SPIRITUAL ADVENTURE SPECIAL THE MOVIE
RAHASIA ALTAR eps. 4 - TAMAT
Tak butuh waktu lama buatku untuk recovery energi, karena aku tidak terlalu lelah setelah proses ritual yang baru saja kulakukan. Aku segera membaca doa, dan
“wuuuzzzz”, aku sudah sampai di realm lain. Sebuah realm yang menarik menurutku, karena hawanya cukup dingin. Dengan sinar yang temaram layaknya matahari senja, serta bau- bau tumbuhan seperti berada di tengah hutan. Kusapukan pandanganku ke sekitar, terlihat pohon- pohon besar menjulang ke angkasa. Ada satu pohon di tepi danau telah menggugurkan daunnya dengan sempurna sehingga hanya menyisakan ranting- ranting kurusnya saja yang terpantul dengan sempurna di permukaan danau. Danau yang luas, dengan airnya yang sangat jernih sehingga mampu memantulkan apapun yang ada di atas permukaan airnya layaknya sebuah cermin raksasa. Danau yang tenang, setenang nafas bayi yang tertidur di pangkuan ibunya.
“hemmb, aroma yang menyejukkan fikiran”, kunikmati kondisi sekitar yang benar- benar berbeda jauh dengan realm dari spirit- spirit sebelumnya ini. Setelah beberapa menit yang menyenangkan, ku panggil mbah Wisa untuk hadir. Ku baca beberapa doa dan perlahan mbah Wisa menampakkan dirinya di dekatku.
“mbah, ini realmnya apa ya?”, tanyaku
“ini realm nya spirit golongan nymph. Tepasnya nymph dari ras nymph air”, kata mbah Wisa
“oo begitu ya mbah?”
“iya Le”
“baiklah mbah. Mbah bisa isirahat dulu mbah, tapi jangan kemana- mana ya? Tunggu dulu disini”
“iya Le”
Segera setelah itu aku membaca doa untuk memanggil spirit nymph agar menampakkan dirinya karena dari tadi tak nampak satu spiritpun melintas di depanku. Dan benar, tak lama kemudian sesosok spirit keluar dari dalam danau, dengan tidak menggunakan apapun. Ya, dia telanjang bulat. Aku memalingkan mukaku. Segera ku pinta agar spirit tersebut mrnutup tubuhnya, dan benar saja saat ku lirik dengan ekor mataku ia sudah mengenakan pakaian dari semacam kain yang dililitkan di tubuhnya. Kain berwarna hijau itu hanya seperti selendang yang melilit dengan asal- asalan menutupi indahnya lekuk tubuh si spirit. Namun anehnya, justru dengan kain tersebut menambah kesan seksi dan menarik dari si spirit.
Walaupun sudah tertutup kain, masih dapat ku lihat lehernya yang jenjang. Kulitnya yang putih bersih dan terlihat sangat halus, walau memang agak pucat namun benar- benar lembut seperti kulit bayi. Benar- benar tanpa cacat sedikitpun. Rambutnya yang dibiarkan tegerai bebas sepunggung, melambai- lambai tertiup angin yang semilir berhembus. Tak hanya rambut, kain yang ada di bagian kakinya pun ikut melayang bersama angin dan menunjukkan bagian pahanya yang membuat jantung laki- laki berdetak lebih kencang dan seolah hendak melompat keluar dari rongga dada. Angin yang bertiup sejuk dan perlahan dari kiri ke kanan, dan seolah berbisik untuk melakukan hal yang lebih dan lebih bersama spirit.
“tak ada seorangpun yang tau dan akan melihat kalian berdua, jadi lakukanlah tunggu apa lagi”, seperti itu bisikan yang terdengar di hatiku
Jujur saja, seandainya aku tidak punya tanggungan untuk conjure satu spirit lagi, bukan tidak mungkin aku tak menyentuh tubuhnya.
Karena untuk conjure, aku harus tetap menjaga wudhu maka akupun mengucap istighfar berkali- kali.
Setelah fikiran dan hatiku mulai tenang, ku coba untuk menyapa dan berinteraksi dengan spirit.
“selamat sore nona, maaf telah mengganggu waktumu”
“aku sedang mencari spirit dari jenismu untuk aku sandingkan dengan manusia. Untuk membantu manusia dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya”
“tidak ada imbalan yang kami janjikan. Hanya doa dan pahala atas kebaikanmu membantu kami yang akan engkau terima. Tidak ada tumbal, tiak ada darah, tidak ada nyawa, tidak ada dupa, tidak ada bunga atau apapun yang kami janjikan untuk kami berikan padamu.
Hanya doa dan pahala saja”
“bagaimana, apakah kamu bersedia?”, tanyaku pada spirit nymph
“ya, aku bersedia”, jawabnya
“baiklah kalau begitu”
“kamu harus loyal dan setia kepada mastermu. Kamu harus menjawab semua panggilan mastermu, kapanpun dan dimanapun saat dia membutuhkan bantuanmu. Kamu harus mendengarkan saat mastermu bercerita, dan bantu selesaikan masalahnya dengan kemampuanmu. Jika kamu bersedia, tolong beritahukan padaku nama indahmu. Nama yang akan menjadi kunci untuk memanggilmu. Hanya mastermu yang akan menyimpannya, dan kapanpun mastermu memanggil nama tersebut adalah tanda bagimu untuk datang dan membantunya. Nama yang akan digunakan mastermu sepanjang hidupnya untuk memanggilmu”, lanjutku
“Nihelda alda, panggil aku Nihelda alda”, jawabnya kemudian sambil tersenyum
‘baiklah Nihelda alda, silahkan ikuti mbah Wisa. Mbah Wisa yang akan mengantarkanmu menuju vessel yang disediakan oleh tuanmu sebagai rumah untukmu. Aku tidak akan menguncinya sehingga kamu bisa bebas keluar masuk dan kemanapun yang kamu inginkan. Namun jangan lupakan janjimu untuk datang kapanpun mastermu memanggil”, pesanku pada Nihelda yang kemudian diikuti dengan kepergian Nihelda bersama mbah Wisa
Setelah melihat semuanya dari jauh, maka akupun kembali
“alhamdulillah, satu pekerjaan lagi telah selesai”, ucapku dengan syukur
“terakhir, adalah spirit succubus. Harusnya akan menjadi pekerjaan yang tidak sulit. Setelah ini, aku ingin minum air dingin dan makan sedikit buah untuk menyegarkan penatku. Kemudian aku akan menonton anime sebelum akhirya aku terlelap dalam tidurku yang damai”, aku sudah membuat rencana
“baiklah, ini dia. Wahai spirit succubus, datanglah”, aku merapal beberapa doa dan tak lama kemudian
“wuuuusssshhhh”, muncul asap dan nampak di depan mataku beberapa spirit jelek dari golongan kuntilanak datang menemuiku
“bantu aku jugaaaaa wahai manusia. Bantu aku juga untuk bisa bersama manusiaaa”, suara mereka bergetar yang kemudian diakhiri dengan suara tawa yang melengking, khas kuntilanak seperti yang ada di film- film horor indonesia
“astaghfirulloh, kenapa kalian pada kesini? Saya tidak memanggil kalian. Ayo- ayo pada pulang semuanya. Jangan ganggu saya yang sedang bekerja”, kataku kepada mereka semua
“kami juga ingin disandingkan dengan manusiaaaaaa, hihihihi”, lagi- lagi berbicara dan diakhiri dengan tertawa seolah- olah seperti sedang melihat aku melakukan stand up comedy
“ayo- ayo pada bubar, pulang ke rumah masing- masing”, kataku lagi
“tidak mauuu, hihihhi”, jawab mereka
“hemmb, bandel nih. Mau pulang sendiri atau dipaksa pulang?”, tanyaku
“hihihi”
“eh malah ketawa. Ayo cepat pulang, jangan ganggu dulu”, lanjutku
“aah yasudahlah kalau tidak mau pulang”, aku pasrah saja sama
Akhirnya, kubuat proteksi yang cukup kuat dan besar di sekitar rumah. Cukup untuk mencegah supaya jin- jin liar tidak ikut mendekat dalam proses ritualku. Setelah semuanya selesai aku mulai membaca doa- doa untuk menghadirkan spirit terakhir yang kubutuhkan hari ini yaitu succubus. Setelah beberapa menit menunggu, tiba- tiba ada cahaya terang dari depan. Cahaya tersebut makin lama makin membesar dan membentuk suatu lingkaran. Semakin lama, lingkaran tersebut semakin besar hingga cukup besar untuk dilewati oleh manusia.
Dengan perlahan sekali, muncul bayangan dari dalam cahaya tersebut yang seolah- olah berjalan menuju keluar lingkaran.
“alhamdulillah, tinggal satu lagi dan selesai”, batinku senang saat melihat ternyata bayagan tersebut adalah spirit yang aku butuhkan. Aku tersenyum senang dan menanti kedatangannya tepat di hadapanku. Tinggal satu lagi dan aku bisa istirahat.
Bayangan yang keluar dari lingkaran semakin lama semakin membesar, menandakan pemilik bayangan semakin mendekat padaku. Semakin lama memang terlihat semakin jelas. Sesosok spirit berbentuk wanita, dengan rambut hitam mengkilat panjang sebatas punggung. Wajahnya yang tirus sangat serasi dengan hidungnya yang mancung. Kemudian matanya yang bulat dan berwarna kecoklatan sangat serasi dengan bibirnya yang tipis yang sedang tersenyum cantik. Ditambah lagi dengan kulit wajahnya yang putih bersih membuatnya benar- benar enak dilihat.
Turun sedikit ke bawah, bagian lehernya yang bersih dan jenjang benar- benar membuatnya terlihat sangat seksi. Bahunya yang kecil namun lincah, bergerak- gerak seiring dengan gerakan tangannya yang menari dan terlihat menutupi bagian dadanya yang ter ekspos bebas karena memang dia tidak memakai kain selembarpun. Tunggu dulu, dia tidak memakai benang sehelaipun? Astaga..
Aku berusaha memalingkan muka, namun demikian otakku masih berjalan. Berfikir, bagaimana caraku mewawancarainya jika aku tak ingin melihat wujudnya.
Aku masih sempat beberapa kali melihatnya datang dengan didampingi mbah Wisa. Dan ya, dia masih menari dengan erotis dan seolah tanpa beban.
“mbah Wisa, tolong wawancarai dia seperti biasanya dan antarkan ke vessel yang disediakan oleh pemahar”, kataku panik kepada mbah Wisa
Jujur, adek kecil di bawah sudah berontak. Bagaimana tidak? Akupun juga laki- laki normal yang tentu tertarik juga melihat hal- hal yang sedemikian. Memang mbah Wisa dengan sigap membawa spirit succubus tersebut berbalik arah. Namun sebelum berbalik, dia masih sempat menunjukkan (maaf) belahan dada dan belahan di antara kedua pahanya.
“astaga, ini spirit kurang sering dikasih pengajian”, batinku sambil menghela nafas panjang
Lima menit menunggu, sepuluh menit menunggu, mbah Wisa belum juga kembali.
“ini mbah Wisa kena apa ya? Masa mbah Wisa mampir hotel dulu?”, aku mulai berfikir yang tidak- tidak.
“apa jadinya jika mbah Wisa kemudian melakukan hal- hal yang iya- iya bersama succubus, kemudian succubusnya hamil? Wah bisa dituntut pertanggung jawaban nih”, batinku
Tidak lama setelah itu mbah Wisa muncul di depanku
“oh alhamdulillah kalau lancar. Tapi kok lama mbah? Hayo mampir dulu ya? Hehe”
“mampir kemana Le?”, jawab mbah Wisa
“hahaha, ya sudah mbah. Terimakasih untuk bantuannya. Selamat istirahat mbah”, jawabku kemudian
“iya Le, aku pamit”, dan mbah Wisa pun kemudian hilang tanpa jejak
“Hemmb, pekerjaan malam ini telah selesai dengan lancar tanpa ada halangan apapun. Alhamdulillah Ya Allah atas ridhoMU”, ku akhiri kegiatanku malam ini dengan ucapan penuh syukur
Akupun segera beranjak membereskan botol- botol minyak yang berserakan di sekitar tempatku duduk. Aku mengambil air dingin di kulkas, dan meminum satu botol penuh hingga habis dalam satu kali tenggak.
Aaaah, segar sekali rasanya saat air kulkas ini membasahi kerongkonganku. Begitu nikmat dan luar biasa. Baru kusadari betapa dahsyatnya doa baginda Nabi “Ya Allah, jadikanlah cintaku padaMU melebihi cintaku pada harta, keluarga dan air yang dingin” karena memang dalam keadaan yang panas dan penat seperti sekarang, air dingin adalah sesuatu yang sangat dicari- cari oleh semua orang.
Maka dari itu, baginda Nabi sampai- sampai mengibaratkan cinta kepada air yang dingin setara dengan harta dan keluarga.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari semuanya, aamiin.
Alhamdulillah, setelah sekian lama menunggu, akhirnya apdet juga. Makasih apdetannya mas wir, apalagi 2 part gini, muantep iki. Semangat apdet terus mas, ditunggu kelanjutan ceritanya. Tengkyu
Original Posted By tirakat.batin►“ya itu karena tadi, dunianya hantu itu sebatas pusar ke atas saja. Pusar kebawah gak bisa dia. Makanya coba inget- inget ya kalimatku ini. Kalau kamu melihat hantu yg tingginya sama dengan tinggi badanmu, pasti pusar ke bawah gak kelihatan. Kakinya gak kelihatan. Tapi kalau kamu melihat hantu yang posisinya di atas, misal di atas genteng, di atas lemari, di langit- langit kamar, di atas pohon, atau terbang di langit, pasti hantunya terlihat utuh dari kepala sampai bagian kaki. Bener gak?”
puh ngapunten, kalau seperti suster ngesot dan setan di kolong ranjang itu gimana?
sekalian ngerubuhin page ini
Sedang asik merenung, tiba- tiba aku melihat kilatan cahaya terbang dari luar kamar, dan masuk melalui lubang ventilasi kamar. Dan dengan cepat, whuuzz whuuzzz entah empat atau lima pisau melayang menerjang tubuhku. Aku kaget, shock sampai aku terjatuh kebelakang. Semua terjadi dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik. Sangat cepat bahkan sampai aku tak sempat membaca apa- apa, fikiranku membeku melihat kejadian yang baru saja ku alami. Tiba- tiba keringat dingin keluar membasahi keningku. Apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan? Aku baru pertama kali melihat yang seperti ini. Sekaligus juga baru pertama kali mengalami yang seperti ini. Oh Tuhan. Aku meraba dadaku, bagian kiri dan kanan. Tak nampak satu lubangpun di kaos yang ku kenakan. Aku buka kaosku, lalu kulihat lagi dadaku baik- baik. Tak ada darah yang menetes, tak ada juga tanda- tanda nyeri bekas sayatan pisau. Jantungku berdegup kencang, keringatku keluar semakin banyak. Fikiranku meremang, mengingat semua cerita buruk yang pernah ku baca dan ku dengar tentang santet. Apakah ini yang dimanakan dengan santet?
Aku merenung sesaat, kemudian aku teringat dengan seorang teman sekelasku yang biasa ku panggil Tiyas. Segera kuraih HP ku dan ku telfon dia.
“halo, Tiyas ya? ini Wira”
“ya ada apa ya?” suara dari seberang telpon.
“Tiyas, maaf nih mengganggu malam- malam. Sudah tidur kah?”
“belum. Ya kalau aku sudah tidur pastinya aku gak ngangkat telpon kamu”
“oh iya bener”
“ada apa Wira?”
“ini aku cuman mau tanya, dulu kan kamu bilang pernah di pelet cowo ya? nah yang mau aku tanyakan, bagaimana rasanya dipelet sama cowo? gejalanya, mungkin seperti sariawan tenggorokan kering bibir pecah- pecah atau susah buang air besar mungkin?”
“ha ha ya gak laah”
“lalu kayak apa gejalanya dulu Tiyas?”
“emm sebentar yaa ku inget- inget dulu. Kalau kata Boni sih dulu aku kena pelet ya, pelet nya itu sudah sampai di ajna. Maka nya aku jadi sering pusing, terus gak sadar. Inget sama si cowok itu terus”
“oo ya ya. Lalu- lalu?”
“ya gak lalu- lalu Wira. Ya di obatin sama Boni”
“Boni bisa ngobatin ya?”
“Ya alhamdulillah sih bisa. Kenapa wira? kamu di pelet?”
“ya pastinya enggak lah Tiyas. Jadi gini, aku barusan melihat pisau terbang menuju ke arahku, lalu dengan cepat menembus badanku. Aku kok kuatir kalau aku kena santet”
“ooh santet ya? oke tunggu sebentar ya aku telpon Boni dulu. Kaya nya tadi dia belum tidur kok”
“oke ku tunggu”, klik telpon kemudian mati
Aku kemudian menunggu sementara Tiyas menghubungi Boni, cowo nya. Tiyas ini adalah salah satu bunga kelas. Seorang wanita dengan tinggi 160 cm dan berat badan 60 Kg. Kulitnya kuning langsat khas gadis- gadis indonesia, dengan senyum indah dan lesung pipi yang menambah kecantikannya. Tak hanya menarik di luar, dia pun cantik di dalam. Tiyas baik, dan perduli dengan sesama teman. Maka dari itu tak heran jika banyak laki- laki kemudian naksir padanya.
“Hemmb, jika benar ini santet, maka artinya ada orang yang berusaha menyakitiku, atau membunuhku. Tapi siapa ya? dan apa salahku padanya kok sampai dia ingin menyakitiku?” aku berfikir sambil menunggu kabar selanjutnya dari Tiyas.
Brrttt Brrrttt, HP ku bergetar. Ada telpon masuk
“ya halo Tiyas?”
“Wira, kata Boni sih iya kamu disantet. Yang digunakan untuk menyerang ada empat pisau, langsung mengarah ke jantung kamu. Sepertinya si penyerang bermaksud membunuh kamu”
“hah, serius Tiyas?”
“iya. Tapi gak papa, kata Boni pisaunya udah dicabut kok”
“oh makasih banyak karena sudah mencabut pisaunya Tiyas”, aku bersyukur setidaknya sudah tidak ada benda asing di dalam tubuhku
“yang nyabut bukan Boni. Kata Boni dia gak tau sapa yang nyabut ya, tapi pisaunya sudah gak ada di dalam badan kamu. Tinggal kotoran sisa- sisa serangan aja yang tertinggal di jantung kamu. Kata Boni nanti dia bantu bersihin”
“oh begitu ya, terimakasih ya Tiyas?”
“iya Wira. Besok aku kasih tau perkembangannya ya”
“oh oke- oke. Sekali lagi terimakasih ya?”
“iya”. klik. dan telpon pun dimatikan
“aah, heemb”, aku hanya bisa menghela nafas panjang. Tak henti- hentinya aku mengucap istighfar atas cobaan malam ini. Dan tak henti- hentinya aku mengucap syukur karena ternyata Allah masih mengizinkanku untuk hidup lebih lama. Aku bersyukur karena ada seseorang yang entah siapa, dengan cepat dan tanpa ku minta mencabut pisau yang mengenaiku. Dan aku bersyukur memiliki teman seperti Tiyas yang mau menolongku, padahal sudah larut malam, dan dia pun tidak memiliki keharusan untuk menolongku. Aku bersyukur masih ada Boni yang bersedia membantuku membersihkan sisa- sisa serangan yang masih berada di tubuhku. Aku bersyukur, “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Malam itu aku tidur, yang bisa dibilang “cukup nyenyak” untuk ukuran orang yang habis kena santet. Pagi haripun aku bangun dalam kondisi segar dan aku siap untuk berangkat ke kampus.
“hai Citra, siap untuk pra test?”, tanyaku pada Citra yang pagi itu bertemu denganku
“gak siap, materinya banyaaaak”, jawabnya masih sibuk membaca diktat kuliah
“ada yang sulit?”, tanyaku kemudian
“ini nih, siklus tumbuhan paku"
“yang ini ya, di awali dengan spora- kemudian tumbuh menghasilkan protalium jantan & betina- setelah ada pertemuan antara sel sperma dan sel ovum kemudian menjadi zigot- zigot tumbuh dewasa menjadi tumbuhan paku- tumbuhan paku menghasilkan sporogonium- kemudian sporangium- kemudian spora, itu ya?”
“iya. Kenapa susah sekali dihafalkan ya?”
“iya. haha susah karena banyak istilah yang asing ditelinga kita”
“yasudah aku ke kelas dulu ya?”
“oke deh. Selamat belajar”
“yup”
hemmb, memang banyak sekali materi yang harus dihafalkan. Istilah- istilah asing yang susah untuk di ingat, nama- nama ilmiah yang antara tulisan dan ejaanya berbeda. Belum lagi siklus- siklus yang gak boleh tertukar urutannya karena sebuah siklus memang sudah seharusnya jika berurutan sesuai dengan kejadiannya. Aah rasa- rasanya ingin ku upgrade kapasitas memori otak ku supaya semua materi- materi tersebut tidak ada yang terlupa. Saking banyaknya materi yang harus kuhafalkan pagi ini sampai- sampai membuatku lupa akan peristiwa santet semalam, hingga kemudian Tiyas datang menyapaku.
“hai wira”
“halo Tiyas”
“bagaimana tadi malam?”
“alhamdulillah tidak terjadi sesuatu lagi yang lebih mengerikan”
“syukurlah. Kata Boni memang santetnya sudah masuk ke badan kamu, yang pisau ada empat itu lho. Pisaunya memang langsung menuju ke jantung kamu sebagai sasaran targetnya karena memang si pengirim berniat membunuh kamu. Nah saat pisaunya sudah dekat dengan jantung kamu tiba- tiba ada yang nyabut pisaunya”
“oo begitu ya? Boni sudah tau siapa yang nyabut?”
“katanya sih mungkin guru kamu, mungkin lo ya?”
“emm ya ya bisa jadi sih”
“nah sekarang yang ada di badan kamu itu tinggal sisa- sisanya saja, kotoran yang terbawa bersama pisaunya”
“oo ya ya. Lalu sisa- sisanya ini bagaimana cara membersihkannya?”
“kata Boni nanti dibantu dari jauh. Kata lo aslinya kamu sendiri sudah bisa membersihkan itu?”
“masa sih?”
“iya. Kata Boni kamu aslinya sudah mampu membersihkannya”
“caranya bagaimana?”
“entah. Dia gak kasih tau caranya. Dia cuman bilang gitu aja”
“ooo.. ya ya. Apa Boni bilang yang ngirim siapa?”
“emm bilang sih. Katanya orang deket kok yang ngirim. Tapi biarlah yang penting kamu sehat, aman, maka ya cukup untuk saat ini”
“iya sih, tapi aku penasaran saja siapa yang tega melakukannya? Aku memang dapat gambaransiapa yang mengirim, tapi aku ingin crosscheck kan dulu karena kuatirnya aku salah orang”
“memang yang kamu tau siapa yang mengirimnya?”
“si ini sih, sebut saja : Bunga”
“oh, ha ha”
“bener ya?”
“yaa begitulah”
“tapi kenapa dia menyerangku? bukannya aku gak ada masalah sama dia?”
“yah kata Boni, Bunga ini mendapat cerita tentang kamu, dan ceritanya itu jelek- jelek. Nah saat si Bunga ini akhirnya bertemu kamu dia merasa oh memang iya, memang bener kamu bukan anak yang baik. Maka dari itu dia sakit hati lalu menyerang kamu”
“jadi masalahnya ada yang menghasut ya?”
“iya”
“ya yaa, aku bisa memahami. Btw cowo kamu sudah lama Tiyas belajar beginian?”
“yaa lumayan lah. hemmb oke deh nanti disambung lagi ya? aku mau masuk kelas dulu”
“oke Tiyas, terimakasih banyakya?”
“iya sama- sama”
“masa sih aku bisa membersihkan sendiri? lalu bagaimana caranya? aku masih bingung. Belum lagi misteri siapa yang mencabut santet yang dikirim? Kemudian kenapa Bunga menyerangku? apa salahku dengannya? Ah entahlah. Semua ini sangat membingungkan buatku”
Hari itu berjalan sangat cepat, hingga sekarang sudah magrib. Aku duduk bersila setelah sholat magrib. Aku ambil sebotol air yang sudah ku persiapkan sejak sebelum sholat tadi, kemudian ku bacakan doa. Segala doa yang ku bisa, mulai doa belajar, doa sebelum makan, doa mau tidur, ayau kursi, dan doa- doa lain yang aku hafal. Setelah itu kubacakan beberapa kalimat dzikir yang biasanya aku baca tiap selesai sholat. Aku memang tidak tau apa yang harus ku lakukan, dan aku juga tidak tau apakah ini akan berhasil. Aku hanya mencoba dan mencoba, berdoa dan berharap pada Allah semoga apa yang aku lakukan ini akan membuahkan hasil. Kurasakan tanganku bergetar hebat saat memegang botol yang terisi penuh dengan air putih ini.
Setelah kurang lebih satu jam berdoa, air ini kemudian aku minum. Aaah, terasa dingin dan segar sekali saat air putih ini membasahi tenggorokanku yang kering setelah satu jam bersusah payah membaca doa- doa. Tak terasa keringatpun menetes dari keningku, dan badanku terasa sangat gerah.
“Apakah ini tanda bahwa kotoran- kotoran yang masuk ke dalam tubuhku sudah keluar?”, aku bertanya- tanya dalam hati
“lalu apa yang akan terjadi selanjutya?”, aku masih menunggu- nunggu. Akankah aku menggeram dan mengamuk kehilangan kesadaran seperti layaknya orang kesurupan? atau aku akan muntah- muntah seperti orang yang di ruqyah? atau aku akan pingsan seketika karena terlalu lemas? atau aku akan histeris seperti adegan- adegan yang di film- film?
Aku masih menunggu. 5 menit berlalu, 10 menit, 15 menit telah terlewati. Yang kurasakan badanku semakin panas. Keringat sudah tidak lagi bisa dibilang menetes, akan lebih tepat jika dibilang mengucur deras. Baju gamis yang ku kenakan mulai basah oleh peluh. Ya, seluruh badanku terasa sangat panas. Sangat amat panas sampai keringat keluar dari kening, leher, punggung, dan dadaku. Luar biasa panasnya, mungkin sampai 38 atau 39 derajad selsius. Kamar yang kupakai sholat inipun atmosfernya terasa sangat berbeda. Sangat panas, pengap, dan berat. Aku menelan ludah, kemudian ku seka keringat yang menetes- netes melewati mata dan hidungku, yang membuat mukaku basah seperti orang sehabis cuci muka. Jantungku berdegup kencang, hingga dalam heningnya suasana itu aku seolah- olah bisa mendengar detak jantungku sendiri. Aku mulaia merasakan takut, dan gelisah. Badanku terasa sangat tidak nyaman. Aku mulai menyusuri sekitar, melihat dinding- dingding kamar. Waspada, siapa tau akan ada sesuatu yang melompat keluar dari dinding kemudian menerkamku karena santet yang dikirim ternyata gagal membunuhku. Aku melihat ke kiri, ke kanan, dan kebelakang. Dan akhirnya aku menyadari sesuatu yang berada di belakangku.
“pantas saja badanku kerasa panas luar biasa, karena kipas anginnya belum ku nyalakan. Lagipula pintu kamar ku tutup, pantas terasa sangat pengap karena kamar ini tidak memiliki jendela satupun”. Aku beranjak menyalakan kipas angin, kemudian menuju kasur dan bersiap tidur. Beristirahat, agar besok siap melahap semua materi yang di umpankan oleh para dosen. Yah inilah surabaya, kota metropolitan dengan tingkat polusi CO2 yang tinggi sehingga pantaslah jika cuacanya sangat panas.
Terimakasih sudah membaca hingga sejauh ini Terimakasih atas semua doa- doa baiknya
Terimakasih atas apresiasi positif dan dukungan
Dari semua reader dan kaskuser yang budiman
Update selanjutnya insyaAllah jika page ini sudah rubuh
salam
Anda akan meninggalkan Stories from the Heart. Apakah anda yakin?
Lapor Hansip
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.