RILIS.ID, Jakarta- Karyawan PT Indonesia Maroali Industrial Park (IMIP) mengunggat perusahaan tambang tersebut karena kebijakan yang diterapkan dinilai diskriminasi.

Juru bicara Gerakan Rakyat Maroali Bersatu (GRBM), Chandra Chris Elelson Sambelay mengatakan diskriminasi yang dilakukan perusahaan melanggar hak asasi.

“Beberapa aturan perusahaan tidak masuk akal. Bahkan untuk salat Jumat pun mereka harus bergiliran. Jika seorang karyawan melaksanakan salat pekan ini, berarti pekan depannya tidak diberi kesempatan untuk salat,” kata Chandra.

Tidak hanya itu, bahkan beberapa karyawan diberhentikan tanpa alasan yang jelas. “Parahnya, ada beberapa karyawan yang dipecat hanya karena melaksanakan salat,” lanjut Chandra.

Sampai akhirnya karyawan PT IMIP gerah atas tindakan perusahaan. Pada 7 Maretlalu, 16 orang karyawan yang juga merupakan warga setempat datang ke Jakarta.

Mereka menumpang hidup di kantor hukum Majjama Law Office di Jakarta Timur, serta mengadukan sikap semena-mena perusahaan PT IMIP. Melalui pendampingan kantor hukum tersebut, mereka akhirnya bisa berbicara dengan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Prof Dr Hafid Abbas.

Hafid mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa karyawan terhadap tindakan diskriminatif yang diduga dilakukan oleh PT IMIP.

Hafid mengatakan, Komnas HAM akan berupaya untuk membantu menyelesaikan kasus konflik antara masyarakat Morowali dengan pihak PT IMIP yang diduga telah melakukan tindakan diskriminatif dan tindakan yang merugikan masyarakat Morowali tersebut.

” Kita akan membantu agar masalah ini cepat selesai,” tandas Hafid.

Penulis Ibrahim

Sumur

Kita tunggu komentarnya