Quote:
Pada 9 September 1989 di Dusun Siraman II, kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta terjadi peristiwa yang memilukan. Tukirah, seorang perempuan muda meminta ibunya pergi membeli sawo untuk menyembuhkan kakinya yang sakit. Saat sang ibu kembali apa yang dia lihat? Tukirah sudah gantung diri di kusen ruang tamu rumahnya.
Menurut para tetangga, rumah Mbok Tumikem, ibunya, ketiban (kejatuhan) pulung gantung, yaitu roh jahat yang berwujud bola cahaya sebesar kepalan, berekor, dan berwarna hijau kemerahan. Pulung gantung inilah yang mendorong Tukirah bunuh diri.
Peristiwa itu bukan yang terakhir. Beberapa bulan setelah Tukirah tewas, anak Mbok Tumikem yang lain, Solinah, ditemukan tewas gantung diri dengan setagen. Kata orang, gara-gara pulung gantung datang untuk kedua kalinya ke rumah janda malang itu.

Quote:
Empat bulan kemudian, di sebuah dusun sebelah tenggara kediaman Mbok Tumikem, Noto Triman didapati tewas gantung diri. Lalu pada hari Rabu Kliwon 9 Oktober 1991, Ngadimin alias Surip, warga Dusun Ngandong, Kecamatan Patuk di Kabupaten Gunung Kidul pula, mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.
Mengapa semua mati bunuh diri ketika pulung gantung muncul? Benarkah ia penyebab orang terdorong melakukan aksi bunuh diri?
Hadi Sumarto, mantan anggota DPRD yang pada tahun 1991 itu berumur 74 tahun berpendapat, pulung gantung bukanlah pendorong seseorang untuk bunuh diri, melainkan sekadar sasmita gaib atau petanda sesuatu akan terjadi.

Quote:
Hadi lebih menganggap pulung gantung seperti Komet Halley. Komet yang berekor itu kembali ke pusat tata surya setiap 76 tahun. Kemunculannya kerap kali dihubungkan dengan adanya bencana.
Nah, dalam 10 hari terakhir ini sudah ada dua kejadian bunuh diri yang bikin heboh. Kejadian terakhir menimpa mantan manajer JKT48, Inao Jiro. Warga negara Jepang itu ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya pada Selasa sore kemarin. Ngomong-ngomong, apakah ada di antara kalian yang sempat melihat pulung gantung?

Quote: