkoran bergeser sehingga bentuk kepalanya menjadi “tidak wajar”.
Bangsa Maya Kuno percaya kecacatan tersebut merupakan sebuah hiasan/ornamen yang cantik dan indah. Selain bangsa Maya Kuno, beberapa suku bangsa lain juga memiliki tradisi kuno seperti ini, diantaranya suku-suku Jermanik, Hun, Hawaii, Tahiti, Inca, dan Chinook.
Memelihara Kuku yang Sangat Panjang
(China masa Dinasti Qing)

Pria ataupun wanita bangsawan pada masa Dinasti Qing akan memelihara kukunya 15 hingga lebih dari 20 centimeter. Selain sebagai sebuah standart kecantikan, kuku yang panjang pada masa itu menjadi identitas sosial bahwa mereka adalah bangsawan yang tidak perlu repot untuk bekerja. Dan tentunya menjadi alasan agar segala kebutuhan mereka selalu dipenuhi.
Pria Berstoking dengan Betis Kekar
(Eropa pada Abad Pertengahan)

Jika pada zaman sekarang keindahan kaki wanita begitu dipuja, pada abad pertengahan justru betis pria yang menjadi primadona. Pria akan menggunakan stoking agar bentuk betis kakinya lebih terlihat. Bahkan agar lebih terlihat gagah dan cantik, para pria akan meletakkan bantalan atau padding di dalam stoking agar betis terlihat lebih besar, terbentuk, dan gagah.
Mencabuti Bulu Mata agar Dianggap Cantik
(Wanita Eropa pada Abad Pertengahan dan Zaman Renaisans)

Jika pada zaman sekarang wanita mencukur habis alisnya untuk kemudian digambar menggunakan pensil alis, wanita zaman dahulu melakukan hal yang jauh lebih extrim. Bukan hanya mencukur habis alisnya, merekapun mencabuti bulu matanya hingga habis. Bayangkan berapa besar dan berapa banyak kesakitan yang mereka rasakan.
Menghitamkan Gigi karena Gigi yang Hitam Dianggap Berkelas
(Wanita Jepang Sebelum Abad ke 19)

Menghitamkan gigi secara permanen atau Ohaguro dilakukan oleh wanita Jepang setelah menikah sebagai simbol komitmen pernikahan. Wanita yang melakukan ini konon dikatakan kecantikannya berlipat-lipat ganda. Namun pada 5 Februari 1870 tren kecantikan ini resmi dilarang.
Selain di Jepang, tren kecantikan ini juga dilakukan di beberapa daerah di tenggara China, Kepulauan Pasifik, dan Asia Tenggara.
Penggunaan Beauty Patches atau Kain seperti Tompel atau Tahi Lalat di Wajah
(Wanita Eropa pada Abad ke 18)

Jika pada abad sebelumnya perempuan cukup tampil dengan wajah apa adanya, namun pada abas ke 18 penggunaan make up yang sangat tebal menjadi sebuah keharusan. Penggunaan make up ini diiringi juga dengan meletakkan kain-kain aneh pada wajah sehingga tampak seperti tompel atau tahi lalat.
Kain-kain yang ditempel memiliki berbagai macam bentuk mulai dari bintang, bulan sabit, kotak, ataupun bulat sempurna. Satu hal yang unik adalah bahwa tempat menempelkan kain tersebut menunjukkan identitas wanita tersebut. Misalnya, jika kain ditempel di pipi kanan artinya perempuan itu telah menikah, dan jika ditempel di dekat mulut memberikan efek sensualitas/genit.
Menggambar Urat Nadi Kebiruan di Payudara
(Wanita Inggris pada Abad ke 17)

Pada zaman tersebut, pakaian dengan leher yang rendah dan menonjolkan atau memperlihatkan payudara menjadi sebuah tren fashion. NAMUN ADA SATU MASALAH :
Saat tren ini berkembang, Eropa sedang dilanda tren fashion bahwa semakin putih dan pucat kulit seorang wanita maka wanita tersebut akan makin dianggap sebagai wanita yang sehat, kaya, cantik, dan terhormat.
Di satu sisi para wanita Inggris ingin kulitnya tetap pucat sehingga menghindari tubuhnya terkena paparan sinar matahari, namun di sisi lain mereka ingin memperlihatkan leher dan payudara (saat itu belum ada tabir surya).
Agar dapat keluar rumah namun tetap terhindar dari sinar matahari, solusi kreatif para wanita di zaman tersebut adalah dengan menjaga kepucatan kulit menggunakan bedak di wajah hingga payudara. Agar mereka tidak terlihat menggunakan bedak pada payudara, para wanita mewarnai payudaranya dengan warna kebiruan atau menggambarkan bentuk urat pada payudaranya sehingga orang akan mengira itu adalah warna alami kulit mereka yang penuh urat-urat pembuluh darah. Mirip-mirip seperti efek shading.
Tindik Erotis atau Menindik pada Organ Sensitif
( Inggris pada Era Ratu Victoria)
Pada Era Victoria ada sebuah kegiatan yang akan dilakukan pria dan wanita agar dapat disebut cantik atau menarik, yaitu menggunakan pakaian ketat yang menunjukkan sesedikit mungkin bagian tubuh mereka.
Tidak ada yang aneh ketika menggunakan pakaian ketat, namun pada zaman itu sangatlah sulit mengatur bagian tubuh seperti payudara dan penis saat memakai pakaian ketat. Beberapa wanita memiliki payudara yang tidak menggantung simetris, dan beberapa pria memiliki penis yang tidak lurus atau miring ke kiri atau kanan.
Bagaimana mereka mengatasinya benar-benar tidak akan berani dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang. Mereka menindik ujung penis atau puting yang kemudian dikaitkan dengan rantai yang ada pada pakaian mereka. Dengan demikian para pria dan wanita akan dapat memakai pakaian ketat tanpa takut lekukan payudara atau penisnya mengalami dislokasi.
BTW, tindik pada ujung penis dikenal dengan sebutan “Prince Albert.
Mencabut Bulu Kemaluan
(Para Wanita Penduduk Asli Amerika Sebelum Era Kolonialisasi Eropa)

Pada saat itu, belum diketemukan alat cukur seperti gunting ataupun silet. Jadi para wanita tersebut akan mencabut/menarik satu persatu rambut kemaluan mereka.
Para wanita melakukan hal gila dan menyakitkan tersebut karena pandangan saat itu menganggap bulu di tubuh wanita (ketiak, kaki, dan kemaluan) membuat wanita terlihat sama seperti babi. Oleh sebab itu, agar dapat dianggap cantik dan menarik, para wanita akan mencabuti bulu tersebut satu persatu (Tanpa Gunting atau Alat Cukur)
Penggunaan Korset agar Memiliki Pinggang Kecil dan Belahan Dada yang Lebar
(Wanita Abad ke 16-29)

Sebenarnya pinggang yang kecil dan belahan dada yang lebar juga masih dianggap sebagai salah satu standart kecantikan pada zaman sekarang. Namun ukuran pinggang dan belahan dada tidak seekstrim dan berbahaya zaman dahulu.
Pada zaman tersebut, untuk mendapatan pinggang kecil dan belahan dada dengan jarak yang cukup lebar, para wanita mulai menggunakan korset dengan ukuran yang sangat ketat hingga tidak jarang menimbulkan kesulitan dan gangguan pernapasan.
Menggonta Ganti Warna dan Bentuk Alis
(Wanita pada Masa China Kuno)

Normalnya alis yang cantik adalah berwarna hitam. Namun pada masa China Kuno, mewarnai alis adalah tren mode dan tren kecantikan wajib bagi setiap wanita. Warna-warna yang dipakai sangat bervariasi seperti biru, kuning, hijau, dan merah. Selain itu bentuk alis juga menjadi sebuah bentuk mode dan ekspresi diri seperti marah, sedih, dan gembira. Untuk zaman sekarang, rasanya tidak ada yang berani secara normal pergi ke kantor menggunakan alis berwarna hijau atau biru.
Membuat Alis Nyambung
(Pria dan Wanita pada Zaman Yunani Kuno)

Alis nyambung tampak mengerikan untuk kebanyakan orang di zaman sekarang ini. Namun pada zaman Yunani Kuno, alis nyambung pada wanita dianggap sebagai tanda bahwa wanita tersebut dari kalangan atas, cerdas, murni, dan cantik.
Sayangnya tidak semua wanita terlahir alisnya bisa nyambung, sehingga mereka menggunakan pewarna yang terbuat dari pigmen kohl (stibnite) untuk menggambar efek alis menyambung. BTW, stibnite adalah bahan pembuat kosmetik dan peralatan makan pada zaman dahulu namun sebenarnya merupakan zat berbahaya yang jika tercampur pada makanan dapat menyebabkan kematian.
Memiliki Gigi yang Pendek
(Wanita pada Zaman Renaisans Eropa)

Penggunaan celana dengan kaki yang panjang, pinggul yang lebar, dan pinggang yang kecil adalah standart fashion Eropa pada zaman Renaisans. Selain daftar yang sudah disebut di atas, ada beberapa lagi standart kecantikan pada zaman renaisans yang akan sangat sulit diterima atau diterapkan pada zaman sekarang ini. Salah satunya adalah tren gigi pendek dan mungil.
Pada masa tersebut, wanita dengan gigil yang pendek dan mungil dianggap selain memancarkan aura kecantikan, juga dianggap imut dan berkelas. Untuk mendapatkan gigi yang pendek dan mungil tersebut, tidak jarang wanita akan mengamplas gigi mereka.
Memiliki Pipi yang Tembem dan Badan yang Gemuk
(Wanita pada Zaman Dinasti Tang 618-907 M)

Untuk kamu yang memiliki tubuh yang subur dan wajah bulat serta pipi yang besar dan dahi yang lebar pasti akan sangat senang hidup di zaman Dinasti Tang karena akan dianggap dan dipuja sebagai seorang dewi kecantikan.
Namun tentu saja tidak semua wanita dapat memiliki tubuh seperti itu karena tubuh gemuk umumnya hanya dimiliki kaum bangsawan yang makanan dan minumnya terjamin.
Salah satu hal yang mengalami perubahan adalah standart kecantikan. Orang Indonesia tentu akan sangat terkejut, ngeri, dan merasa aneh ketika melihat suku di Afrika yang menganggap mulut yang dower sebagai sebuah standart kecantikan.
Bayangkan melihat bagaimana dan apa yang dilakukan orang-orang di zaman dahulu agar disebut cantik dan menarik. Apa yang mereka lakukan tentu akan membuat siapapun di zaman ini jauh lebih terkejut.
Mengecat Kaki agar Tampak seperti Mengenakan Stoking
(Wanita Selama Perang Dunia ke 2)

Perang mengakibatkan berhentinya produksi nilon dan menyebabkan kelangkaan stoking yang berbahan nilon. Karena saat itu penggunaan stoking merupakan tren, kebutuhan, dan standart kecantikan, para wanitapun berusaha untuk tampil kreatif.
Dengan menggunakan cat-cat yang memiliki kontur warna mirip dengan nilon, mereka mengecat kaki agar tampak seolah-olah sedang menggunakan stoking.
Memperban Kaki agar Ukuran Kaki Lebih Kecil
(Wanita Bangsawan China pada Era China Kuno)

Memperban kaki adalah bentuk modifikasi tubuh di antara bangsawan China pada abad ke 13. Seorang gadis kakinya akan dibalut atau diperban dengan erat sehingga pertumbuhan kaki sang gadis akan terhambat. Praktek ini sangat menyakitkan dan menyebabkan kelumpuhan karena kaki tidak mampu menopang berat badan.
Namun praktek ini sangat menyebar di kalangan keluarga bangsawan karena beberapa faktor seperti :
– para bangsawan menganggap wanita dengan kaki yang kecil memancarkan daya tarik seksual yang lebih besar
– wanita dengan kaki kecil dianggap adalah wanita yang setia karena tidak mungkin untuk kabur dari rumah
Membentuk Tulang Kepala Bayi
(Bangsa Maya Kuno sekitar 1000 tahun SM)

Bangsa Maya Kuno akan meletakkan bayinya di atas sebuah papan yang dimodifikasi dengan berbagai alat. Mereka akan mengatur agar tulang tengkoran bergeser sehingga bentuk kepalanya menjadi “tidak wajar”.
Bangsa Maya Kuno percaya kecacatan tersebut merupakan sebuah hiasan/ornamen yang cantik dan indah. Selain bangsa Maya Kuno, beberapa suku bangsa lain juga memiliki tradisi kuno seperti ini, diantaranya suku-suku Jermanik, Hun, Hawaii, Tahiti, Inca, dan Chinook.
Memelihara Kuku yang Sangat Panjang
(China masa Dinasti Qing)

Pria ataupun wanita bangsawan pada masa Dinasti Qing akan memelihara kukunya 15 hingga lebih dari 20 centimeter. Selain sebagai sebuah standart kecantikan, kuku yang panjang pada masa itu menjadi identitas sosial bahwa mereka adalah bangsawan yang tidak perlu repot untuk bekerja. Dan tentunya menjadi alasan agar segala kebutuhan mereka selalu dipenuhi.
Pria Berstoking dengan Betis Kekar
(Eropa pada Abad Pertengahan)

Jika pada zaman sekarang keindahan kaki wanita begitu dipuja, pada abad pertengahan justru betis pria yang menjadi primadona. Pria akan menggunakan stoking agar bentuk betis kakinya lebih terlihat. Bahkan agar lebih terlihat gagah dan cantik, para pria akan meletakkan bantalan atau padding di dalam stoking agar betis terlihat lebih besar, terbentuk, dan gagah.
Mencabuti Bulu Mata agar Dianggap Cantik
(Wanita Eropa pada Abad Pertengahan dan Zaman Renaisans)

Jika pada zaman sekarang wanita mencukur habis alisnya untuk kemudian digambar menggunakan pensil alis, wanita zaman dahulu melakukan hal yang jauh lebih extrim. Bukan hanya mencukur habis alisnya, merekapun mencabuti bulu matanya hingga habis. Bayangkan berapa besar dan berapa banyak kesakitan yang mereka rasakan.
Menghitamkan Gigi karena Gigi yang Hitam Dianggap Berkelas
(Wanita Jepang Sebelum Abad ke 19)

Menghitamkan gigi secara permanen atau Ohaguro dilakukan oleh wanita Jepang setelah menikah sebagai simbol komitmen pernikahan. Wanita yang melakukan ini konon dikatakan kecantikannya berlipat-lipat ganda. Namun pada 5 Februari 1870 tren kecantikan ini resmi dilarang.
Selain di Jepang, tren kecantikan ini juga dilakukan di beberapa daerah di tenggara China, Kepulauan Pasifik, dan Asia Tenggara.
Penggunaan Beauty Patches atau Kain seperti Tompel atau Tahi Lalat di Wajah
(Wanita Eropa pada Abad ke 18)

Jika pada abad sebelumnya perempuan cukup tampil dengan wajah apa adanya, namun pada abas ke 18 penggunaan make up yang sangat tebal menjadi sebuah keharusan. Penggunaan make up ini diiringi juga dengan meletakkan kain-kain aneh pada wajah sehingga tampak seperti tompel atau tahi lalat.
Kain-kain yang ditempel memiliki berbagai macam bentuk mulai dari bintang, bulan sabit, kotak, ataupun bulat sempurna. Satu hal yang unik adalah bahwa tempat menempelkan kain tersebut menunjukkan identitas wanita tersebut. Misalnya, jika kain ditempel di pipi kanan artinya perempuan itu telah menikah, dan jika ditempel di dekat mulut memberikan efek sensualitas/genit.
Menggambar Urat Nadi Kebiruan di Payudara
(Wanita Inggris pada Abad ke 17)

Pada zaman tersebut, pakaian dengan leher yang rendah dan menonjolkan atau memperlihatkan payudara menjadi sebuah tren fashion. NAMUN ADA SATU MASALAH :
Saat tren ini berkembang, Eropa sedang dilanda tren fashion bahwa semakin putih dan pucat kulit seorang wanita maka wanita tersebut akan makin dianggap sebagai wanita yang sehat, kaya, cantik, dan terhormat.
Di satu sisi para wanita Inggris ingin kulitnya tetap pucat sehingga menghindari tubuhnya terkena paparan sinar matahari, namun di sisi lain mereka ingin memperlihatkan leher dan payudara (saat itu belum ada tabir surya).
Agar dapat keluar rumah namun tetap terhindar dari sinar matahari, solusi kreatif para wanita di zaman tersebut adalah dengan menjaga kepucatan kulit menggunakan bedak di wajah hingga payudara. Agar mereka tidak terlihat menggunakan bedak pada payudara, para wanita mewarnai payudaranya dengan warna kebiruan atau menggambarkan bentuk urat pada payudaranya sehingga orang akan mengira itu adalah warna alami kulit mereka yang penuh urat-urat pembuluh darah. Mirip-mirip seperti efek shading.
Tindik Erotis atau Menindik pada Organ Sensitif
( Inggris pada Era Ratu Victoria)
Spoiler for warning Disturbing Picture:

Pada Era Victoria ada sebuah kegiatan yang akan dilakukan pria dan wanita agar dapat disebut cantik atau menarik, yaitu menggunakan pakaian ketat yang menunjukkan sesedikit mungkin bagian tubuh mereka.
Tidak ada yang aneh ketika menggunakan pakaian ketat, namun pada zaman itu sangatlah sulit mengatur bagian tubuh seperti payudara dan penis saat memakai pakaian ketat. Beberapa wanita memiliki payudara yang tidak menggantung simetris, dan beberapa pria memiliki penis yang tidak lurus atau miring ke kiri atau kanan.
Bagaimana mereka mengatasinya benar-benar tidak akan berani dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang. Mereka menindik ujung penis atau puting yang kemudian dikaitkan dengan rantai yang ada pada pakaian mereka. Dengan demikian para pria dan wanita akan dapat memakai pakaian ketat tanpa takut lekukan payudara atau penisnya mengalami dislokasi.
BTW, tindik pada ujung penis dikenal dengan sebutan “Prince Albert.
Mencabut Bulu Kemaluan
(Para Wanita Penduduk Asli Amerika Sebelum Era Kolonialisasi Eropa)

Pada saat itu, belum diketemukan alat cukur seperti gunting ataupun silet. Jadi para wanita tersebut akan mencabut/menarik satu persatu rambut kemaluan mereka.
Para wanita melakukan hal gila dan menyakitkan tersebut karena pandangan saat itu menganggap bulu di tubuh wanita (ketiak, kaki, dan kemaluan) membuat wanita terlihat sama seperti babi. Oleh sebab itu, agar dapat dianggap cantik dan menarik, para wanita akan mencabuti bulu tersebut satu persatu (Tanpa Gunting atau Alat Cukur)
Penggunaan Korset agar Memiliki Pinggang Kecil dan Belahan Dada yang Lebar
(Wanita Abad ke 16-29)

Sebenarnya pinggang yang kecil dan belahan dada yang lebar juga masih dianggap sebagai salah satu standart kecantikan pada zaman sekarang. Namun ukuran pinggang dan belahan dada tidak seekstrim dan berbahaya zaman dahulu.
Pada zaman tersebut, untuk mendapatan pinggang kecil dan belahan dada dengan jarak yang cukup lebar, para wanita mulai menggunakan korset dengan ukuran yang sangat ketat hingga tidak jarang menimbulkan kesulitan dan gangguan pernapasan.
Menggonta Ganti Warna dan Bentuk Alis
(Wanita pada Masa China Kuno)

Normalnya alis yang cantik adalah berwarna hitam. Namun pada masa China Kuno, mewarnai alis adalah tren mode dan tren kecantikan wajib bagi setiap wanita. Warna-warna yang dipakai sangat bervariasi seperti biru, kuning, hijau, dan merah. Selain itu bentuk alis juga menjadi sebuah bentuk mode dan ekspresi diri seperti marah, sedih, dan gembira. Untuk zaman sekarang, rasanya tidak ada yang berani secara normal pergi ke kantor menggunakan alis berwarna hijau atau biru.
Membuat Alis Nyambung
(Pria dan Wanita pada Zaman Yunani Kuno)

Alis nyambung tampak mengerikan untuk kebanyakan orang di zaman sekarang ini. Namun pada zaman Yunani Kuno, alis nyambung pada wanita dianggap sebagai tanda bahwa wanita tersebut dari kalangan atas, cerdas, murni, dan cantik.
Sayangnya tidak semua wanita terlahir alisnya bisa nyambung, sehingga mereka menggunakan pewarna yang terbuat dari pigmen kohl (stibnite) untuk menggambar efek alis menyambung. BTW, stibnite adalah bahan pembuat kosmetik dan peralatan makan pada zaman dahulu namun sebenarnya merupakan zat berbahaya yang jika tercampur pada makanan dapat menyebabkan kematian.
Memiliki Gigi yang Pendek
(Wanita pada Zaman Renaisans Eropa)

Penggunaan celana dengan kaki yang panjang, pinggul yang lebar, dan pinggang yang kecil adalah standart fashion Eropa pada zaman Renaisans. Selain daftar yang sudah disebut di atas, ada beberapa lagi standart kecantikan pada zaman renaisans yang akan sangat sulit diterima atau diterapkan pada zaman sekarang ini. Salah satunya adalah tren gigi pendek dan mungil.
Pada masa tersebut, wanita dengan gigil yang pendek dan mungil dianggap selain memancarkan aura kecantikan, juga dianggap imut dan berkelas. Untuk mendapatkan gigi yang pendek dan mungil tersebut, tidak jarang wanita akan mengamplas gigi mereka.
Memiliki Pipi yang Tembem dan Badan yang Gemuk
(Wanita pada Zaman Dinasti Tang 618-907 M)

Untuk kamu yang memiliki tubuh yang subur dan wajah bulat serta pipi yang besar dan dahi yang lebar pasti akan sangat senang hidup di zaman Dinasti Tang karena akan dianggap dan dipuja sebagai seorang dewi kecantikan.
Namun tentu saja tidak semua wanita dapat memiliki tubuh seperti itu karena tubuh gemuk umumnya hanya dimiliki kaum bangsawan yang makanan dan minumnya terjamin.
Sekian informasinya, jangan lupa rate dan komennya ya

Sumber : standart kecantikan pada zaman dahulu
0
9.7K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan