- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Siapa Sangka, Jakarta Ternyata Darurat Bidan dan Perawat


TS
rustibarezi
Siapa Sangka, Jakarta Ternyata Darurat Bidan dan Perawat

Puskesmas masih menjadi salah satu pilihan utama bagi banyak masyarakat di Indonesia untuk berobat dan mendapatkan fasilitas kesehatan. Sayangnya, di banyak provinsi jumlah bidan dan perawat yang menjadi garda depan Puskesmas masih jauh dari kata cukup. Dan yang lebih ironisnya lagi, Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi Tanah Air malah menjadi salah satu provinsi yang darurat kekurangan bidan dan perawat.
Idealnya berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa jumlah bidan di Puskemas non rawat inap minimal empat orang dan di Puskesmas rawat inap minimal tujuh orang. Kondisi ini merupakan standar minimal di wilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Akan tetapi, fakta dilapangan bicara bahwa penyebaran bidan dan perawatnya di tiap Puskemas tidak merata. Ada provinsi yang memiliki bidan melebihi jumlah standar yang ditetapkan dan ada yang malah kekurangan.
Adapun total dari sumber daya manusia kesehatan (SDMK) di Puskesmas di Indonesia tahun 2015 sebanyak 258.568 orang. Perinciannya terdiri dari 219.860 orang tenaga kesehatan (85,03 persen) dan 38.708 orang tenaga penunjang kesehatan (14,97 persen).
Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas terbanyak yaitu bidan sebanyak 30,67 persen (79.314 orang), sedangkan proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas yang paling sedikit yaitu ahli teknologi laboratorium klinik sebesar 1,76 persen (4.559 orang).
Data Kementerian Kesehatan pada 2015 mengungkapkan bahwa terdapat 56 persen Puskesmas yang malah kelebihan bidan dari jumlah standar yang ditetapkan. Kemudian 6,4 persen Puskesmas sudah dalam kondisi cukup bidan. Sementara sisanya sebanyak 37,6 persen Puskesmas dalam kondisi darurat kekurangan bidan.
Nah jika diperinci lagi, proporsi terbesar Puskesmas yang cukup dan berlebihan bidan terdapat di regional Sumatera (78,57 persen) dan Jawa-Bali (70,11 persen). Sedangkan proporsi terbesar Puskesmas yang kekurangan bidan terdapat di regional Nusa Tenggara-Maluku-Papua (68,85 persen).
Berdasarkan provinsi, provinsi dengan persentase tertinggi Puskesmas dengan jumlah bidan cukup dan berlebih yaitu Banten (93,91 persen), Riau (92,65 persen), dan Sumatera Barat (89,15 persen). Yang mengejutkan, DKI Jakarta menempati posisi kedua terbanyak kekurangan bidan yakni mencapai 87,57 persen. Sementara provinsi dengan persentase tertinggi Puskesmas yang kekurangan bidan ditempati Papua Barat (87,96 persen).
Selain bidan, penyebaran perawat di Puskesmas di provinsi-provinsi di Tanah Air juga tidak merata. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa idealnya perawat pada Puskesmas non rawat inap minimal berjumlah lima orang sedangkan pada Puskesmas rawat inap minimal berjumlah delapan orang. Kondisi ini merupakan standar minimal di wilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Di Indonesia pada 2015, terdapat 48,78 perawat Puskesmas memiliki jumlah perawat lebih dari standar yang ditetapkan, 8,76 perawat Puskesmas dengan jumlah perawat cukup, dan 42,46 perawat Puskesmas kekurangan perawat.
Secara regional, proporsi terbesar Puskesmas dengan jumlah perawat cukup dan berlebih terdapat pada regional Kalimantan (68,6%) dan Sumatera (65,66%). Proporsi terbesar Puskesmas yang kekurangan jumlah perawat yaitu regional Nusa Tenggara-Maluku-Papua (48,47%) dan regional Jawa Bali (48,20%).
Jika dilihat persebarannya, provinsi dengan persentase tertinggi Puskesmas yang cukup dan berlebih jumlah perawat adalah Kepulauan Riau (95,38%), Kepulauan Bangka Belitung (84,48%), dan Riau (82,84%).
Dan lagi-lagi ironisnya, provinsi dengan persentase tertinggi Puskesmas yang kekurangan jumlah perawat adalah DKI Jakarta (86,69%), Papua (60,99%), dan Papua Barat (59,26%).
sumber:
Spoiler for :
0
2.8K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan