- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Five After Six


TS
angkaenam6
Five After Six
saya hanya mencoba curhat dalam bentuk cerita. boleh dihujat, boleh dikritik. kalau nggak bagus, ditutup juga gapapa. pakai id kloningan agar privasi tetap terjaga. semua yang ada di thread ini adalah pengalaman pribadi tanpa dramatisasi. saya berusaha sejujur mungkin agar pembaca bisa memahami kisah saya. maaf kalau berantakan. selamat membaca 
Introduction
Dia bukanlah sosok yang sempurna dari sisi manapun. Parasnya bukan sesuatu yang bisa dipuja. Prestasi? Mungkin. Jangan ditanya, dia adalah salah satu fotografer terbaik yang pernah aku kenal. Trofi penghargaan atas karyanya berjajar berantakan di ruangan kerjanya. Dia bukan tipikal orang yang senang bebersih. Baju, sampah, kaos kaki, celana dalam, recehan, segalanya dia biarkan saja berserakan di tengah ruang kerja yang juga jadi tempat tinggal dia. Ruangan itu lebih mirip seperti reruntuhan perang ketimbang kamar tinggal. Sangat berantakan, kotor, dan berdebu. Tapi dia tetap nyaman berada di sana.
Aku mengenalnya saat masih magang di salah satu kota besar di ujung timur Pulau Jawa. Jika ku hitung sekarang, mungkin baru 2 tahun berlalu. Waktu yang singkat memang untuk ikatan perasaan yang sekuat ini. Saat itu aku tengah menjalin cinta dengan sosok lain pula, sehingga sosoknya tidak terlalu aku gubris ketika sinyal-sinyal pendekatan mulai terpancar dalam dirinya.
Kala itu perusahaan tempatku magang tengah mengadakan gathering untuk para wartawan. Sosoknya datang dengan tampang sangat lusuh, lelah, kucel, kumal, ah pokoknya sangat jelek. Namun entah mengapa aku ingin berkenalan dengannya. Hingga akhirnya setelah seluruh proses registrasi tamu selesai, aku beranikan diri untuk mendekatinya dan berkenalan.
“hai, dari Kentara ya? Kenalan dong, aku Nada. Mahasiswa magang” sapaku sok akrab.
“iya, aku Danur. Asli sini mbak?” balasnya.
“nggak hehehe. Aku dari Solo.”
“wah jauh sekali. Ngapain sampai sini?”
“magang dong, kan tadi sudah ku ceritakan. Kakak tingkatku banyak juga loh yang kerja di Kentara, mungkin kamu kenal.”
“oh ya? Siapa?”
“Ismail? Kenal”
“ah kenal-kenal. Sampaikan salamku kepadanya.”
“iya. Kak, bagi-bagi buku Putar Balik-nya dong.”
“kamu mau? Mainlah ke kantor. Eh, aku boleh minta kontakmu?”
“boleh kak. Kantornya dimana emang?”
Kurang lebih seperti itulah perkenalan kita. Aku berkenalan hanya karena ingin menambah relasi. Tanpa ada tendensi apapun. Tapi siapa sangka, aku malah mencintainya dan menjadi gila.
UPDATE

Introduction
Dia bukanlah sosok yang sempurna dari sisi manapun. Parasnya bukan sesuatu yang bisa dipuja. Prestasi? Mungkin. Jangan ditanya, dia adalah salah satu fotografer terbaik yang pernah aku kenal. Trofi penghargaan atas karyanya berjajar berantakan di ruangan kerjanya. Dia bukan tipikal orang yang senang bebersih. Baju, sampah, kaos kaki, celana dalam, recehan, segalanya dia biarkan saja berserakan di tengah ruang kerja yang juga jadi tempat tinggal dia. Ruangan itu lebih mirip seperti reruntuhan perang ketimbang kamar tinggal. Sangat berantakan, kotor, dan berdebu. Tapi dia tetap nyaman berada di sana.
Aku mengenalnya saat masih magang di salah satu kota besar di ujung timur Pulau Jawa. Jika ku hitung sekarang, mungkin baru 2 tahun berlalu. Waktu yang singkat memang untuk ikatan perasaan yang sekuat ini. Saat itu aku tengah menjalin cinta dengan sosok lain pula, sehingga sosoknya tidak terlalu aku gubris ketika sinyal-sinyal pendekatan mulai terpancar dalam dirinya.
Kala itu perusahaan tempatku magang tengah mengadakan gathering untuk para wartawan. Sosoknya datang dengan tampang sangat lusuh, lelah, kucel, kumal, ah pokoknya sangat jelek. Namun entah mengapa aku ingin berkenalan dengannya. Hingga akhirnya setelah seluruh proses registrasi tamu selesai, aku beranikan diri untuk mendekatinya dan berkenalan.
“hai, dari Kentara ya? Kenalan dong, aku Nada. Mahasiswa magang” sapaku sok akrab.

“iya, aku Danur. Asli sini mbak?” balasnya.
“nggak hehehe. Aku dari Solo.”
“wah jauh sekali. Ngapain sampai sini?”
“magang dong, kan tadi sudah ku ceritakan. Kakak tingkatku banyak juga loh yang kerja di Kentara, mungkin kamu kenal.”
“oh ya? Siapa?”
“Ismail? Kenal”
“ah kenal-kenal. Sampaikan salamku kepadanya.”
“iya. Kak, bagi-bagi buku Putar Balik-nya dong.”
“kamu mau? Mainlah ke kantor. Eh, aku boleh minta kontakmu?”
“boleh kak. Kantornya dimana emang?”
Kurang lebih seperti itulah perkenalan kita. Aku berkenalan hanya karena ingin menambah relasi. Tanpa ada tendensi apapun. Tapi siapa sangka, aku malah mencintainya dan menjadi gila.
UPDATE
Quote:
Diubah oleh angkaenam6 29-03-2017 10:12


anasabila memberi reputasi
1
3K
37


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan