- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BlackBerry: Kami Tidak Pernah Pergi!
TS
xmppps
BlackBerry: Kami Tidak Pernah Pergi!
Quote:
Foto: emirates
JAKARTA - BlackBerry menapaki jalan berliku dan turun naik seperti roller coaster. Memulai dari nol, merangsek sebagai pemimpin pasar smartphone dunia, sebelum akhirnya terpuruk kembali. Tapi, upaya mereka berinovasi tak pernah berhenti. Senior VP General Manager Mobility Solutions BlackBerry Alex Thurber tersenyum menjawab pertanyaan, “Jadi, lewat Aurora, apakah artinya BlackBerry akan come back di Indonesia?” Jawaban Alex cukup singkat, “Kami tidak pernah pergi dari Indonesia.” BlackBerry Aurora merupakan handset BlackBerry “made in Indonesia”.
Produksinya dilakukan oleh licensed partner PT BB Merah Putih yang merupakan perusahaan patungan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. Sebagai licensed partner, PT BB Merah Putih berhak untuk mendesain, memproduksi, dan memasarkan Blackberry branded smartphone di Indonesia. Hasilnya adalah BlackBerry Aurora yang dibekali sistem operasi Android 7.1 Nougat, RAM 4GB, memori 32GB, kamera 13MP, dan prosesor Snapdragon 425 quad-core.
“Kami (Black- Berry) tetap melakukan pengawasan. Namun, PT BB Merah Putih berhak menentukan spesifikasi yang paling cocok untuk pasar Indonesia. Misalnya dual SIM yang diminati pasar lokal. Aurora menjadi ponsel BlackBerry dual SIM pertama di dunia,” sebutnya. Selain PT BB Merah Putih di Indonesia, BlackBerry masih memiliki dua licensed partner lain.
Ada Optiemus Infracom di India serta TCL Communication untuk global. “Kami merekomendasikan ketiga partner itu untuk saling bekerja sama, menciptakan desain dan inovasi untuk market yang berbeda-beda,” ungkap Alex. Jadi, bukan tidak mungkin ke depannya PT BB Merah Putih bisa memproduksi ponsel untuk pasar di luar Indonesia.
Beralih ke Android
Upaya terakhir BlackBerry memasarkan ekosistem mereka sendiri, BB10, lewat BlackBerry Priv terbukti gagal. Brand BlackBerry sudah pudar, sementara konsumen semakin terikat dengan Android. Itulah mengapa di ajang Consumer Electronics Show (CES ) 2016 CEO Jhon Chen dengan tegas mengatakan Android adalah masa depan BlackBerry.
Penjualan handset BlackBerry sudah terlalu lama berdarah-darah, harus ada langkah signifikan yang diambil. Menggunakan sistem operasi Android, tentu memudahkan para licensed partner untuk memproduksi smartphone “dengan label BlackBerry”. Bisa dibilang ini adalah langkah terbaik yang diambil BlackBerry. Aurora menggunakan Android. Begitu pun KEYone, model terbaru yang akan diluncurkan pada April mendatang juga memakai Android.
Meski demikian, hal itu juga menimbulkan satu masalah baru. Bagaimana BlackBerry bisa bersaing dengan ponsel Android lain yang sudah ada, seperti Oppo, Asus, hingga pemimpin pasar Samsung selain mengandalkan reputasi global mereka? Alex menjawab, mereka mengandalkan keamanan yang jadi ciri khas Black- Berry di sistem operasi Android.
“Privasi user akan sangat terjaga dengan Aurora,” sebut Alex. Kedua, dengan harga Rp3,5 juta, hardware Aurora pun dinilai Alex sangat kompetitif di ponsel kelas menengah. “Kamera, layar, dan baterainya saya kira sangat menarik,” ujarnya. Ketiga, terkait dengan keypad. Walau BlackBerry Aurora tidak memiliki keypad , ke depannya akan ada modelmodel baru BlackBerry dengan sistem operasi Android yang memiliki keypad QWERTY khas mereka.
Misalnya saja KEYone. Terakhir, khusus untuk pasar Indonesia, Alex menyebut bahwa brand Black- Berry masih sangat dinantikan konsumen. “Salah satunya terlihat dari jumlah pengguna BBM yang masih sangat tinggi. Saya rasa banyak sekali orang yang menantikan handset baru BlackBerry yang menggunakan sistem operasi Android ini,” katanya.
Pivot ke Software
Alex menyebutkan saat ini Black- Berry akan lebih banyak berfokus pada perangkat lunak. Antara lain mobility solution, security, daninternet of things. “Kami akan terus men-develop software,” ujar Alex. Beberapa bidang yang jadi fokus Blackberry termasuk rumah sakit yang telah terkoneksi internet. “Mereka membutuhkan sistem keamanan,” tambahnya.
Sebelumnya, Chief Operating Officer BlackBerry Marty Beard menyebut software BlackBerry saat ini telah digunakan di connected cars , dan berbagai perangkat lain yang membutuhkan tingkat keamanan tinggi. “BlackBerry bukan lagi smartphone , tapi kami smart in the phonesmart in the phone . Kami bisa menyesuaikan kebutuhan keamanan dari setiap bisnis atau organisasi tertentu,” beber Marty.
(rzk)
Sumber: http://economy.okezone.com/read/2017...k-pernah-pergi
JAKARTA - BlackBerry menapaki jalan berliku dan turun naik seperti roller coaster. Memulai dari nol, merangsek sebagai pemimpin pasar smartphone dunia, sebelum akhirnya terpuruk kembali. Tapi, upaya mereka berinovasi tak pernah berhenti. Senior VP General Manager Mobility Solutions BlackBerry Alex Thurber tersenyum menjawab pertanyaan, “Jadi, lewat Aurora, apakah artinya BlackBerry akan come back di Indonesia?” Jawaban Alex cukup singkat, “Kami tidak pernah pergi dari Indonesia.” BlackBerry Aurora merupakan handset BlackBerry “made in Indonesia”.
Produksinya dilakukan oleh licensed partner PT BB Merah Putih yang merupakan perusahaan patungan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. Sebagai licensed partner, PT BB Merah Putih berhak untuk mendesain, memproduksi, dan memasarkan Blackberry branded smartphone di Indonesia. Hasilnya adalah BlackBerry Aurora yang dibekali sistem operasi Android 7.1 Nougat, RAM 4GB, memori 32GB, kamera 13MP, dan prosesor Snapdragon 425 quad-core.
“Kami (Black- Berry) tetap melakukan pengawasan. Namun, PT BB Merah Putih berhak menentukan spesifikasi yang paling cocok untuk pasar Indonesia. Misalnya dual SIM yang diminati pasar lokal. Aurora menjadi ponsel BlackBerry dual SIM pertama di dunia,” sebutnya. Selain PT BB Merah Putih di Indonesia, BlackBerry masih memiliki dua licensed partner lain.
Ada Optiemus Infracom di India serta TCL Communication untuk global. “Kami merekomendasikan ketiga partner itu untuk saling bekerja sama, menciptakan desain dan inovasi untuk market yang berbeda-beda,” ungkap Alex. Jadi, bukan tidak mungkin ke depannya PT BB Merah Putih bisa memproduksi ponsel untuk pasar di luar Indonesia.
Beralih ke Android
Upaya terakhir BlackBerry memasarkan ekosistem mereka sendiri, BB10, lewat BlackBerry Priv terbukti gagal. Brand BlackBerry sudah pudar, sementara konsumen semakin terikat dengan Android. Itulah mengapa di ajang Consumer Electronics Show (CES ) 2016 CEO Jhon Chen dengan tegas mengatakan Android adalah masa depan BlackBerry.
Penjualan handset BlackBerry sudah terlalu lama berdarah-darah, harus ada langkah signifikan yang diambil. Menggunakan sistem operasi Android, tentu memudahkan para licensed partner untuk memproduksi smartphone “dengan label BlackBerry”. Bisa dibilang ini adalah langkah terbaik yang diambil BlackBerry. Aurora menggunakan Android. Begitu pun KEYone, model terbaru yang akan diluncurkan pada April mendatang juga memakai Android.
Meski demikian, hal itu juga menimbulkan satu masalah baru. Bagaimana BlackBerry bisa bersaing dengan ponsel Android lain yang sudah ada, seperti Oppo, Asus, hingga pemimpin pasar Samsung selain mengandalkan reputasi global mereka? Alex menjawab, mereka mengandalkan keamanan yang jadi ciri khas Black- Berry di sistem operasi Android.
“Privasi user akan sangat terjaga dengan Aurora,” sebut Alex. Kedua, dengan harga Rp3,5 juta, hardware Aurora pun dinilai Alex sangat kompetitif di ponsel kelas menengah. “Kamera, layar, dan baterainya saya kira sangat menarik,” ujarnya. Ketiga, terkait dengan keypad. Walau BlackBerry Aurora tidak memiliki keypad , ke depannya akan ada modelmodel baru BlackBerry dengan sistem operasi Android yang memiliki keypad QWERTY khas mereka.
Misalnya saja KEYone. Terakhir, khusus untuk pasar Indonesia, Alex menyebut bahwa brand Black- Berry masih sangat dinantikan konsumen. “Salah satunya terlihat dari jumlah pengguna BBM yang masih sangat tinggi. Saya rasa banyak sekali orang yang menantikan handset baru BlackBerry yang menggunakan sistem operasi Android ini,” katanya.
Pivot ke Software
Alex menyebutkan saat ini Black- Berry akan lebih banyak berfokus pada perangkat lunak. Antara lain mobility solution, security, daninternet of things. “Kami akan terus men-develop software,” ujar Alex. Beberapa bidang yang jadi fokus Blackberry termasuk rumah sakit yang telah terkoneksi internet. “Mereka membutuhkan sistem keamanan,” tambahnya.
Sebelumnya, Chief Operating Officer BlackBerry Marty Beard menyebut software BlackBerry saat ini telah digunakan di connected cars , dan berbagai perangkat lain yang membutuhkan tingkat keamanan tinggi. “BlackBerry bukan lagi smartphone , tapi kami smart in the phonesmart in the phone . Kami bisa menyesuaikan kebutuhan keamanan dari setiap bisnis atau organisasi tertentu,” beber Marty.
(rzk)
Sumber: http://economy.okezone.com/read/2017...k-pernah-pergi
blackberry sepertinya tidak mau menyerah meski nyawa sudah diujung tanduk, tetap semangat ber
viniest memberi reputasi
1
22.8K
Kutip
188
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan