Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lailasaswatiAvatar border
TS
lailasaswati
Profesor LIPI tuding banyak salah info di aksi tolak pabrik semen


Merdeka.com- Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo menuding banyak informasi penyesatan terkait aksi penolakan pembangunan Pabrik Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah.

"Jadi intinya ada banyak missleading, penyesatan informasi bagi saya," kata pria yang akrab disapa Kiki di Forum Group Discussion (FGD) Mengenali Akar Konflik Pengelolaan Keseimbangan Ekologis dan Pembangunan Berkelanjutan Kasus Semen Rembang di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (6/4).

Dia mencontohkan Permen ESDM Nomor 2537/42/MEM.S/2017 perihal Dukungan Pemetaan Sistem Aliran Sungai Bawah Tanah Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Rembang, Jawa Tengah, wilayah Rembang tidak masuk kawasan bentang karst Kendeng. Namun para penolak pabrik semen Rembang, Jawa Tengah bersikeras bahwa kawasan semen Rembang masuk CAT dan tidak boleh ditambang.

"Yang ngomong itu jangan orang hukum, yang ngomong suruh dr Budi Ketua Jurusan tambang ITB yang bikin desain. Dia bilang kalau saya salah, saya bubarkan fakultas saya. Saya ngomong begini, di belakang saya dikampanyekan itu profesor apa? Kredibilitasnya apa?" ujar Kiki.

Kemudian, terkait terancamnya ekosistem kelelawar akan punah jika dilakukan penambangan oleh pabrik semen Rembang itu juga adalah opini yang salah.

"Oh ini ekosistem, ada jenis spesies kelelawar di situ. Paham lingkungan kok ngomong begitu. Kelelawar itu kamu tangkap ditangkar, selesai ke 5-10 tahun reklamasi jalan balikin lagi ke situ tidak punah. Itu gunanya. Kasus jalak Bali itu sudah dinyatakan punah, tiba-tiba di New York ada dua pasang ditangkarkan. Kemudian dikembalikan ke Bali, sekarang jalak Bali sudah bukan burung langka lagi," bebernya.

Kiki berpendapat, penguasaan segmen pasar nasional saat ini masih di tangan Indonesia. Tetapi jika pabrik semen Rembang tidak beroperasi, maka tidak menutup kemungkinan pabrik-pabrik semen milik asing lima tahun ke depan yang akan berjaya.

"Kalau ini enggak jalan mereka produksi terus yang di Kalimantan, yang Holcim, yang Heidelberg segala macam itu komposisinya terbalik. Dia tentukan harga, selesai kita," ujarnya.

Kiki mengklaim selama proses pembangunan pabrik semen, intelektual di Kota Semarang menolak pembangunan pabrik karena mereka merasa tidak dilibatkan.

"Kalau mau jujur, kenapa intelektual di Semarang menolak semua? Karena mereka tidak dilibatkan. Kenapa tidak dilibatkan. Kan protesnya ngomong, Pak Dharto (Prof Sudharto dari Undip Semarang) ngomong ama saya, kenapa yang dipakai UGM dan ITB? Kenapa bukan kami?" ungkap Kiki.

Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/pr...rik-semen.html
0
2.4K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan