Selama ini sebagian dari kita hanya mendengar soal politik luar negeri Jepang hanya dihadiri oleh Perdana Menteri dan bukannya Presiden. Namun tahukah Anda bahwa sebetulnya Jepang merupakan salah satu negara yang masih memiliki Kaisar atau dalam kata lain raja ?Kaisar Jepang pun, yang saat ini dipegang oleh Kaisar Akihito, memiliki fakta-fakta mencengangkan yang bahkan berbeda ketimbang raja-raja di belahan bumi lainnya. Setelah saya pelajari lebih lanjut, rupanya berikut adalah fakta-fakta mencengangkan tersebut:

Pada Juli 2016 lalu, ada rumor bahwa Kaisar Akihito berniat ingin melepaskan jabatannya/abdikasi atas alasan usia dan kesehatan. Hal tersebut disangkal oleh Agensi Rumah Tangga Kekaisaran karena Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran melarangnya meskipun pada tahun 1917, Kaisar Kokaku sendiri melakukan abdikasi. Namun pada Agustus 2016, Kaisar akhirnya benar-benar memberikan pidato yang menyiratkan bahwa ia akan turun tahta. Hal ini mendapatkan penentangan dari dalam pemerintahan Jepangkarena bertentangan dengan hukum yang ada. Sehingga, sebuah panel dibentuk untuk mendiskusikan hal ini. Dari yang ane simpulkan, ternyata Kaisar Jepang malah lebih sulit turun tahta ketimbang Paus Katolik & Ratu Belanda, padahal orang-orang macem Suharto, Qhaddafi, & Mubarak pengennya menjabat seumur hidup, Kaisar Jepang malah dipaksa buat menjabat seumur hidup, hehehe Dan dari hasil diskusi panel tersebut, tercapailah kesepakatan untuk merestui abdikasi Kaisar pada 31 Desember 2018 (jangan lewatkan tanggal ini ya ) tapi keputusan tersebut tidak berlaku bagi Kaisar di masa mendatang. Artinya kalo ada Kaisar lagi yang mau abdikasi, berarti kudu bentuk panel dulu trus didiskusiin lagi, hehehe

untuk garis suksesi pertamanya sudah ditentukan siapa yang akan menjadi pewaris tahtanya, Naruhito namun bagaimana dengan garis suksesi selanjutnya ? Rupanya Naruhito sendiri hanya memiliki seorang putri bernama Aikodan menurut hukum yang ada, perempuan dilarang jadi Kaisar Jepang meskipun pada masa lalu, delapan Kaisar perempuan sempat menjabat yakni Suiko, Kōgyoku (Saimei), Jitō, Genmei, Genshō, Kōken (Shōtoku), dan Meishō. Padahal, sejumlah besar negara-negara monarki maju pun juga dipimpin oleh ratu macem Inggris, Belanda, dan Denmark. Hal ini sempat menjadi persengketaan dalam pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang tidak mau mengubah hukumnya dan menyarankan agar Masako, istrinya Naruhito untuk harakiri/bunuh diri agar Naruhito dapat menikah lagi (wuih, sadis bener kan ) beruntunglah keponakannya, Hisahito, lahir dari adiknya Fumuhito pada 2006, sehingga nantinya tahta Jepang dapat dilanjutkan mengikuti hukum yang ada & Putri Masako tidak perlu harakiri.

Ini juga yang membuat tak habis pikir. Rupanya meskipun Kaisar Jepang sendiri dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari alias Amaterasu, Kaisar Jepang sendiri pada kenyataannya tidak lebih "berkuasa" ketimbang kepala pemerintahan karena pada zaman keshogunan sendiri pemerintahannya dipegang oleh Shogun, saat Perang Dunia II (PDII) dipegang oleh militer/jenderalnya dalam hal ini Hideki Tojo, dan pada masa sekarang dipegang oleh Perdana Menteri (PM). Padahal Kaisar sendiri lah yang sebetulnya melantik PM-nya sendiri meskipun berbeda dengan Ratu Inggris, Kaisar Jepang tidak memegang pasukan militernya. Kaisar Hirohito (Kaisar Jepang yang menjabat pada saat dan pasca PDII) pun sebetulnya ingin mencegah aksi-aksi Jepang yang tak manusiawi pada saat PDII namun tak berhasil. Pada saat Jepang dikalahkan AS, Hirohito disuruh AS agar menyatakan bahwa dirinya bukanlah keturunan Dewa Matahari dan hubungannya dengan rakyat Jepang tak lebih dari hubungan saudara. Dan sejak itu, Jepang dideklarasikan menganut monarki konstitusional dimana Kaisar/raja hanya dianggap sebagai simbol dan pemerintahan secara jelas dipegang oleh Perdana Menteri.

Meskipun pada masa PDII, Kaisar Jepang dipaksa jadi sesembahan di seluruh Asia Pasifik yang diduduki Jepang dengan cara bersujud ke arah timur (bahkan di Indonesia sendiri ada cerita pemberontakan pribumi yang tidak mau bersujud ke arah timur), namun sejak PDII, Kaisar Jepang memiliki misi untuk mengobati luka PDII dengan cara memberikan penyesalan mendalam atas kesalahan Jepang di masa lalu seperti Pembantaian Nanking & Jugun Ianfu pada negara-negara bekas jajahan Jepang pada masa PDII seperti Korea, Tiongkok, Thailand, Vietnam, Filipina, dan termasuk Indonesia. Meskipun demikian, gerakan ultra-nasionalis sendiri masih ada bahkan dalam pemerintahan Jepang termasuk Perdana Menteri-nya Shinzo Abe itu sendiri yang menganggap invasi Jepang pada masa PDII adalah sebuah kehebatan dan mengunjungi kuil Yakusuni untuk menghormati penjahat perang Jepang kelas A meskipun Kaisar Jepang tidak lagi mengunjungi kuil tersebut. Ya kembali lagi ke poin 3, Kaisar secara de facto tidak lebih "berkuasa" ketimbang Shogun, Jenderal & PM

Meskipun Jepang masih menjadi salah satu negara yang masih memiliki Kaisar, namun tentunya tidak terlepas dari peristiwa yang nyaris melengserkan rajanya seperti halnya Spanyol, Kamboja & Inggris. Hanya saja yang membedakan adalah hal tersebut terjadi dikarenakan Kaisar, yang saat itu dipegang oleh Meiji, ingin melengserkan Keshogunan Tokugawa, keshogunan yang sama yang dulu pernah mengusir pengaruh Barat dalam Pemberontakan Shimabara. Hal ini pun memicu Perang Boshindimana para shogun ingin melengserkan Kaisar. Hasilnya, para shogun tersebut kalah dan hanya berhasil mendirikan Republik Ezo di Hokkaido yang itupun tidak bertahan lama. Jabatan Kaisar pun akhirnya dapat dipertahankan sehingga terjadilah Restorasi Meiji. Perang Boshin sendiri seringkali disalahartikan sebagai peperangan antara pasukan Shogun yang hanya mengandalkan pedang dan pasukan Kaisar yang mengandalkan senjata-senjata modern, padahal pada kenyataannya kedua belah pihak sama-sama memakai senjata-senjata modern sekaligus pedang.

Meskipun Jepang sendiri udah jadi negara sekelas Inggris, USA, & negara-negara Barat lainnya yang memegang paham freedom of speech, rupanya membicarakan Kaisar dan juga keluarganya termasuk penurunan kesehatannya merupakan suatu hal yang tabu disana. Buku yang membahas soal rumah tangga kekaisaran yang posternya ditampilkan diatas sendiri sempat ditunda untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan diterbitkan di Jepang. Meskipun demikian, tidak seperti Kamboja, Thailand, & Arab Saudi yang memberikan hukuman kepada orang yang membicarakan & mengkritik rajanya, Jepang tidak memiliki hukum untuk menindak orang yang membicarakan atau mengkritik Kaisarnya.

Garis suksesi tahta Jepang rupanya telah ada semenjak tahun 660 SM, ya sekitaran masa-masanya Kekaisaran Romawi Kuno ama dinasti Zhou Tiongkok lah. Bedanya kalo Kekaisaran Romawi kunonya sendiri udah runtuh duluan, maka tahta Jepang masih ada hingga saat ini. Hal ini menjadikannya sebagai garis suksesi tahta monarki warisan tertua yang masih berlanjut hingga saat ini. Gak kebayang dah tuh, berarti tuh suksesi tahta udah ngelewatin dr jaman Romawi, Abad Pertengahan, Renaisans, Abad Penjelajahan, Revolusi Perancis, Revolusi Industri, Perang Dunia ampe jaman modern. Meskipun demikian, Kaisar ke-1 sampai ke-9nya sendiri masih dianggap sebagai legenda sementara baru kaisar ke-10nya yang baru diyakini bukan legenda.

Pada masa pemerintahan Meiji, raja Kalakaua dari Kerajaan pulau Hawaii (yang sekarang sudah bubar) datang ke Jepang. Raja Hawaii pun menawarkan Kaisar Meiji untuk menjodohkan salah satu anggota kekaisarannya, Pangeran Yorihito dengan putri kerajaan Hawaii bernama Kaiulani. Padahal saat itu keduanya masing-masing masih berusia 13 dan 5 tahun. Hal ini ditujukan agar menjalin suatu ikatan antara dua negara tersebut. Hal tersebut lantas ditolak oleh Kaisar Meiji dan pemerintah Jepang. Selain itu, raja Hawaii juga menyarankan agar kaisar Meiji membuat sebuah persatuan dengan negara-negara Asia lainnya dengan Jepang sebagai ketuanya, yang juga ditolak oleh Kaisar Meiji.

Meskipun lahir dari keluarga Kekaisaran bukan berarti Kaisar dan para anggota kekaisaran lainnya diasuh di istana, contohnya Kaisar Hirohito yang pada masa kecilnya dirawat olehmantan wakil laksamana Kawamura Sumiyoshi dan Kaisar Taisho dan Kaisar Meiji yang pada masa kecilnya dirawat oleh Marquess Nakayama Tadayasu. Hal ini mungkin dimaksudkan agar calon Kaisar dan para anggota kekaisaran lainnya tidak menjadi dimabuk akan kemewahan istana serta lebih memperhatikan rakyat. Hal ini jg kalo gak salah terjadi jg pas kerajaan2 Jawa pd jaman dulu dimana calon2 raja & anggota kerajaan lainnya diasuhnya emang bukan di istana tapi sama org yg tinggal diantara masyarakat biasa & baru pas dewasa diberitahukan kalo dia adalah anak raja dan akan meneruskan raja serta tidak diasuh di istana biar lebih memperhatikan rakyat kecil. Tapi kurang tau deh kalo sekarang, soalnya ane liat masih ada foto2 para anggota kekaisaran ngumpul bareng anaknya kok, hehehe