- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Imam Besar Istiqlal: Makin Paham Agama, Orang Semakin Toleran


TS
n4z1
Imam Besar Istiqlal: Makin Paham Agama, Orang Semakin Toleran
Imam Besar Istiqlal: Makin Paham Agama, Orang Semakin Toleran

Liputan6.com, Jakarta - Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menanggapi terkait tensi politik DKI yang memanas pada ajang Pilkada DKI Jakarta ini. Isu negatif soal SARA merebak, termasuk muncul saling mengkafirkan satu sama lain.
Nasaruddin mengatakan, orang seharusnya semakin bijaksana dalam menyikapi masalah bila pemahaman agamanya sudah cukup. Yang terjadi, saat ini orang justru mudah menyalahkan orang lain.
"Saya katakan, seringkali orang yang gampang menyalahkan orang itu pemahaman agamanya mungkin masih perlu pendalaman. Karena kok saya yakin, semakin dalam pemahaman keagamaan setiap orang, maka akan semakin arif bijaksana," kata Nasaruddin usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/4/2017).
Pada dasarnya, kata Imam Masjid Istiqlal ini, setiap orang tidak akan berhenti belajar. Meski sudah menjalani pendidikan tinggi, mendalami lebih jauh ilmu pun terus dilakukan.
Bahkan dalam Islam disebutkan menuntut ilmu itu dilakukan sejak masih di ayunan (bayi) hingga liang lahat (mati). Dan, semakin dalam pemahaman agama seseorang, dia akan semakin toleran.
"Saya kok sangat yakin bahwa semakin dalam pemahaman keagamaan orang, insya Allah semakin moderat, semakin toleran, kooperatif dan semakin progres dalam pengertian kebangsaan kita," ujar dia.
Bila hal pemahaman agama itu terus didalami, mimpi besar Indonesia di masa depan akan terwujud. Termasuk menjadi kiblat peradaban dunia.
"Jadi kita kan punya obsesi kalau kiblat agama di Timur Tengah, maka kiblat peradaban di masa depan giliran Indonesia," ujar Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin.
http://news.liputan6.com/read/2911026/imam-besar-istiqlal-makin-paham-agama-orang-semakin-toleran?medium=Headline&campaign=Headline_click_1
======================
Seorang Imam Besar pada dasarnya mempunyai jiwa mengayomi, kata-katanya yang keluar senantiasa meneduhkan hati, tidak mengeluarkan kata-kata hujatan bagai seorang jagoan, tak perlu massa yang besar buat menegaskan kata-katanya agar terlihat garang.
Seorang Imam Besar tak perlu jubah yang menjuntai seolah takut tubuhnya terbakar panas matahari Indonesia, tak perlu sorban yang tebal seolah takut panas matahari Indonesia, tak perlu tongkat yang panjang seolah takut jatuh terkena panas matahari Indonesia.
Seorang Imam Besar, yang mengimami Masjid Nasional cukup berpeci sebagai lambang identitas nasional, lambang yang disebut oleh sepasang orang koplak seolah-olah itu adalah ciri khas Islam, yang jika orang non muslim memakainya akan digugat oleh pengikut orang-orang koplak tersebut.
Tidak perlu berpendidikan tinggi untuk lebih bijaksana dalam menilai orang lain. Tak perlu harus menjadi tua untuk bisa bijaksana dalam menilai orang lain. Dan jangan hanya mengambil kulit agama untuk menjadi bijaksana.
Menjadi tua itu takdir, tetapi menjadi bodoh itu pilihan.
Seharusnya seseorang yang super kayah tak perlu event tertentu buat dekat dengan orang-orang pinggiran.
Seharusnya seseorang yang super santun tak perlu media untuk memperlihatkan mimik wajahnya yang kadang terlihat licik.
Seharusnya seseorang yang bergelar super imam besar tak perlu dikawal kesana-kemari buat bertemu ummat, kesannya jadi sendiri lu ciut rame-rame lu jadi jagoan.
Seharusnya seseorang yang sering bersujud mendekatkan diri kepada Allah ataupun Khatam Al-Qur'an berulang kali bisa lebih menjaga lisannya, menjaga sikapnya, menjaga perilakunya, meneduhkan.
Sejak dahulu banyak orang bermimpi, bahwa Indonesia akan jadi pusat peradaban modern. Tapi entah kenapa sekarang mimpi itu semakin usang mengingat justru banyak orang yang bermimpi kita mundur kebelakang.
Munafik, jika dalam beribadah, kita masih memakai barang buatan kafir, tapi terus memaki-maki orang lain dengan kalimat-kalimat yeng membuat sakit hati ummat beragama lain.
Munafik, jika dalam beribadah, kita masih memakai produk buatan bangsa komunis, tapi mengumbar fitnah dan hujatan pada siapa saja dan selalu menebar permusuhan pada yang tak sepaham.
Munafik, jika dalam berdakwah, kita masih memakai mobil-mobil mewah buatan asing, tapi anti asing, aseng, oseng, masih aja jadi bumbu penyedab buat jualan agama.
Malulah sedikit kalau memang malu itu tak ada lagi dihati.
Menghujat itu gak perlu modal. Menghina itu gak perlu modal. Cuma modal bacot dan suara keras, selesai.
Tapi ya jangan lantas merasa tak tersentuh. Sebab pada dasarnya hidup dan mati itu setipis kulit bawang.
Pahala gak akan didapat dari kita menghujat agama lain.
Pahala gak akan didapat dari kita menghina agama dan ummat beragama lain.
Pahala gak akan didapat dari kita menghina suku atau keturunan orang lain.
Marah jika kita perlu marah, diam jika kita perlu diam.
Dan manusia yang paling berguna adalah manusia yang bisa memberi manfaat kepada orang lain dalam hal kebaikan.

0
9.3K
135


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan