Kaskus

Entertainment

diaspratamaaaaAvatar border
TS
diaspratamaaaa
GENERASI KRITIKUS
Ketika kita menyaksikan pertunjukkan sulap, apa yang kita pikirkan? Bukankah kita berharap pesulap itu gagal?



Ketika kita menyaksikan pertunjukkan aksi ekstrim seperti sirkus dan lainnya. Apa yang kita pikirkan saat menonton? Bukankah di benak kita sebenarnya ingin melihat bagaimana jika mereka gagal?



Diakui atau tidak setidaknya diantara dua itu anda pernah berharap demikian. Ambil satu contoh kecil. Ketika acara Miss Universe 2015 salah mengumumkan pemenang juara, maka anda sebagai penonton akan sangat antusias menontonnya.



Atau, ketika ada rombongan Presiden bersama istrinya sedang pawai. Kemudian ada yang secara tibatiba menembak presiden. Bukankah itu adalah kejadian yang menarik?



Manusia sudah bosan dengan rutinitas. Sesuatu yang berjalan lancar. Didalam benaknya yang paling dalam, manusia ingin sesuatu yaang berbeda. Hingga akhirnya lebih tertarik melihat satu kesalahan dibanding memuji sesuatu yang benar.



Akan sangat membosankan melihat kehebatan seorang pesulap yang hanya memamerkan kehebatannya. Kita kadang berharap pesulap itu gagal dan menanggung malu didepan orang banyak. Lalu kita akan semangat menontonnya.



Apakah begitu mindset kita? Senang melihat kegagalan? Tapi berat mengakui kesuksesan?



Hal ini terus mengakar kuat hingga manusia terlalu peka terhadap kesalahan. Bahkan saking pekanya, kesalahan itu selalu dicari-cari. Sampai ketemu.



Ketika seorang pejabat publik muncul di media dan memperlihatkan kedekatannya dengan rakyat, orang-orang akan berkata “itu pencitraan!”.



Ketika seorang wakil presiden tidak pernah terlihat di media maka orang-orang akan berkata “dia hanya menikmati gaji buta. Tidak kerja!”



Ketika media televisi melakukan kesalahan dalam pengetikan. Langsung ramai dijadikan bahan tawaan di media sosial.



Atau ketika melihat selebriti jatuh atau melakukan kesalahan. Maka hujatan akan jatuh padanya.



Apakah itu mindset manusia? Mengharuskan kesempurnaan yang mutlak? Jika satu kali saja gagal, hal itu akan jadi sesuatu yang besar dan enak untuk dihujat.



Media sosial adalah sarana paling tepat untuk menghujat. Karena dunia maya bisa menjadikan kita anonim, atau jika tidak, toh kita tidak sedang bertatapan langsung dengan orang-orang, sehingga kita tidak perlu merasa “tidak enak hati” atau sungkan.



Media sosial juga menjanjikan kita untuk bisa berekspresi lebih banyak. Kita bisa mengeskplorasi sisi lain kita seperti berkata kasar, judgement, atau menghina di media sosial. Padahal di dunia nyata kita dikenal dengan sifat yang sebaliknya.



Dimulai dengan meng-ask pacar baru mantan dengan kata-kata kasar. Kemudian menghina artis yang kita tidak suka. Sampai menghina mantan di chat. Rasanya luar biasa. Kita tidak merasa takut sama sekali karena tidak bertatap muka.



Tapi apa efeknya?



Kita jadi sering pasif. Terlalu banyak omdo atau omong doang. Sangat mudah menemukan pemuda berkoar, menghujat, menghina, kritik, di media sosial. Tapi akan sangat sulit melihat bukti kerja nyatanya. Toh memang lebih mudah ngomong di medsos, tidak ada yang mengenal kita.



Secara tidak langsung, semua ini berjalan secara berdampingan. Manusia suka melihat kegagalan, manusia senang mencari kesalahan orang lain, dan manusia yang lebih berani di media sosial.



Kejadian ini akan jadi panorama kehidupan yang akan terjadi secara otomatis. Akan terjadi dimana manusia di dunia nyata akan saling “bersalaman” namun di dunia maya akan saling “menjatuhkan”.



Tidak aneh jika film “The Purge Anarchy” akan menjadi kenyataan. Adalah kemunafikan akan menjadi subjek utama dari sebuah realita sosial.



“Lalu apa yang harus diperbaiki?”



Adalah pola pikir kita. Menghargai dan mengapresiasi bukanlah perkara sulit ketimbang mencari kesalahan. Toh, kita lebih senang dipuji daripada tidak dihargai. Kritik itu harus, tapi bukan dengan menghina. Kadang kita sering salah kaprah akan hal itu.



“Masa mengkritik pemerintahan gaboleh?”



Pada dasarnya kritik adalah membangun. Jika justru terkesan menyudutkan… itu bukan kritik bung!



“Sibuk banget ngurusin orang lain. Emang situ udah paling bener?”



Hhhhhh…..

Sumber : Hidden Secret
0
1.7K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan