Jakarta – PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan laba bersih yang telah teraudit sebesar US$ 3,15 miliar pada 2016 atau lebih tinggi 122 persen dibandingkan realisasi 2015 yang tercatat hanya US$ 1,42 miliar.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan, peningkatan laba utamanya didorong oleh adanya efisiensi. Pada tahun lalu, perseroan berhasil melakukan efisiensi hingga US$ 2,67 miliar melalui Breakthrough Project 2016. Realisasi ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan yakni US$ 2,13 miliar.
Namun, lanjutnya, peningkatan laba secara fundamental disebabkan oleh membaiknya kinerja perusahaan. “Seperti produksi minyak dan gas naik menjadi 650.000 barel setara minyak per hari, yield kilang menjadi 77 persen, penjualan produk menjadi 64,63 juta kiloliter (KL), dan adanya inovasi-inovasi produk baru untuk mendapatkan ceruk pasar baru,” kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/3).
Pada 2016, Pertamina membukukan laba US$ 3,15 miliar, naik dari tahun-tahun sebelumnya yakni US$ 1,42 miliar pada 2015 dan US$ 1,45 miliar pada 2014. Kemudian, perseroan mencatatkan pendapatan US$ 36,49 miliar, turun dari tahun sebelumnya US$ 41,76 miliar. Di sisi lain, biaya perseroan juga berkurang menjadi US$ 30,29 miliar dari US$ 37,84 miliar pada 2015. EBITDA Marjin perusahaan juga tercatat terus naik dari 8,2 persen pada 2014, menjadi 12,28 persen pada 2015, dan mencapai 20,73 persen pada tahun lalu.
Kinerja keuangan ini didukung oleh perbaikan kinerja operasi. Rincinya, produksi migas perseroan tahun lalu sebesar 650,01 ribu barel setara minyak per hari terdiri dari minyak 311.000 barel per hari (bph) dan gas 1,96 miliar kaki kubik per hari (billion cubic feet per day/bcfd). Sementara penjualan gas tercatat 708,68 triliun british thermal unit atau 130 persen dari target, serta transportasi gas 522,1 bscf.
Selanjutnya dari pengolahan, semakin tingginya hasil produk bernilai tinggi (yield valuable product) menjadi 77,76 persen naik 4,5 persen dibandingkan dengan capaian tahun 2015. Di sisi lain, biaya pokok produksi kilang Pertamina semakin rendah menjadi 97,1 persen atau turun 6,3 persen dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 103,6 persen. Kemudian volume penjualan produk BBM 64,63 juta KL atau naik 2,8 persen dan LPG juga meningkat 6,3 persen menjadi 12,09 juta KL.
Tahapan penting megaproyek pengolahan dan petrokimia juga dicapai pada tiga megaproyek yang sudah dijalankan selama 2016. Hal ini juga merupakan bentuk konkret komitmen pengembangan kapasitas kilang Pertamina menjadi 2 juta bph pada 2023. Rincinya, penandatanganan Joint Venture Development Agreement untuk RDMP Cilacap dengan Saudi Aramco, penuntasan Basic Engineering Design dan topping off fasilitas hunian pekerja untuk RDMP Balikpapan, serta kesepakatan Framework Agreement yang dilanjutkan dengan Joint Venture Agreement bersama Rosneft Oil Company untuk GRR Tuban.
Tingkat Kesehatan Perusahaan mencapai skor total 88,82, dengan rincian aspek keuangan skor 66,00, operasional 12,82, dan administrasi 10,00 sehingga perusahaan termasuk dalam kategori sehat (AA). Kinerja HSSE dan GCG telah terealisasi dengan baik, dimana Pertamina meraih 7 PROPER EMAS sebanyak dan PROPER HIJAU sebanyak 71. Score assessment GCG 2016 sebesar 94,62 persen.
“Pertamina telah melalui tahun 2016 dengan cukup baik. Namun, gejala yang muncul pada kuartal keempat 2016 masih tetap harus diwaspadai sepanjang tahun 2017 dengan berbagai langkah antisipasi yang sudah dicanangkan dan diamanatkan pemegang saham,” kata Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik.

Artikel aslinya ini

Walopun ane pusing bacanya bermiliar-miliar dollar, tapi ane tangkap intinya labanya Pertamina naek ternyata. Selisihnya jauh juga nih ama taun sebelumnhya gara-gara kerja di dalam Pertamina nya sendiri.
Makin banyak laba harus makin murah nih minyaknya!
Kan tahun ini makin banyak yang dilakuin Pertamina, kudu naik juga laba taun ini!