tiyok.satyaAvatar border
TS
tiyok.satya
Keajaiban Di Camp Nou


Stadion Camp Nou markas klub FC Barcelona kembali menjadi saksi sebuah pertandingan dramatis Liga Champions Eropa. Sekitar 18 tahun silam, Manchester United berhasil mengangkat tropi Liga Champions Eropa kedua mereka setelah berhasil memenangkan pertandingan melawan Bayern Munich dengan dua gol di masa injury time. Kali ini, dua gol di menit 90 kembali tersaji. Klub kebanggaan warga Catalan memastikan laju mereka ke babak perempatfinal Liga Champions Eropa, setelah berhasil membalikkan keadaan secara agregat 6-5 ( Leg 1, kalah 0-4) melawan tim asal Prancis, Paris Saint-Germain.



“Apabila mereka berhasil mencetak empat gol, maka kami akan mencetak enam gol” ucap pelatih Luis Enrique dalam konfrensi persnya menjelang pertandingan tersebut. Saya menduga, meskipun Enrique tampak percaya diri saat mengucapkan kalimat itu, tetapi dalam lubuk hati terdalamnya muncul keraguan untuk bisa lolos ke perempatfinal. Bahkan wartawan yang hadir serta seluruh penikmat sepakbola dunia juga sudah pesimis Barcelona akan lolos ke fase selanjutnya setelah empat gol bersarang di leg 1.

Namun sekali lagi, konsistensi dalam melakukan usaha ternyata lagi – lagi membuahkan hasilnya. Hasil tidak akan menghkhianati proses menjadi nyata adanya. Jargon Impossible Is Nothing yang digaungkan oleh salah satu produsen alat – alat olahraga ternama menjadi tampak relevan dan layak untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari – hari, setelah klub Barcelona memberikan salah satu contoh penerapan dari jargon tersebut.

72% berbanding 28% adalah catatan statistik akhir penguasaan bola pada pertandingan tersebut. Bukti bahwa Barcelona sangat dominan, dan tidak begitu saja memberikan kesempatan bagi anak – anak Les Parisiens (Julukan untuk tim Paris Saint-Germain) untuk mengembangkan permainan. Tentu, mereka belajar dari leg 1 pada 15 Februari 2017 lalu, kala tuan rumah PSG diberi kesempatan menguasai 41% penguasaan bola, empat gol bersarang ke gawang Marc-Andre ter Stegen. Mencoba menggunakan cara yang sama guna mencapai target yang berbeda tampak dihindari oleh pelatih Luis Enrique.

Pada pertandingan leg 2 semalam, Enrique mematok formasi 3-4-3. Hal ini sangat bisa dimengerti, mengingat Barcelona membutuhkan banyak gol, maka mereka memangkas porsi pemain belakang, dan menambah porsi bagi jajaran pemain tengah maupun depan. Pada leg 1 lalu, mereka mematok formasi andalan mereka 4-3-3 yang telah terbaca skemanya oleh pelatih PSG Unai Emery.

Dua gol bersarang ke gawang PSG di babak pertama. Hal tersebut membuat pelatih Unai Emery menginstruksikan anak asuhannya untuk lebih menekan pergerakan permainan Barcelona di babak kedua. Namun ternyata hasilnya memberikan keuntungan bagi Barcelona alih – alih menguntungkan timnya sendiri. Tiga gol Barcelona terjadi berkat sepakan set piece yang berawal dari pelanggaran keras para pemain PSG. Dua gol pinalti bersarang akibat kecerobohan pemain belakang PSG yang melanggar Neymar dan Suarez. Satu gol dari tendangan bebas cantik yang dilesakkan Neymar juga berawal dari pelanggaran yang tidak seberapa jauh dari titik pinalti. Tiga momen krusial itu yang mengantarkan Barcelona makin percaya diri meskipun Edinson Cavani sempat membuat skor menjadi 1-3 yang mana semakin memperlebar marjin agregat antar kedua tim.
Selain itu, keputusan cerdik juga diambil oleh Enrique. Rafinha yang berposisi sebagai penyerang sayap kanan diganti oleh Sergi Roberto yang merupakan seorang pemain belakang pada menit ke 76, Arda Turan masuk menggantikan Anders Iniesta, serta Ivan Rakitic keluar digantikan oleh Andre Gomes. Hasilnya, di menit ke 94, Sergi Roberto berhasil mengubah skor menjadi 6-1, yang memastikan langkah Barcelona ke perempatfinal Liga Champions Eropa dengan keunggulan agregat gol 6-5.



Momen yang menjadikan Barcelona adalah tim pertama sepanjang sejarah kompetisi Liga Champions Eropa, yang berhasil membalikkan keadaan setelah defisit empat gol di leg 1. Selain catatan tersebut, Lionel Messi berhasil menguntit Cristiano Ronaldo dalam perolehan gol mereka di kompetisi Liga Champions Eropa. Menurut catatan dari harian olahraga Spanyol, Marca, CR7 telah mencetak 95 gol, sedangkan satu gol tambahan Messi dari titik pinalti membuat raihannya menjadi 94.

“Saya tidak berfikir semua dari kami berhenti untuk percaya. Coba lihat ke belakang, selain gol – gol mereka (para pemain Barcelona), saya rasa permainan kami malam ini sangat bagus. Kami mempertaruhkan semuanya, dan hasilnya sangat memuaskan.” ujar Luis Enrique seusai pertandingan.

Sebuah pertandingan dramatis yang akan selalu dikenang oleh tidak hanya para pemain, pelatih, serta pendukung Barcelona saja, namun juga para penikmat sepakbola di seluruh dunia. Sekaligus semakin memperkuat anggapan bahwa olahraga ini, merupakan olahraga yang menarik, menegangkan, dan mengajarkan kita tentang banyak hal. Termasuk memberikan contoh nyata hadirnya keajaiban yang merupakan buah dari kekuatan percaya serta kerja keras.

Gloria La Blaugrana!!



SUMBER: http://www.offside.id/penulis/haris-...-di-barcelona/
0
17.9K
246
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan