Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kasparov161Avatar border
TS
kasparov161
Advokat Peduli Ulama Laporkan Inul Daratista ke Polda Metro
Advokat Peduli Ulama Laporkan Inul Daratista ke Polda Metro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Advokat Peduli Ulama melaporkan pedangdut Inul Daratista ke Polda Metro Jaya atas dugaan tindak pidana penghinaan terhadap ulama melalui media sosial (medsos).

"Kami laporkan penghinaan terhadap para alim ulama," kata pengacara Advokat Peduli Ulama Dahlia Zein di Jakarta Senin (27/3).

Inul dilaporkan atas dugaan pelanggaran pasal 310 dan pasal 311 KUHP serta Pasal 28 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Dahlia mengungkapkan bahwa Inul menulis kalimat yang berisi penghinaan terhadap seorang yang memakai serban bertindak tidak terpuji melalui media sosial Instagram.

(Baca juga: Seruan Boikot Inul Muncul karena Dinilai Menghina Ulama)

Ia menuturkan bahwa kalimat Inul itu menjadi bahan pemberitaan terkait dengan tuduhan tidak dilengkapi bukti terhadap tokoh agama. Dahlia berharap laporan terhadap Inul menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar memanfaatkan media sosial dengan baik.

Sebelumnya, Instagram yang diduga milik Inul menimbulkan kontroversi bagi pengguna media sosial yang di-posting menjadi viral.

Inul mencuit kalimat seperti berikut:

"Yg sok alim dan otaknya di dengkul pasti mikirnya agama gak mikir beliau gubernur bpk kita semua' hahahhaa aku seh gak lihat beliau lg nyalonin lagi ... aku cuma bayangin yg pake syurban bisa mojok ama wanita sambil main sex skype itu piyeee critane bisa jadi panutan ???! Jgn merusak moral kita soal Rasis-Sara-dan agama ' aku gak main politik tp aku cukup bangga duduk berdampingan org yg menjaga jakarta saat ini' dan aku tak ikut campur urusan politik krn bukan bidangku !!! Klo org yg mau ceramahin aku akan sy block dn pastinya yg gak suka silahkan unfollow ' krn aku bukan kerugian sm org yg otak pikiran didengkul ' sekali lagi saya org yg nasionalismenya tinggi .!!! Yg koment apekkk tak block !!! Sorry".

(Baca juga: Inul Berkomentar Pedas di Medsos, MUI: Aparat Harus Bertindak)

http://nasional.republika.co.id/beri...ke-polda-metro

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ntar juga minta maap mewek mewek emoticon-Ngakak (S)

nastaik penjaga, karyawan inul vista siap belain :
- inul tu kuat dulu dah pernah konflik sama bung rhoma
- inul pernah dapet cobaan yang sama tapi tetep sukses
- nasbung mana bisa maen ke inuulvista
emoticon-Ngakak (S)

Ainuul rokhimah dulu di tentang sama hampir seluruh penyanyi dangdut indonesia, merusak citra dangdut sejak jamannya evie tamala, elvie sukaesih, rita sugiarto, iis dahlia, ike nurjanah, johny iskandar, dkk yang ngandelin kualitas musik melayu dan vokal nya, bukan ngandelin bokong.
Dari ketenaran inul pun penyanyi2 dangdut murahan pun lahir macam trio macan, duo anggrek, goyang drible dkk

Cak Nun: Harga Diri Bangsa Indonesia, Sama dengan Pantat Inul

Hidayatullah.com–Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menilai, Sumanto, pemakan daging mayat dan penyanyi “ngebor” Inul Daratista merupakan peringatan dari Allah SWT agar masyarakat Indonesia segera sadar Cak Nun mengatakan, munculnya Sumanto yang memakan daging mayat dan penyanyi “ngebor” Inul Daratista merupakan peringatan dari Allah SWT agar masyarakat Indonesia segera sadar. “Sumanto dan Inul adalah utusan Allah, tapi statusnya bukan nabi. Sumanto untuk mengingatkan bahwa kanibalisme politik hidup di Indonesia. Kemudian dihadirkan Sumanto, tapi kita tetap nggak sadar-sadar,” katanya di Surabaya, Jumat dinihari. Saat memberikan orasi pada acara “Malam Seribu Bulan” yang diselenggarakan Bengkel Muda Surabaya di halaman Balai Pemuda Surabaya mulai Kamis malam hingga Jumat dinihari, Cak Nun lebih banyak tampil dengan gaya kocaknya. “Sumanto cuma apa? Paling ia hanya makan daging mayat, mayatnya sudah tua lagi. Kalau kalian iri, silahkan niru. Padahal pemimpinan kita itu banyak yang makan kepala-kepala rakyatnya. Paling-paling nanti Sumanto senyum-senyum di surga melihat pemimpin kita ada di neraka,” katanya disambut tepuk tangan penonton. Mengenai Inul, katanya, ia berkeyakinan bahwa hal itu muncul karena kehendak dan kekuasaan Allah. “Kalau tidak karena kekuasaan Allah, masak berani Inul mbokongi wong (memantati orang). Kayak gitu, Inul banyak yang ngundang dan banyak yang beli karcis hanya untuk dibokongi,” katanya. Setelah bercerita panjang lebar, ia kemudian mengambil kesimpulan bahwa harga diri (wajah) masyarakat Indonesia sama dengan pantat atau bokong Inul. Untuk menyelesaikan persoalan yang kini menimpa bangsa Indonesia, Cak Nun menguraikan tiga level solusi dari setiap persoalan, yakni dengan ilmu (horizontal), syafaat (vertikal) dan qudrah (kehendak Allah yang keluar dari hukum Allah). “Untuk level ilmu, sudah banyak kita lihat di televisi atau koran-koran. Para ahli berbicara dan berdiskusi, sementara syafaat itu pertolongan dari Allah dan qudrah lebih tinggi lagi, yakni pertolongan Allah yang keluar dari sunnatullah, seperti lailatul qadar ini,” katanya. Menurut dia, untuk mendapatkan syafaat dari Allah, maka rakyat Indonesia harus memperbanyak membaca shalawat, sehingga Allah tidak akan menghancurkan bangsa ini secara menyeluruh. Ia mengajak bangsa Indonesia untuk bersabar dan selalu dekat dengan Allah karena dibalik kesulitan yang kini terus melilit, Allah biasanya menyimpan rahasia yang pada saatnya Indonesia akan makmur. Acara “Malam Seribu Bulan” itu sendiri dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh D Zawawi Imron dan Hj Utami Ragil Budi, penampilan beberapa kelompok musik dari Surabaya dan Solo, dan penampilan Kiai Kanjeng yang membawakan lagu “Manungso” dan “Tombo Ati”. Mesikpun sempat terganggu karena hujan deras, namun acara itu berjalan lancar dan penonton terlihat antusias mengikuti acara hingga akhir. Kiai Kanjeng yang tampil di akhir acara mengajak penonton menyanyikan bersama-sama lagu “Tombo Ati”. [Ant]


https://www.hidayatullah.com/berita/...ntat-inul.html

Ingat Inul, Ingat Abah Hasyim Muzadi: Iku Njoged Opo Kesurupan!

Advokat Peduli Ulama Laporkan Inul Daratista ke Polda Metro

Ruangan ketua umum PBNU yang saat itu dijabat KH Hasyim Muzadi saat itu memang lengang. Kala itu saat jeda selepas Ashar. Hanya beberapa jurnalis yang berada di ruangan di lantai III gedung PBNU tersebut. Mereka menunggu pernyataan Abah (panggilan akrab kepada KH Hasyim Muzadi) yang saat itu tengah heboh perseteruan Rhoma Irama dan Inul Daratista terkait goyangan ngebor-nya.

Saat itu sang Raja Dangdut marah besar karena Inul (Ainur Rokhimah, nama aslinya) yang asal kampung Japanan Pasuruan berjoget seronok serupa penari erotis. Rhoma makin berang karena saat itu Inul banyak bergoyang (istilah joget saat itu diganti dengan sebutan goyang, red) sembari membawakan lagu-lagunya.

''Joget itu indah dan teratur. Goyang ngebor merendahkan dangdut dan membawanya lagi ke dalam musik comberan. Lagu-lagu saya haram dinyanyikan dia (Inul, red),'' kata Rhoma.

Tentu saja omongan Rhoma membuat keriuhan di media massa. Perseteruan makin memanas bahkan di dalam kesempatan terpisah Inul dan Rhoma Irama sempat dipanggil para wakil rakyat untuk memberikan keterangan di rapat DPR di Senayan. Inul diantar datang bersama penyanyi senior, Titik Puspa. Rhoma Irama datang bersama penyanyi dangdut yang mendukungnya.

Dari keriuhan itu, Inul berada di atas angin karena mendapat dukungan media. Dia pun makin kaya karena order manggung saat itu nyaris tiada putus. Persis dengan jargon Benyamin S, anak desa ini kemudian mendapat rejeki yang 'kotaan'. Goyangan jadi objek kapitalisme hiburan. Budayawan Emha Ainun Najib menyemoni keriuhan itu dengan tulisan kolom di media masa ibu kota dengan judul "Pantat Inul adalah Wajah Kita Semua".

Dan di titik peristiwa itu omongan mendiang wartawan Suara Karya dan penulis buku biografi Rhoma Irama, Kartoyo, kini pun kembali terngiang: Pertemuan di DPR tersebut seolah mengulang perseteruan tahun 1970-an. ''Bang Haji sudah tak cocok sama Titiek Puspa sejak saat itu,'' kata Kartoyo seraya mengatakan apalagi ketika Oma tak lagi berada di perkumpulan artis ibukota dan memilih tak bergabung dengan Golkar. "Kalau disamakan dengan lagu maka peristiwa ini ibarat lagu lama diputar lag,'' kata Kartoyo.

Nah, di sore selepas Ashar itu, komentar Abah Hasyim memang ditunggu-tunggu. Setidaknya kami ingin tahu apa komentar dia. Dan Abah pun tersenyum lebar ketika beliau ditanya soal 'perang urat syaraf' antara Rhoma dan Inul. Kebetulan, saat itu situasinya sudah semakin seru karena beberapa hari sebelumnya Inul telah mengunjungi kantor Gus Dur yang berada di lantai dasar Gedung PB NU. Dan Rhoma Irama pun kemudian tak mau kalah karena selang beberapa hari kemudian dia pun ikut menemui Gus Dur di tempat yang sama. "Jangan adu saya dengan Gus Dur. Beliau itu kiai saya,'' ujar Rhoma seusai bertemu dengan Gus Dur.

Nah, dengan beberapa back ground itulah pernyataan Abah Hasyim menjadi terasa penting. Paling tidak untuk konsumsi pribadi dan kelak akan ditulis ketika waktunya dirasa sudah tepat. Abah melayani pertanyaan soal goyangan Inul itu sembari duduk, minum teh, dan berbincang secara santai.

"Kamu mau tanya apa,'' kata Abah Hasyim dengan nada ringan.
"Soal goyangan Inul Abah..?"

Mendengar jawaban polos itu Abah terlihat hanya tersenyum sembari membetulkan letak kaca matanya. Awalnya, Abah omong pertanyaan kurang kerjaan karena soal begitu kok ditanyakan kepadanya.

"Tanya kepada budayawan dan seniman dong. Jangan tanya ke saya,'' kata Abah.
"Ya ndak begitu Abah. Soalnya dia kan anak santri juga. Lihat saja nama aslinya tuh Abah,'' tukas saya sembari memberi tahu nama aslinya serta menceritakan pengakuan Inul di media massa tentang perilaku kehidupan keluarganya yang sangat agamis.

Mendengar itu Abah Hasyim terlihat terdiam sesaat. Beliau tampak sedang mempersiapkan jawaban. Namun, jawaban yang kemudian ke luar dari mulutnya justru rangkaian kalimat yang tak terduga. Abah malah mengajak si-penanya bercanda sekaligus memberikan tamsil.

"Di Jawa Timur santri itu macam-macam talenta atau kemampuannya. Ada santri yang qori dan korak. Kalau qori itu santri yang jago ngaji dan korak itu santri yang bengal (nakal),'' kata Abah dengan nada ringan. Sontak beberapa orang yang ada di ruangan itu tertawa ngakak.

"Kalau goyangan ngebor Inul itu bagaimana Abah?"

Sembari masih mengulum senyum Abah berkata seperti ini. Dan, jawabnya pun tak kalah mengejutkan: "Aku nggak tahu kenapa sih si arek wedhok iku (anak perempuan itu). Kuwi njoged opo kesurupan! (Itu menari atau kesurupan!)." Beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu pun tertawa ngakak kembali.

Namun, bersamaan dengan jawaban itu tamu Abah yang berikutnya pun masuk ke ruangan. Maka perbincangan ringan dengan berbagai macam tema itu usai. Ketika menengok ke arah jendela kaca terlihat hari mulai gelap. Lampu jalanan mulai menyala. Waktu Maghrib tak lama lagi akan segera datang. Kami meninggalkan ruangan Abah dengan terus menyimpan memori tentang kelakar profil sekelompok santri dan goyang ngebor artis asal Japanan, Inul Daratista.

Al Fatikhah untuk Abah Hasyim.

http://khazanah.republika.co.id/beri...-opo-kesurupan
0
3.1K
23
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan