Sekretaris Dewan Syuro Front Pembela Islam (FPI) DPD DKI Jakarta, Novel Chaidir Hasan Bamukmin berpendapat, bahwa perubahan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang mengenakan peci atau kopiah dalam surat suara putaran kedua Pilkada DKI 2017, adalah hal yang wajar dan sah-sah saja.

Menurut Novel, peci merupakan simbol nasional yang dapat dikenakan oleh siapapun, sehingga Ia tidak merasa kaget jika Djarot dalam foto di surat suara mengenakan peci.

"Kita melihat itu peci kan simbol nasional, bahkan kalau kita melihat petahana ( Cagub Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok), gubernur terdakwa itu sendiri sudah lama make kopiah, bahkan make sorban lagi," kata Habib Novel kepada Netralnews.com, Minggu (26/3/2017).

"Banyak kok menteri-menteri yang lagi ngetrend pakai kopiah, termaksud sembilan naga ada yang pakai kopiah keliling pesantren, ada satu ketua partai itu keliling-keliling pakai kopiah, kita gak kaget lagi," sambungnya.

Meski begitu Habib Novel menyarankan, agar yang memakainya termasuk Djarot, harus bisa menjaga akhlak, karena peci sebagai simbol nasional mengandung makna tentang kearifan, kesantunan, kesopanan, dan adat ketimuran.

"Boleh-boleh aja pakai kopiah, itu hak mereka. Apalagi Djarot yang KTPnya Islam, yang katanya ada hajinya, ya udah silahkan aja pakai kopiah. Tolong disesuaikan dengan akhlaknya," tandasnya.

"Cuma kita meminta itu kan identik peci nasional. Jadi kearifan, kesantunan, kesopanan, simbol ketimuran, ya tolong dong disesuaikan, kalau pakai kopiah sesuaikan dengan akhlaknya," tutup wakil ketua Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) itu.

Seperti diketahui, dalam surat suara yang akan digunakan pada Pilkada Jakarta putaran kedua, foto Djarot tampak mengenakan kopiah. Alhasil, penampilan Djarot itu terkesan meniru pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno yang telah lebih dulu menggunakan jargon "Coblos Pecinya".

http://www.netralnews.com/news/megap...ikan.akhlaknya