- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kota Tangerang diwarnai 35 seniman mural gan. KECE ! ! !


TS
kangjati
Kota Tangerang diwarnai 35 seniman mural gan. KECE ! ! !


Jaman sekarang yang namanya seni menurut ane itu kaya ga terlalu di anggap sama masyarakat luas, padahal nih gan banyak komunitas bahkan individu dari anak anak sampe orang tua itu menghasilkan karya seni yang beragam dan menurut ane karya seni yang ane sendiri pun gabisa buatnya. Contohnya itu mural gan, teknik coret tembok dengan cat ini menjadi hobi yang paling disenangi anak muda sekarang. dari yang gambarnya unik dengan penuh makna sampai abstrak tapi bermakna. keren deh pokoknya. coba tengok kebawah yuk hehehee


Quote:

Akid One sedang menyelesaikan mural di Jalan Meteorologi, Tanah Tinggi, Tangerang, Banten dalam rangkaian acara Tangerang Street Art Festival 2017, Jumat (24/03/2017).
© Agustina NR /Beritagar.id
Leo Tolstoy pernah mengatakan seni adalah kegiatan manusia yang terdiri, salah satu yang menyadarkan melalui simbol-simbol eksternal tertentu, menyampaikan perasaan yang telah dialami kepada orang lain, sehingga mereka merasakan dan mengalaminya.
Ruang publik Tangerang pun diubah menjadi ruang pamer hasil karya seniman mural yang turut berpartisipasi dalam acara Tangerang Street Art Festival 2017.
Seperti hari-hari sebelumnya, warga melakukan aktivitas dan bekerja seperti biasa. Anak-anak bermain, kejar-kejaran sambil sesekali berhenti melihat kerumunan orang yang tengah asik dengan cat dan kuas. Di sudut lain, terlihat sekelompok orang memperbaiki jalan berlubang. Lalu lalang warga di Jalan Meteorologi, Tanah Tinggi, Tangerang, Banten, tidak menghentikan kegiatan para street artist (seniman jalan) untuk menggoreskan kuas-kuas mereka.
Para seniman tetap asyik berkutat dengan cat tembok, cat semprot, dan kuas mereka, seperti yang terlihat pada Akid One, street artist Malaysia, yang bergeming fokus menggambar sosok anak kecil memegang biola.
"Kemarin Akid datang ke komunitas biola di Cikokol. Di sana, orang-orang komunitas mengajari anak-anak bermain biola dan akhirnya jadilah gambar ini," ujar Ifand Shano, Ketua Panitia Tangerang Street Art Festival (TSAF) 2017, Jumat (24/03/2017), kepada Beritagar.id.

Mural Kampung karya para street artist di Jalan Meteorologi. Panel yang digunakan merupakan tembok luar Lembaga PemasyarakatanKelas IIB Anak Wanita Tangerang.
/Martyn Khoo
Komunikasi dan edukasi seni
TSAF merupakan kegiatan seni untuk memeringati ulang tahun kota Tangerang sekaligus merespons ruang publik sebagai media menampilkan karya seni kepada masyarakat. Kegiatan tersebut meliputi pembatan mural, grafiti, wall jamming, workshop di permukiman yang berada di wilayah Tangerang, bazaar, musik, dan tur keliling kota.
TSAF merupakan festival dua tahunan dan tahun ini memasuki penyelenggaraan kedua. TSAF 2017 digelar mulai 24-27 Maret berlokasi di Tanah Tinggi, Cikokol, Pasar Lama, dan beberapa titik di kota Tangerang.
"Kita juga mau menampilkan kemampuan teman-teman yang mungkin dianggap negatif menjadi positif dengan cara menghias kampung dengan mural dan memberikan workshop untuk warga sekitar," jelas Ombow, inisiator dan penggiat seni Tangerang.
Menurut Ifand, festival ini bermuatan edukasi seni kepada masyarakat Tangerang. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengubah pandangan negatif warga Tangerang terhadap komunitas street art Tangerang.
Pasalnya, dalam kurun waktu 2009-2010, komunitas street art Tangerang masih menjadi musuh warga. Warga menganggap corat-coret di tembok meresahkan pemilik rumah maupun warga permukiman. Namun pandangan itu perlahan berubah ketika para seniman menggelar acara tahunan.
Pada 2011, komunitas street artist Tangerang menggelar Jumpa Tembok. Kegiatan tersebut mengajak para seniman untuk menghias tembok di kawasan Perumnas. Dari sini, pendekatan dan komunikasi dengan warga mulai terjalin.
Tahun-tahun selanjutnya, Jumpa Tembok digelar di Cikokol, Cikupa, Tangerang Selatan, Kota Bumi, dan Batu Ceper. Alhasil, pandangan warga terhadap mural menjadi positif. Bahkan, ada beberapa warga yang mempersilakan tembok rumahnya dipoles para street artist.

Laksa Tangerang telah menginspirasi Julia dari Surabaya untuk mempercantik tembok Kelurahan Tanah Tinggi.
/Agustina NR
TSAF tahun ini mengalami banyak perubahan. Panita memilih permukiman padat penduduk Tanah Tinggi sebagai lokasi. Tak sebatas soal mural, panitia juga mengadakan workshop sablon dan melibatkan pemuda sekitar agar dapat saling bertukar pengetahuan dan keterampilan.
Di samping itu, festival ini mendapatkan dukungan dari Hadi Ismanto atau akrab disapa Bang Boy, Lurah Tanah Tinggi. Ia menginginkan agar warganya bisa hidup berdampingan dengan aman dan tentram, mengingat selama ini warga Tanah Tinggi kerap terlibat bentrokan dan hal-hal negatif lain.
Kebanggaan lokal
Mengangkat kebanggaan lokal bukan tanpa alasan. Panitia festival ingin memberitahukan kepada masyarakat luas bahwa Tangerang memiliki banyak budaya yang dapat disinggahi maupun dinikmati pengunjung kota lain. Pintu Air 10, Jam Gede Jasa, Masjid Raya Al Azhom, pasar lama, dan kuliner laksa merupakan beberapa ikon kebanggaan masyarakat Tangerang.
Atas dasar itulah, 35 orang street artist membuat mural bertema local pride Tangerang, seperti Julia, street artist asal Surabaya mengangkat laksa Tangerang. Julia menggabungkan karakter gambarnya yang feminin sehingga menghasilkan mural sosok perempuan dengan rambut kuning berbentuk mi.
Ikon Tangerang juga tercermin dari mural Pahello. Dengan menggunakan cat hitam dan putih, lelaki berambut di atas bahu melukiskan ikon Tangerang berjudul kampung Halaman.

Jika street artist lain menggunakan cat warna-warni, berbeda dengan Pahello. Ia menonjolkan Tangerang sebagai kota industri dengan sapuan warna hitam dan putih di Gang Macan, Jalan Meteorologi, Tangerang.
/Agustina NR
"Gue ambil ikon Tangerang sebagai kota industri. Ciri khasnya ada Jembatan Cisadane, Pasar Lama, Pintu Air 10 juga ada, Benteng juga. Kenapa pilih hitam putih? Karena ini karakter gue dan hitam putih itu bisa mencolok selain warna-warni," jelas Pahello di sela-sela mengerjakan mural di tembok salah satu rumah di Gang Macan yang dibantu relawan Rian.
Tantangan di tengah permukiman
Menggambar bukan perkara sulit bagi mereka. Tetapi membuat mural di tengah permukiman bukan perkara mudah. Hana Madness dan Reza Pradipto yang baru pertama kali mengikuti festival ini mengakui harus cepat beradaptasi membuat mural di tengah permukiman. Banyaknya anak-anak yang menghampiri, warga yang keluar-masuk, dan suara musik kencang menjadi tantangan bagi Hana dalam menyelesaikan karyanya.

Suasana Gang Macan ketika street artist tengah menggambar mural di tembok rumah milik warga. Hana Madness menghadirkan monster menyerupai ikan.
/Agustina NR
"Aku baru pertama kali (mural) di permukiman, seru, ngelihat masyarakat. Tapi kalau ada bayi dan anak-anak mendekat pas aku nyemprot piloks, aku minta mereka dibawa masuk. Karena kan ini nggak baik buat mereka. Ini menjadi bagian edukasi untuk mereka," kata Hana yang dibantu relawan Adi Cumi menyelesaikan mural monster pink.
Tantangan menyelesaikan mural dihadapi pula oleh Reza yang mendapatkan jatah mural di tembok luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Wanita Tangerang, di Jalan Meteorologi arah Jalan Daan Mogot.
Ia mengaku agak kaget ketika melihat perilaku pengguna kendaraan bermotor melaju kencang, berbeda dengan pemukimannya. Dibantu relawan Abe, Reza membuat mural berdasarkan salah satu kartun Beritagar.id tentang mandi.

Mural Reza Pradipto berdasarkan salah satu kartun Beritagar.id tentang durasi mandi terhadap kesehatan kulit.
/Agustina NR
Menikmati karya seni di TSAF memberikan pengalaman berbeda, jika dibandingkan dengan festival seni rupa lain yang umumnya diadakan di dalam ruangan galeri. Mungkin Anda akan merasa kegerahan, berjalan menepi jika berpapasan dengan pengendara motor, melihat jemuran warga, atau kerumunan anak-anak bermain. Namun melalui mural, Anda bisa melihat kreativitas seniman terhadap respons dan menangkap ekspresi keseharian warga.
Seperti hari-hari sebelumnya, warga melakukan aktivitas dan bekerja seperti biasa. Anak-anak bermain, kejar-kejaran sambil sesekali berhenti melihat kerumunan orang yang tengah asik dengan cat dan kuas. Di sudut lain, terlihat sekelompok orang memperbaiki jalan berlubang. Lalu lalang warga di Jalan Meteorologi, Tanah Tinggi, Tangerang, Banten, tidak menghentikan kegiatan para street artist (seniman jalan) untuk menggoreskan kuas-kuas mereka.
Para seniman tetap asyik berkutat dengan cat tembok, cat semprot, dan kuas mereka, seperti yang terlihat pada Akid One, street artist Malaysia, yang bergeming fokus menggambar sosok anak kecil memegang biola.
"Kemarin Akid datang ke komunitas biola di Cikokol. Di sana, orang-orang komunitas mengajari anak-anak bermain biola dan akhirnya jadilah gambar ini," ujar Ifand Shano, Ketua Panitia Tangerang Street Art Festival (TSAF) 2017, Jumat (24/03/2017), kepada Beritagar.id.
Spoiler for cek nih salah satu muralnya:

Mural Kampung karya para street artist di Jalan Meteorologi. Panel yang digunakan merupakan tembok luar Lembaga PemasyarakatanKelas IIB Anak Wanita Tangerang.
/Martyn Khoo
Komunikasi dan edukasi seni
TSAF merupakan kegiatan seni untuk memeringati ulang tahun kota Tangerang sekaligus merespons ruang publik sebagai media menampilkan karya seni kepada masyarakat. Kegiatan tersebut meliputi pembatan mural, grafiti, wall jamming, workshop di permukiman yang berada di wilayah Tangerang, bazaar, musik, dan tur keliling kota.
TSAF merupakan festival dua tahunan dan tahun ini memasuki penyelenggaraan kedua. TSAF 2017 digelar mulai 24-27 Maret berlokasi di Tanah Tinggi, Cikokol, Pasar Lama, dan beberapa titik di kota Tangerang.
"Kita juga mau menampilkan kemampuan teman-teman yang mungkin dianggap negatif menjadi positif dengan cara menghias kampung dengan mural dan memberikan workshop untuk warga sekitar," jelas Ombow, inisiator dan penggiat seni Tangerang.
Menurut Ifand, festival ini bermuatan edukasi seni kepada masyarakat Tangerang. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengubah pandangan negatif warga Tangerang terhadap komunitas street art Tangerang.
Pasalnya, dalam kurun waktu 2009-2010, komunitas street art Tangerang masih menjadi musuh warga. Warga menganggap corat-coret di tembok meresahkan pemilik rumah maupun warga permukiman. Namun pandangan itu perlahan berubah ketika para seniman menggelar acara tahunan.
Pada 2011, komunitas street artist Tangerang menggelar Jumpa Tembok. Kegiatan tersebut mengajak para seniman untuk menghias tembok di kawasan Perumnas. Dari sini, pendekatan dan komunikasi dengan warga mulai terjalin.
Tahun-tahun selanjutnya, Jumpa Tembok digelar di Cikokol, Cikupa, Tangerang Selatan, Kota Bumi, dan Batu Ceper. Alhasil, pandangan warga terhadap mural menjadi positif. Bahkan, ada beberapa warga yang mempersilakan tembok rumahnya dipoles para street artist.
Spoiler for cek lagi ni:

Laksa Tangerang telah menginspirasi Julia dari Surabaya untuk mempercantik tembok Kelurahan Tanah Tinggi.
/Agustina NR
TSAF tahun ini mengalami banyak perubahan. Panita memilih permukiman padat penduduk Tanah Tinggi sebagai lokasi. Tak sebatas soal mural, panitia juga mengadakan workshop sablon dan melibatkan pemuda sekitar agar dapat saling bertukar pengetahuan dan keterampilan.
Di samping itu, festival ini mendapatkan dukungan dari Hadi Ismanto atau akrab disapa Bang Boy, Lurah Tanah Tinggi. Ia menginginkan agar warganya bisa hidup berdampingan dengan aman dan tentram, mengingat selama ini warga Tanah Tinggi kerap terlibat bentrokan dan hal-hal negatif lain.
Kebanggaan lokal
Mengangkat kebanggaan lokal bukan tanpa alasan. Panitia festival ingin memberitahukan kepada masyarakat luas bahwa Tangerang memiliki banyak budaya yang dapat disinggahi maupun dinikmati pengunjung kota lain. Pintu Air 10, Jam Gede Jasa, Masjid Raya Al Azhom, pasar lama, dan kuliner laksa merupakan beberapa ikon kebanggaan masyarakat Tangerang.
Atas dasar itulah, 35 orang street artist membuat mural bertema local pride Tangerang, seperti Julia, street artist asal Surabaya mengangkat laksa Tangerang. Julia menggabungkan karakter gambarnya yang feminin sehingga menghasilkan mural sosok perempuan dengan rambut kuning berbentuk mi.
Ikon Tangerang juga tercermin dari mural Pahello. Dengan menggunakan cat hitam dan putih, lelaki berambut di atas bahu melukiskan ikon Tangerang berjudul kampung Halaman.
Spoiler for lagi terus cek:

Jika street artist lain menggunakan cat warna-warni, berbeda dengan Pahello. Ia menonjolkan Tangerang sebagai kota industri dengan sapuan warna hitam dan putih di Gang Macan, Jalan Meteorologi, Tangerang.
/Agustina NR
"Gue ambil ikon Tangerang sebagai kota industri. Ciri khasnya ada Jembatan Cisadane, Pasar Lama, Pintu Air 10 juga ada, Benteng juga. Kenapa pilih hitam putih? Karena ini karakter gue dan hitam putih itu bisa mencolok selain warna-warni," jelas Pahello di sela-sela mengerjakan mural di tembok salah satu rumah di Gang Macan yang dibantu relawan Rian.
Tantangan di tengah permukiman
Menggambar bukan perkara sulit bagi mereka. Tetapi membuat mural di tengah permukiman bukan perkara mudah. Hana Madness dan Reza Pradipto yang baru pertama kali mengikuti festival ini mengakui harus cepat beradaptasi membuat mural di tengah permukiman. Banyaknya anak-anak yang menghampiri, warga yang keluar-masuk, dan suara musik kencang menjadi tantangan bagi Hana dalam menyelesaikan karyanya.
Spoiler for gambar dibelakang rumah:

Suasana Gang Macan ketika street artist tengah menggambar mural di tembok rumah milik warga. Hana Madness menghadirkan monster menyerupai ikan.
/Agustina NR
"Aku baru pertama kali (mural) di permukiman, seru, ngelihat masyarakat. Tapi kalau ada bayi dan anak-anak mendekat pas aku nyemprot piloks, aku minta mereka dibawa masuk. Karena kan ini nggak baik buat mereka. Ini menjadi bagian edukasi untuk mereka," kata Hana yang dibantu relawan Adi Cumi menyelesaikan mural monster pink.
Tantangan menyelesaikan mural dihadapi pula oleh Reza yang mendapatkan jatah mural di tembok luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Wanita Tangerang, di Jalan Meteorologi arah Jalan Daan Mogot.
Ia mengaku agak kaget ketika melihat perilaku pengguna kendaraan bermotor melaju kencang, berbeda dengan pemukimannya. Dibantu relawan Abe, Reza membuat mural berdasarkan salah satu kartun Beritagar.id tentang mandi.
Spoiler for beritagar.id:

Mural Reza Pradipto berdasarkan salah satu kartun Beritagar.id tentang durasi mandi terhadap kesehatan kulit.
/Agustina NR
Menikmati karya seni di TSAF memberikan pengalaman berbeda, jika dibandingkan dengan festival seni rupa lain yang umumnya diadakan di dalam ruangan galeri. Mungkin Anda akan merasa kegerahan, berjalan menepi jika berpapasan dengan pengendara motor, melihat jemuran warga, atau kerumunan anak-anak bermain. Namun melalui mural, Anda bisa melihat kreativitas seniman terhadap respons dan menangkap ekspresi keseharian warga.
______________________________________________________________________________________________________________

Sebenernya seni kaya gini nih harus dan sangat di acungin jempol serta dihargain gan, nilai seni itu sangat mahal menurut ane hehehe



Sebenernya seni kaya gini nih harus dan sangat di acungin jempol serta dihargain gan, nilai seni itu sangat mahal menurut ane hehehe
Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng deh

Sumur:
Beritagar.id
Beritagar.id
Jangan lupa cek thread ane yang lain gan 

Quote:
- 5 kata Bahasa Indonesia yang selama ini sering salah digunakan
- Menurut agan Setya Novanto perlu mundur atau nggak
- Terungkap, 5 provinsi di Indonesia yang suka BAB sembarangan. Cek gan!
- Yuk gan cari tahu sejarah lampu lalu lintas
- 4 Pertanyaan penting saat kencan pertama
- 5 es krim kekinian di Instagram yang wajib agan coba
- 6 tips liburan murah buat agan-agan
- Minum air gak harus 8 gelas sehari gan
- Kontes adu jelek di Zimbabwe ricuh karena yang menang masih dianggep ganteng (FOTO)
- Agan tipe anak kos yang kaya gimana?
- Jangan sekali-kali kabur dari razia polisi kalo gak mau kaya gini gan (FOTO)
- Sedih gan, orang-orang ini ga dikasih main Facebook gara-gara namanya
- Pemandangan sungai di Jakarta yang sempet bikin heboh nih gan! (FOTO)
- 5 tips hemat BBM
- Serba paling di Hari Film Nasional
- Salahkah jika perempuan bekerja dan laki-laki menjadi ayah rumah tangga?
- Keahlian khusus yang dicari perusahaan tahun 2021 nanti
- Cara mencegah obesitas sejak masih kecil
- Bincang eksklusif dengan Anies Baswedan: Saya tidak mengira akan diganti
- 8 fakta pacaran masa kini yang bisa bikin agan-agan kecewa
- Hati-hati, hal ini bisa bikin agan gak subur
- Mengenal enam istilah soal kedaluwarsa makanan dan minuman
- Saudara kembar Mirna: Sudah jelas kok siapa pembunuhnya!
- Fakta, hubungan Fantastic Beasts dengan Harry Potter


0
14.5K
Kutip
105
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan