- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Butuh saran!


TS
sisi.gelapku
Butuh saran!
Sebelumnya terima kasih yang sudah mau menanggapi thread tentang hidup saya sebelumnya. Dan sekarang saya ingin mencari solusi tentang hubungan saya karena ini akan membantu menentukan apa yang akan saya lakukan kedepannya.
Maaf kalau thread berantakan karena saya menggunakan hp jadul.
Awal nov 2016 ada seorang cewe meng-add dan mengirim pesan kepadaku di fb. Dari sana kami mulai dekat dan hampir setiap hari chatting.
Akhir desember aku menelfon dia dan ini pertama kalinya aku menelpon cewe, karena dia sedikit cerewet membuat obrolan terasa menyenangkan walau saya lebih banyak diam. Dia lumayan terbuka tentang kehidupannya, dia berusia 18 tahun, sudah jomblo 2 thn, kami beda provinsi dan terpisah 300km
Awal Januari 2017, saya harus merantau ke pulau sebrang jadi saya kirim pesan ke dia
"Kakak boleh nelpon kamu ngga nanti malem? Ada yg ingin kakak sampein!"
"iya boleh"
"ok!"
Jam 19.15 ini adalah ke-3 kali aku menelfonnya
"Hai! Selamat malem"
"iya, malem kak!"
"ganggu ngga?"
"ngga kok kak"
"makasih ya kemarin udah nyanyi untuk kakak, dan sekarang gantian kakak yang nyanyi untuk kamu"
"iya kak sama², eh.. Ngga usah kok kak, malah ngerepotin"
"udah ngga apa²"
Dan aku menyanyikan lagu dari ONE OK ROCK - Wherever You Are karena dia suka jepang
"maaf ya suara kakak fales dan ada salah lirik tadi"
"makasih kak, aku suka kok!"
"sebenernya kakak mau pamitan sama kamu, kakak harus ke pulau seberang dan di sana sinyal susah jadi mungkin bakal jarang hubungi kamu."
"yah.. Bakal kangen dong"
"ya mau gimana lagi emang gitu keadaannya, dan kakak di sini sekitar 5-6 bulan"
"oh gitu, udah itu aja?"
"iya! Emang apa lagi?"
"ngga ada yang mau diomongin apa gitu?"
"engga..."
Ya sebenarnya saya tau yang dia maksud tapi aku menahannya. Karena aku takut, takut akan mengecewakannya takut ketika aku sudah nyaman tapi dia akan meninggalkanku
"ya udah kalau gitu aku dulu. Sebelumnya terima kasih kak udah ada buat aku, kakak itu baik, dewasa, pengertian. Dan aku sayang sama kakak!"
Sejenak aku tidak bisa berpikir
"ya sama-sama, kakak juga sayang sama kamu"
"terus...?"
Jujur aku masih trauma dengan penolakan yang ku terima 5 tahun yang lalu. Tapi pernyataannya membuat keberanianku muncul
"mau ngga jadi pacar kakak?"
"maaf kak, aku ngga bisa"
Deg.. Yah sudah aku duga, siapa juga mau dengan orang sepertiku
"tapi jangan sampai gara-gara ini hubungan kita rengga.."
"ih.. Dengerin dulu" sela dia
"Aku ngga bisa... Ngga bisa nolak"
Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Makasih! Kamu adalah pacar pertamaku"
Dan kami melanjutkan obrolan dan berkhayal tentang masa depan kami
"aku janji akan usaha ngasih kabar terus ke kamu!"
"eh.. Jangan gitu, aku pasti ngerti kamu sibuk"
"setelah pulang dari sana aku akan merantau ke kotamu"
2 hari setelah itu aku berangkat, dia semakin perhatian kepadaku, sesuatu yang sudah lama tidak aku rasakan.
Hari-hari berlalu dan rasa cintaku kepada dirinya semakin besar, sudah seminggu aku di sini(pulau sebrang) kami terpisah 1000km. Aku menelponnya lagi
"hai! Selamat malam sayang"
"hai, met malem juga yang emh.."
"eh.. kamu kenapa?"
"malu yang aku ngomongnya"
"malu kenapa? Ini aku lagi sendirian ditengah kebon"
"aku lagi horny yang.."
"hahaha.. Kamu ini, mau dibantuin?" candaku
"emh.. Yang.. Kimochi.. Emh... Lebih dalem yang.."
"ugh y-ng.."
Kumatikan telepon karena entah kenapa aku merasa bersalah jika melanjutkan hal ini. Setelah 5 menit aku menelponya lagi
"maaf yang tadi tiba-tiba sinyal hilang" aku mencoba beralasan
"iya yang ga apa-apa"
"gimana, udah puas?"
"udah.."
"emangnya kamu pernah gituan kah?"
"engga lah, mana berani aku!"
"oh.. Kirain."
Sebenernya aku tak terlalu perduli tentang pernah atau tidak, karena dia sudah membuatku nyaman dan sepertinya aku benar-benar jatuh cinta padanya
"kalau praktek sih belum, tapi kalo teori udah ahli hehe.."
"belajar teori dari mana?"
"dari hentai yang.. Nanti kita lakuin itu di kamar, di ruang tamu, di dapur.."
"iya yang nanti setelah kita menikah"
"kapan ngelamar?"
"entahlah masih terlalu awal untuk ngebahasnya, kita masih muda jalanin aja dulu!"
*suara mengetik keyboard*
"lagi ngapain?"
"ini bales chat temen sekolah"
Obrolan berlanjut tapi tidak lama terhenti karena sinyal hilang. Setidaknya 2 hari sekali aku mengirim pesan kepadanya, dan saat minggu ke-3 tiba-tiba dia mem-block akunku. Aku panik karena tidak ada apa-apa di begitu, aku coba menghubunginya sekitar jam 13.08
"hai! Yang kamu kenapa? Aku kangen!"
"aku ngga." jawabnya dengan nada datar
"maaf ----putus ya" lanjutnya tapi tidak jelas karena sinyal jelek, aku menelponya lagi
"apa sih! Aku sibuk ntar malem aja!" dan telepon ditutup.
Pukul 18.30 aku menelponnya
"hai!"
"hum..."
"kenapa akunku kamu block?"
"aku udah ngga main fb lagi."
"bohong! Aku pakai akunku yang lain masih on tuh"
"ketahuan ya haha.. Aku juga punya akun banyak"
"terus kenapa kamu kaya gini? Maaf Kalau aku punya salah dan belum bisa ada disampingmu."
*sniff*
Aku mencoba menahan tangisku.
"eh.. Jangan nangis yang kita ngga putus, cuma brake aja"
"kenapa brake?"
"aku.. Aku mau fokus kuliah.." jawabnya, alasan yang bisa aku terima jika kami sering bertemu tapi
"aku kan cuma bisa hubungi kamu lwt fb dan telpon itu pun ngga setiap hari. Apa itu ganggu kamu?"
"aku kepikiran kamu terus!"
"hmph..."
"ih.. Beneran!"
"apa itu aja alasannya?"
"ya sebenernya ada masalah lain sih.. Udah dulu ya bye."
Telpon tertutup dan masih menyisakan banyak tanya.
*tear*
Aku tidak tau kenapa air mata ini menetes, apa aku sedih atau senang? Aku tertunduk di atas tanah dengan pikiran kosong tapi air mata ini masih saja mengalir.
Dua minggu berlalu, aku menelponya
"hai!"
"bentar-bentar ntar lagi sibuk"
"yah.. sampai jam berapa?"
"ini aku lagi sibuk sampe malem aku begadang"
"oh.. Ya udah deh semangat ya!"
"hum.. do'ain ya"
"iya"
"maaf ya" jawabnya dengan nada menyesal
"emh.."
"jangan nangis.."
"haha.. Ngga lah! Ehm.. Lain kali boleh nelpon?"
"iya kalau ngga sibuk, aku mau vakum 2 tahun. Udah dulu ya bye, I Love you sayang"
Saat aku mendengarnya aku sedikit lega karena masih bisa berhubungan dengannya, tapi hanya lewat telepon karena pesan yang aku kirim tidak pernah dibalas.
Awal maret jam 18.50 aku menelponnya
"hai Sayang! Apa kabar?"
"aduh yang dada aku sakit ugh.. Ugh.." telepon ditutup
Aku mencoba menelponnya lagi tapi di tolak tapi setelah 3 kali dia mengangkatnya
"hei kamu kenapa?"
"apa sih yang, kamu mau aku mati?"
"ya engga lah, aku khawatir sama kamu!"
"terserahlah!" dia mematikan telepon lagi
Aku terduduk memandang langit dan memikirkan kenapa dia menjadi seperti ini, apa aku ada salah? Apa dia sudah tidak ada rasa denganku? Apa hubunganku berakhir di sini? Aku mencoba menuliskan sebuah puisi sederhana untuknya. Jam 20.15 aku menelpon dia lagi
"hei, masih sakit?"
"hu'um.."
"ya udah cukup dengerin aja..." dan aku membacakan puisi yang aku tulis tadi untuknya
"itu nyari di google ya?" dengan nada halus dia mengatakannya, sebuah jawaban membuatku ingin membanting hp tapi aku tahan.
"engga lah, dari tadi aku mikir buat nulis ini!"
"terus maksud dari puisi yang kamu tulis tadi apa?"
"intinya kamu adalah orang yang paling berharga untukku, orang yang membuatku punya tujuan dan harapan, tanpamu aku hilang arah." jelasku
"sebegitu berharganya kah diriku untukmu?"
"iya"
"kalau ada cewe yang lebih sayang kamu dari pada sayangku ke kamu, kamu pilih siapa?"
"aku pasti milih kamu dan mengabaikannya!" jawabku tanpa pikir panjang
"kasian banget tuh cewe"
"biarin lah!"
"yang golongan darah kamu apa?" sebuah pertanyaan yg tak 'ku duga
"astaga O yang O, nol, zero... Ya ampun ini sudah ke-6 kalinya kamu nanyain itu"
"maaf yang aku lupa"
Aku tak mengerti kenapa dia selalu menanyakan itu dan beralasan yang sama, kalau satu atau dus kali mungkin aku bisa maklum, atau karena dia tidak perduli?
"aduh yang baterai aku low udah dulu ya!" lanjutnya
"sambil dicharge kan bisa"
"ngga bisa hp aku ngga kaya orang lain... Hp aku pernah kelindes truk..." dia membuat alasan yang tidak masuk akal
"Yang, kalau ada sesuatu tolong omongin sama aku, Jangan ngehindar!"
"ih.. beneran!"
"......" aku hanya diam
"yang jangan buat aku makin stress, aku udah stress sama masalah kuliah, sama masalah keluarga, Kamu ngertii n aku dong!" jelasnya dengan nada kesal
"udah ya! Love you sayang.." lanjutnya
"I Love You too"
Jawaban darinya membuatku merasa bersalah
2 hari setelah itu aku menghubunginya lagi untuk minta maaf
"hai! Lagi sibuk?"
"iya ini lagi gambar sketsa"
Aku mengatakan permintaan maaf tentang kemarin
".... Jadi aku memutuskan untuk ngga menghubungi kamu untuk beberapa minggu biar kamu tenang"
"hum.." dia hanya menjawabnya dengan gumaman
"Apa rasa sayang kamu masih ada untuk aku?" tanyaku
"Masih... why?"
"ngga apa-apa cuma mastiin aja."
"------love you, bye!" suaranya tidak jelas karena sinyal jelek dan telpon terputus.
Tanggal 25 maret, sudah 3 minggu aku tidak menghubunginya sama sekali, aku iseng membuka WA yang sudah 2 bulan tidak ku buka. Ada sebuah pesan dari dia
"sayang"
Pesan itu dikirim tanggal 24 maret pukul 06.08, aku berpikir sebaiknya aku menelponnya, tapi saat aku menelponnya selalu dapat balasan 'nomor salah' terus.
Aku mencoba mengirim pesan WA tapi masih belum dibaca sampai sekarang, fbnya juga jarang aktif.
Aku sebenernya ingin memperjuangkannya selagi masih ada kesempatan. Tapi di sisi lain juga ragu apa bisa berlanjut kalau seperti ini.
Dan apa aku harus menepati janjiku untuk datang ke kotanya setelah pulang dari sini? Karena alasanku ke sana adalah untuk menemuinya dan kedua untuk mencari kerja.
Maaf kalau thread berantakan karena saya menggunakan hp jadul.
Spoiler for Cerita:
Awal nov 2016 ada seorang cewe meng-add dan mengirim pesan kepadaku di fb. Dari sana kami mulai dekat dan hampir setiap hari chatting.
Akhir desember aku menelfon dia dan ini pertama kalinya aku menelpon cewe, karena dia sedikit cerewet membuat obrolan terasa menyenangkan walau saya lebih banyak diam. Dia lumayan terbuka tentang kehidupannya, dia berusia 18 tahun, sudah jomblo 2 thn, kami beda provinsi dan terpisah 300km
Awal Januari 2017, saya harus merantau ke pulau sebrang jadi saya kirim pesan ke dia
"Kakak boleh nelpon kamu ngga nanti malem? Ada yg ingin kakak sampein!"
"iya boleh"
"ok!"
Jam 19.15 ini adalah ke-3 kali aku menelfonnya
"Hai! Selamat malem"
"iya, malem kak!"
"ganggu ngga?"
"ngga kok kak"
"makasih ya kemarin udah nyanyi untuk kakak, dan sekarang gantian kakak yang nyanyi untuk kamu"
"iya kak sama², eh.. Ngga usah kok kak, malah ngerepotin"
"udah ngga apa²"
Dan aku menyanyikan lagu dari ONE OK ROCK - Wherever You Are karena dia suka jepang
"maaf ya suara kakak fales dan ada salah lirik tadi"
"makasih kak, aku suka kok!"
"sebenernya kakak mau pamitan sama kamu, kakak harus ke pulau seberang dan di sana sinyal susah jadi mungkin bakal jarang hubungi kamu."
"yah.. Bakal kangen dong"
"ya mau gimana lagi emang gitu keadaannya, dan kakak di sini sekitar 5-6 bulan"
"oh gitu, udah itu aja?"
"iya! Emang apa lagi?"
"ngga ada yang mau diomongin apa gitu?"
"engga..."
Ya sebenarnya saya tau yang dia maksud tapi aku menahannya. Karena aku takut, takut akan mengecewakannya takut ketika aku sudah nyaman tapi dia akan meninggalkanku
"ya udah kalau gitu aku dulu. Sebelumnya terima kasih kak udah ada buat aku, kakak itu baik, dewasa, pengertian. Dan aku sayang sama kakak!"
Sejenak aku tidak bisa berpikir
"ya sama-sama, kakak juga sayang sama kamu"
"terus...?"
Jujur aku masih trauma dengan penolakan yang ku terima 5 tahun yang lalu. Tapi pernyataannya membuat keberanianku muncul
"mau ngga jadi pacar kakak?"
"maaf kak, aku ngga bisa"
Deg.. Yah sudah aku duga, siapa juga mau dengan orang sepertiku
"tapi jangan sampai gara-gara ini hubungan kita rengga.."
"ih.. Dengerin dulu" sela dia
"Aku ngga bisa... Ngga bisa nolak"
Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Makasih! Kamu adalah pacar pertamaku"
Dan kami melanjutkan obrolan dan berkhayal tentang masa depan kami
"aku janji akan usaha ngasih kabar terus ke kamu!"
"eh.. Jangan gitu, aku pasti ngerti kamu sibuk"
"setelah pulang dari sana aku akan merantau ke kotamu"
2 hari setelah itu aku berangkat, dia semakin perhatian kepadaku, sesuatu yang sudah lama tidak aku rasakan.
Hari-hari berlalu dan rasa cintaku kepada dirinya semakin besar, sudah seminggu aku di sini(pulau sebrang) kami terpisah 1000km. Aku menelponnya lagi
"hai! Selamat malam sayang"
"hai, met malem juga yang emh.."
"eh.. kamu kenapa?"
"malu yang aku ngomongnya"
"malu kenapa? Ini aku lagi sendirian ditengah kebon"
"aku lagi horny yang.."
"hahaha.. Kamu ini, mau dibantuin?" candaku
"emh.. Yang.. Kimochi.. Emh... Lebih dalem yang.."
"ugh y-ng.."
Kumatikan telepon karena entah kenapa aku merasa bersalah jika melanjutkan hal ini. Setelah 5 menit aku menelponya lagi
"maaf yang tadi tiba-tiba sinyal hilang" aku mencoba beralasan
"iya yang ga apa-apa"
"gimana, udah puas?"
"udah.."
"emangnya kamu pernah gituan kah?"
"engga lah, mana berani aku!"
"oh.. Kirain."
Sebenernya aku tak terlalu perduli tentang pernah atau tidak, karena dia sudah membuatku nyaman dan sepertinya aku benar-benar jatuh cinta padanya
"kalau praktek sih belum, tapi kalo teori udah ahli hehe.."
"belajar teori dari mana?"
"dari hentai yang.. Nanti kita lakuin itu di kamar, di ruang tamu, di dapur.."
"iya yang nanti setelah kita menikah"
"kapan ngelamar?"
"entahlah masih terlalu awal untuk ngebahasnya, kita masih muda jalanin aja dulu!"
*suara mengetik keyboard*
"lagi ngapain?"
"ini bales chat temen sekolah"
Obrolan berlanjut tapi tidak lama terhenti karena sinyal hilang. Setidaknya 2 hari sekali aku mengirim pesan kepadanya, dan saat minggu ke-3 tiba-tiba dia mem-block akunku. Aku panik karena tidak ada apa-apa di begitu, aku coba menghubunginya sekitar jam 13.08
"hai! Yang kamu kenapa? Aku kangen!"
"aku ngga." jawabnya dengan nada datar
"maaf ----putus ya" lanjutnya tapi tidak jelas karena sinyal jelek, aku menelponya lagi
"apa sih! Aku sibuk ntar malem aja!" dan telepon ditutup.
Pukul 18.30 aku menelponnya
"hai!"
"hum..."
"kenapa akunku kamu block?"
"aku udah ngga main fb lagi."
"bohong! Aku pakai akunku yang lain masih on tuh"
"ketahuan ya haha.. Aku juga punya akun banyak"
"terus kenapa kamu kaya gini? Maaf Kalau aku punya salah dan belum bisa ada disampingmu."
*sniff*
Aku mencoba menahan tangisku.
"eh.. Jangan nangis yang kita ngga putus, cuma brake aja"
"kenapa brake?"
"aku.. Aku mau fokus kuliah.." jawabnya, alasan yang bisa aku terima jika kami sering bertemu tapi
"aku kan cuma bisa hubungi kamu lwt fb dan telpon itu pun ngga setiap hari. Apa itu ganggu kamu?"
"aku kepikiran kamu terus!"
"hmph..."
"ih.. Beneran!"
"apa itu aja alasannya?"
"ya sebenernya ada masalah lain sih.. Udah dulu ya bye."
Telpon tertutup dan masih menyisakan banyak tanya.
*tear*
Aku tidak tau kenapa air mata ini menetes, apa aku sedih atau senang? Aku tertunduk di atas tanah dengan pikiran kosong tapi air mata ini masih saja mengalir.
Dua minggu berlalu, aku menelponya
"hai!"
"bentar-bentar ntar lagi sibuk"
"yah.. sampai jam berapa?"
"ini aku lagi sibuk sampe malem aku begadang"
"oh.. Ya udah deh semangat ya!"
"hum.. do'ain ya"
"iya"
"maaf ya" jawabnya dengan nada menyesal
"emh.."
"jangan nangis.."
"haha.. Ngga lah! Ehm.. Lain kali boleh nelpon?"
"iya kalau ngga sibuk, aku mau vakum 2 tahun. Udah dulu ya bye, I Love you sayang"
Saat aku mendengarnya aku sedikit lega karena masih bisa berhubungan dengannya, tapi hanya lewat telepon karena pesan yang aku kirim tidak pernah dibalas.
Awal maret jam 18.50 aku menelponnya
"hai Sayang! Apa kabar?"
"aduh yang dada aku sakit ugh.. Ugh.." telepon ditutup
Aku mencoba menelponnya lagi tapi di tolak tapi setelah 3 kali dia mengangkatnya
"hei kamu kenapa?"
"apa sih yang, kamu mau aku mati?"
"ya engga lah, aku khawatir sama kamu!"
"terserahlah!" dia mematikan telepon lagi
Aku terduduk memandang langit dan memikirkan kenapa dia menjadi seperti ini, apa aku ada salah? Apa dia sudah tidak ada rasa denganku? Apa hubunganku berakhir di sini? Aku mencoba menuliskan sebuah puisi sederhana untuknya. Jam 20.15 aku menelpon dia lagi
"hei, masih sakit?"
"hu'um.."
"ya udah cukup dengerin aja..." dan aku membacakan puisi yang aku tulis tadi untuknya
"itu nyari di google ya?" dengan nada halus dia mengatakannya, sebuah jawaban membuatku ingin membanting hp tapi aku tahan.
"engga lah, dari tadi aku mikir buat nulis ini!"
"terus maksud dari puisi yang kamu tulis tadi apa?"
"intinya kamu adalah orang yang paling berharga untukku, orang yang membuatku punya tujuan dan harapan, tanpamu aku hilang arah." jelasku
"sebegitu berharganya kah diriku untukmu?"
"iya"
"kalau ada cewe yang lebih sayang kamu dari pada sayangku ke kamu, kamu pilih siapa?"
"aku pasti milih kamu dan mengabaikannya!" jawabku tanpa pikir panjang
"kasian banget tuh cewe"
"biarin lah!"
"yang golongan darah kamu apa?" sebuah pertanyaan yg tak 'ku duga
"astaga O yang O, nol, zero... Ya ampun ini sudah ke-6 kalinya kamu nanyain itu"
"maaf yang aku lupa"
Aku tak mengerti kenapa dia selalu menanyakan itu dan beralasan yang sama, kalau satu atau dus kali mungkin aku bisa maklum, atau karena dia tidak perduli?
"aduh yang baterai aku low udah dulu ya!" lanjutnya
"sambil dicharge kan bisa"
"ngga bisa hp aku ngga kaya orang lain... Hp aku pernah kelindes truk..." dia membuat alasan yang tidak masuk akal
"Yang, kalau ada sesuatu tolong omongin sama aku, Jangan ngehindar!"
"ih.. beneran!"
"......" aku hanya diam
"yang jangan buat aku makin stress, aku udah stress sama masalah kuliah, sama masalah keluarga, Kamu ngertii n aku dong!" jelasnya dengan nada kesal
"udah ya! Love you sayang.." lanjutnya
"I Love You too"
Jawaban darinya membuatku merasa bersalah
2 hari setelah itu aku menghubunginya lagi untuk minta maaf
"hai! Lagi sibuk?"
"iya ini lagi gambar sketsa"
Aku mengatakan permintaan maaf tentang kemarin
".... Jadi aku memutuskan untuk ngga menghubungi kamu untuk beberapa minggu biar kamu tenang"
"hum.." dia hanya menjawabnya dengan gumaman
"Apa rasa sayang kamu masih ada untuk aku?" tanyaku
"Masih... why?"
"ngga apa-apa cuma mastiin aja."
"------love you, bye!" suaranya tidak jelas karena sinyal jelek dan telpon terputus.
Tanggal 25 maret, sudah 3 minggu aku tidak menghubunginya sama sekali, aku iseng membuka WA yang sudah 2 bulan tidak ku buka. Ada sebuah pesan dari dia
"sayang"
Pesan itu dikirim tanggal 24 maret pukul 06.08, aku berpikir sebaiknya aku menelponnya, tapi saat aku menelponnya selalu dapat balasan 'nomor salah' terus.
Aku mencoba mengirim pesan WA tapi masih belum dibaca sampai sekarang, fbnya juga jarang aktif.
Aku sebenernya ingin memperjuangkannya selagi masih ada kesempatan. Tapi di sisi lain juga ragu apa bisa berlanjut kalau seperti ini.
Dan apa aku harus menepati janjiku untuk datang ke kotanya setelah pulang dari sini? Karena alasanku ke sana adalah untuk menemuinya dan kedua untuk mencari kerja.
Polling
0 suara
Apa yang sebaiknya saya lakukan?
Diubah oleh sisi.gelapku 31-03-2017 15:49
0
2.1K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan