thousandfeelAvatar border
TS
thousandfeel
Kisah Tanpa Akhir
Hi kaskuser...
Perkenalkan saya pendatang baru di kaskus yang mau coba-coba menulis cerita..
Ini pertama kalinya ane menulis nih di kaskus ini..
Jadi Mohon maaf ya karena masih banyak kekurangan.. ^_^
Semoga Menghibur...
Oke.. Let's the story begin...


‘Kriiiiiiiiiiinggggggggg……….!!!!!’
Jam weker di kamarku berbunyi dengan nyaring. Dengan mata yang masih setengah rapat dan nyawa yang masih belum kembali penuh, aku raba meja nakas sebelah tempat tidurku untuk mencari si jam ‘cempreng’ itu.
Kulihat jarum sudah menunjukkan tepat pukul empat pagi. Kusenderkan badanku di kepala kasurku tak lama aku turun dan bergegas setelah mendengar bunda memanggilku dari lantai bawah..

“Zee….(baca zi) Sudah jam empat, cepaaat bangun mandi, setelah itu bangunkan Ve dan Bagas yaa”

“Iya bun..” jawabku sambil menuju kamar mandi dan menyabet handuk yang ada di jemuran kecil depan kamar mandi.

Hai..Namaku Zevanya Putri Rianti, anak pertama dari 3 bersaudara dari keluarga sederhana namun bahagia..hehehe..

Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA setelah 3 hari kemarin aku melaksanakan MOS. SMA yang kupilih letaknya lumayan jauh dari tempat tinggalku, karena letaknya tepat di tengah kota, sedangkan rumahku ada di pinggir perbatasan dan cukup memakan waktu lama untuk sampai ke sekolahku, kira-kira 1-2 jam perjalanan jika menggunakan angkutan umum. Maka itulah aku harus bergegas sepagi ini, ayampun belum siap berkokok sepertinya.

Setelah rapih aku berpakaian, aku bangunkan adikku yang terpaut 4 tahun denganku. Verinka Puspa namanya, Ve panggilannya. Dan Adikku yang paling kecil yang merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga ini. Bagas Aji Wahyudi, panggilannya Bagas. Mereka berdua sekolah di tempat yang sama dan tidak terlalu jauh sepertiku.

Di rumah ini kami hanya tinggal berempat karena ayahku dinas di luar kota, dan hanya kembali 1 atau 2 bulan sekali. Beliau adalah kepala cabang di salah satu Bank milik pemerintah.

“ Bun zee berangkat ya..” sambil mengambil kotak bekal yang sudah dipersiapkan bunda untukku, dan menyambar mencium tangan bunda dan kecup pipinya.

“ Loh nasi gorengnya gimana? Yaudah bunda bungkus aja ya zee..kamu makan di bus atau angkot nanti..” Sahut bunda.

“ Yahhh..Zee takut telat bun, nanti aja bekel ini zee makan aja..Love You Bun..Assalamu’alaikum..” Sapaku sambil berangsur keluar rumah.

Bisa dibayangkan jam 5 pagi bagaimana Susana di jalan. Suasana seperti ini aku harus terbiasa karena akan memakan waktu 3 tahun aku akan seperti ini. Perjalanan dari dalam komplek ke jalan raya dimana aku akan menaiki angkot pun memakan waktu 10 menit berjalan kaki.

“ huaahh..nikmatin aja deh zee” kataku dalam hati.

Sebenarnya sekolah di SMA itu bukan murni keinginanku, tapi ayahku yang antusias sekali ingin aku disana. Sebagai anak tertua yah mau tidak mau memberikan contoh kepada adikku untuk menuruti apa yang ayah inginkan..

Sepanjang perjalanan hingga sampai di sekolah, hawa kantuk masih saja menyangkut di mataku ini. Udara sejuk dan gelapnya pagi pun seakan tambah memanjakan mata kantukku ini. Tapi syukurlah, ketika aku tiba di gerbang jam masih menunjukkan pukul 6.35, setidaknya masih ada waktu 25 menit untuk beristirahat di bangkuku. Kalau bisa curi-curi bobo sebentar..hihihi..

Lorong sekolahpun masih terlihat senggang, kebetulan kelasku terletak paling ujung di sebelah tangga barat. Ketika aku memasuki kelas, terlihat sudah ada 3 orang teman sekelasku yang tiba. Mereka sedang bersenda gurau, yang dua orang adalah siswi terlihat duduk di kursi barisan kedua paling akhir, dan yang satunya siswa yang duduk di atas meja di samping siswi satunya. Karena baru tiga hari, aku masih belum hapal siapa saja namanya.

“ Pagiii…” sapaku

“ Hai pagi, wihh duduk depan lu?gw alya” sapa cewek berambut panjang sambil menghampiri dan menyodorkan tangannya sebagai perkenalan.

“ Zevanya, panggil aja gw zee…Iya kalau di belakang gw suka ngantuk..” seraya membalas jabatan tangan Alya.

“ Gw Zee.. datang dari jam berapa? Pagi banget ya kalian “ sapaku menghampiri siswi satunya yang masih terduduk di bangku dan siswa yang duduk di atas meja.

“ Gw grace, gw bareng bokap jadi pagi-pagi banget biar gak kena 3 in 1 nih..Bete gw ngantuk..untung pas gw sampe udah ada si Miko di kelas “ sahutnya seraya menjabat tanganku.

“ Hi Miko..” Jawab siswa yang duduk di meja sebelah Grace.

Tak berapa lama satu persatu murid berdatangan. Aku hanya terduduk saja di bangkuku sambil menahan rasa kantukku.

“ Hai..boleh gw duduk di sebelah lu gak? Kalo dibelakang mata gw gak keliatan” sapa seorang siswi yang baru saja tiba.

“ Eh..Iya boleh aja kok..” sahutku

“ Nila..nama lu siapa deng gw lupa” sapanya.

“ Zevanya, panggil aja gw zee” jawabku.

“ Pagi banget lw udah sampe? Rumah lw jauh ya? “ Tanya Nila mengawali perbincangan kami.

“ Iya, gw tinggal di Bintara, jadi kesini bisa makan waktu 1 jam, bahkan kalo macet bisa 2 jam” jawabku.

“ Wuuuiiihhh…Bisa tua di jalan dong lw ya..hehehe” balas Nila sambil tertawa

“ Gak liat nih, tampang gw udah tua jadinya??hahaha” sahutku menimpali dan kami pun membaur satu sama lain.
Tak berapa lama terdengar suara bell masuk berbunyi, dan semua siswa satu per satu langsung menempati bangkunya masing-masing.

Selang 5 menit dari bell yang telah berbunyi, masuklah guru wanita yang sepertinya adalah wali kelas kami.

“ Assalamu’alaikum…Pagi anak-anak…” Sapa beliau.
“ Pagi bu….” Jawab kami serentak

“ Saya Bu Zulfa, Wali kelas Kalian di X-F. saya mengajar Biologi kelas 1 dan 2, nanti ketika penjurusan di kelas 2 yang masuk Ilmu Alam, pasti akan ketemu saya lagi. “ Jelas Bu Zulfa.

“ Ibu tidak suka ada bunyi HP apalagi memainkannya, ibu harap selama pelajaran ibu, HP bisa di non aktifkan atau setidaknya di Silent, ibu tidak suka bising, dan anak yang pasif, setiap penyampaian materi ibu akan aktif bertanya kepada kalian, atau kalian yang bertanya kepada ibu, itu menandakan bahwa kalian paham akan materi yang sudah ibu ajarkan. Ibu akan menunjuk pengurus kelas untuk membantu ibu selama 1 semester ini, semester berikutnya pengurus akan ibu rombak kembali………..bla…bla..bla…” Beliau menerangkan panjang lebar.

Dalam hatiku, aku mendapatkan guru yang Strength setengah mati. Yah ada baiknya juga sih, jadi anak-anak kelas ini tidak ‘Liar’ pikirku.

Setelah beberapa lama, perkenalan dan pembagian piket dll, bel istirahat pertama berbunyi. Akhirnya Bu Zulfa keluar kelas dan mempersilahkan anak-anak untuk beristirahat.

“ Zee lu mau ke kantin apa bawa bekel? “ Tanya Nila.

“ Bunda gw bawain gw bekel Nil..Lw mau ke kantin?” jawabku seraya menanyakan balik ke Nila.

“ Iya, gw mau ke kantin dulu ya Zee..Dibungkus aa, paling gw makan di kelas..jangan diabisin dlu nasi gorengnya zee, tungguin gw yaaa..hehehe” seraya berlari keluar kelas.

Nila ini memiliki badan imut dan dia berhijab. Anaknya ramah sepertinya dan gesit yang pasti, karena gak sampai 10 menit, dia sudah kembali datang ke dalam kelas.

“ Lhaaa??cepet banget Nil?Gak jadi emangnya?” tanyaku

“ Jadi dooong, nih udah beli kaaan...Ini lah salah satu kelebihan punya badan kecil kayak gw, bisa nyempil dimana aja..hahahaha” jawabnya seraya menaruh staerofoam berisikan makanan yang sepertinya mie ayam karena ada sumpit kayu khas tukang mie ayam.

“ Hahaha..dasar lu Nil..” Jawabku sambil menertawakannya dan kamipun bersama menyantap makanan kami masing-masing.

“ Haaauuummmm…Enaaak nih...” terdengar suara laki-laki sepertinya mengejek kami makan.

“ Mau?” jawabku menyodorkan kotak makan siangku.

“ Gak makasih, gw cuman becanda doang kaliii..Gw makan mah siang, pagi mah mending gw ngemil nih..mau gak?” jawabnya membalasku seraya menyodorkan sebungkus keripik balado ke hadapan kami.

“ Makasih, nti klo gw ambil ngemil lw kurang lagi..Nama lu Yoga Kan?makasih yog, lanjut aja..” balasku sambil tersenyum lebar. Sudah mulai ingat dengan nama-nama teman sekelasku.

“ Iye, gw yoga, lu zevanya ka? Nih Nil, lu mau gak??” jawab Yoga sambil menyodorkan keripik itu ke depan wajah Nila yang sedang asik melahap Mie Ayamnya yang sepertinya tidak mau terganggu.

“ hmm…kagak, ganggu aje lu ga..gak liat gw lagi konsen makan?” awab Nila dengan mulut yang terisi penuh.

“ Iye deh Poookk.. awas tu sumpit ketelen..”jawab yoga sambil berlalu kembali ke kursinya di deretan depan tiga bangku setelahku.

“ Oooiii im!!” teriaknya memanggil teman sebangkunya Imron yang sedang hapus papan tulis.

“ Jangan diapus dlu, gw belom catet semua tuh..” lanjutnya.

“ Nih, liat punya gw aja” sambil melambai-lambaikan buku tulisku.

“ Okeee..Ya udah Im, lanjut dahh” jawab yoga.

“ siya’ul lu ga..” Jawab Imron kesal.

“ Gw juga pinjem ya Zevanya nanti..” terdengar suara dari arah belakang sebelah kananku.

“ Oh, iya Okta boleh..” Jawabku yang ternyata Okta yang duduk di belakang Nila yang berbicara.

“ Nanti aja abis yoga…” lanjut Okta

“ Siiippp…atur aja taa..” jawabku sambil mengacungkan jempol kananku.

Inilah perbincangan pertama kami yang kelak membawa kami kepada persahabatan kami berempat. Aku, Nila, Okta dan Yoga. Dimana setiap hari – hari kami terisi dengan penuh suka dan berbagi duka satu sama lain.


**********


Tak terasa sudah 8 bulan aku bersekolah di SMA itu sudah 1 Semester lebih. Hingga telah terbiasa dengan bangun sebelum subuh dan berangkat setelah subuh. Menahan kantuk dan bahkan bisa tertidur di angkutan umum.

Pagi ini seperti biasa bunda sudah membuatkan sarapan dan bekal untukku. Dan meja makan memang hanya aku yang duduk untuk sarapan.

“ Zee nanti ayah pulang, boleh bunda minta tolong belikan kue kesukaan ayah di toko biasa? Sekalian Zee pulang sekolah saja, Bunda sudah telepon pemilik tokonya kok…” kata bunda sambil mengoleskan roti untukku.

“ Oh, iya bun boleh.. Black Forest tanpa Rhum ya bun? Sama Risol Udang Mayo?” jawabku seraya bertanya.

“ Iya… Ini uangnya ya..” Jawab bunda dan menyerahkan amplop yang berisikan uang untuk membeli kue.

“ Kalau bisa jangan terlalu sore zee pulang, kita bisa jalan-jalan sama ayah” tambah bunda.

“ Oke bun..Zee berangkat ya bun.. Assalamu’alaikum..” Kataku seraya mengambil tangan bunda dan menciumnya serta mengecup pipi bunda.

Seperti biasa di jalanan komplek masih agak gelap dan tentunya dingin dan sepi. Tapi kali ini aku sudah terbiasa dengan kondisi ini. Untung saja kalau hari Sabtu Sekolah libur, kalau tidak fiuuhhh.. Benar kata Nila, bisa-bisa tua di jalan lah aku.

“ Eh? Asiiikk besok Sabtu ya…Yes! Bisa bermalas-malasan di rumah, setidaknya bantu bunda ngepel dan cuci piring doang terus lanjut tidurrr..” Kataku berbicara sendiri.

Disepanjang perjalanan menuju sekolah, 3 kali aku harus turun naik angkutan umum dan berjalan kaki dari jalan besar ke sekolahku. Aku selalu memperhatikan orang-orang sekitar, tingkah lakunya, cara bicaranya, bahasa tubuhnya, secara diam-diam aku perhatikan. Maklum, cita-citaku ingin menjadi psikolog.

Akhirnya sampai juga di kelas X-F. Sudah ada beberapa anak yang datang, termasuk Yoga dan Okta. Nila juga sepertinya sudah datang, tapi entah kemana anak itu karena hanya ada tasnya saja di bangku.

“ Kemana si Nila ta?” Tanyaku sambil menaruh tas dan duduk menghadap Okta.

“ Nyetor die…Kayaknya salah makan tuh anak” Jawab Okta sambil senyum-senyum kecil.

“ Zee..Tumben baru dateng..Nanti gw pinjem catetan biologi lu ya, waktu kamis gw lupa gambar yang di ujung itu..Okeh rayap??” kata Yoga sambil menepuk lenganku.

“ Iyeeee Kutu! Balikin tapi! Senin kan ada ulangan yog..” Balasku. Rayap adalah panggilan Yoga untukku dan Kutu adalah panggilanku untuk Yoga. Entah sejak kapan kami mulai sering sedikit bertengkar dan suka main kata-kataan sampai akhirnya punya julukan seperti itu.

“Minggir…Minggir…Awas ga!Ngalangin aje luu” Kata Nila terburu-buru masuk dan mengusir Yoga yang menghalangi jalannya. Terlihat wajahnya seperti menahan sakit dan tangannya masih memegang perut.

“ Kenapeee lu mpookk..?Masuk angin?Ke UKS sonoh..” Kata Yoga sambil tersenyum mengejek.

“ Udah la?lu makan apa sih la sampe kayak gitu?” sahut Okta sambil menekan pulpen yang sedang dipegangnya ke lengan Nila.

“ Lu kenapa la?Ke UKS yuk gw anter..Tapi lu udah cebok kan laa..?” candaku pada Nila.

“ Sialan lu Zee ya udeh laaahh..” Jawab Nila sambil menaruh kepalanya keatas mejanya..

“Udah ayo laahhh..daripada lu begitu belajar juga gak bakal masuk Ikaaan..Ayo gak?!” kataku sambil menarik tangan Nila.

“ Tau lu la! Ayo lah gw juga temenin nanti lu jatoh si zee kan juga kerempeng, gak bakal kuat gotong lu..” sahut Okta seraya berdiri dari duduknya.

“ Gi dahhh bawa tuh si Nila ke UKS, keburu bel nanti.” Sambar Yoga sambil berdiri dari duduknya dari atas meja.

“ Bawel lu kutu! Awas, misi, minggir..” kataku sambil berusaha keluar karena keberadaan Yoga cukup menghalangi jalan kami.

“ Hahaha..Galak nih si Rayap!” Jawabnya sambil mengelus kepalaku seperti anak kecil.

Hmmm..Perasaan ini nih yang gak boleh hadir diantara kami, perasaan dimana melebihi rasa persahabatan. Perasaan nyaman dan merasa diperhatikan. Perasaan spesial yang lebih dari indahnya seorang sahabat. Entah sejak kapan perasaan ini berangsur-angsur muncul dan berkecamuk di dalam hatiku. Mungkin inilah yang menjadi alasanku untuk berlaku ‘GALAK’ pada Yoga. Untuk membohongi perasaanku yang sudah tumbuh ini.

“ Aaarggghh Zee..Cukup! itu memang sifat Yoga yang selalu begitu, tendang jauh-jauh perasaan itu zee….” Kataku dalam hati sambil menggandeng Nila keluar kelas menuju UKS.

Sesampainya di UKS, Bu Hafid menyarankan Nila untuk istirahat atau pulang lebih cepat hari ini. Tetapi Nila memilih untuk istirahat sementara saja di UKS, karena Abah dan umminya sedang tidak ada di rumah kalau pagi.
Setelah meninggalkan Nila di UKS untuk beristirahat, aku dan Okta kembali ke kelas. Karena UKS ada di gedung Timur, dan perjalanan ke kelas cukup jauh, akhirnya Okta membuka pembicaraan. Biasalah, kalau cewek-cewek pasti akan curcol deh..

“ Zee.. Gw mau jujur nih sama lu..Tapi jangan ngomong ke siapa2 ya zee..cukup lu yang tahu nih..janji dulu..” Kata Okta sambil mengacungkan kelingkingnya di hadapanku.

“ Iyaaa ta, apa? Lu kayak gak tau gw aja ta!” sahutku

“ Gue suka sama Yoga Zee..”

Perkataan Okta terus terngiang di telingaku seakan bergema seperti seseorang yang teriak di dalam goa. Menggema berkali-kali, entah perasaan apa yang berkecamuk kini di dalam hatiku. Seperti tersambar petir di siang bolong, jantungku berdegub semakin kencang seolah-olah tak percaya dengan pernyataan yang aku dengar dari mulut Okta. Ya Tuhan, jangan sampai terulang kembali kejadian di masa SMPku..

“ Serius lu ta??Sejak kapan??” Jawabku sambil memaksakan untuk tersenyum dan merasa bahagia dengan pernyataannya.

“ Iya Zee…Gue juga gak tau sejak kapan pastinya, tapi gw suka sama Yoga Zee..Kayak si Nila yang lagi jatuh cintrong ama si Ditya” terang Okta

“ Dibilang sayang gimana ya…Dibilang Suka, kayaknya emang lebih dari itu…Aaahh Zee..Lu bantuin gw yaa buat lebih deket dengan Yoga..” Lanjut Okta.

Ya Tuhan..Kenapa kejadian ini harus terjadi 2 kali di kehidupanku..Kejadian yang hampir sama ketika aku masih duduk di bangku SMP terulang kembali. Aku mengalah untuk sahabatku, dan sekaligus melukai hati orang yang menyayangiku lebih dari rasaku menyayanginya. Rizal temanku sejak duduk di SMP kelas 1, dan perasaan itu datang ketika aku kelas 3, tetapi karena aku lebih mempertahankan persahabatan, akhirnya aku meminta Rizal untuk memilih Suci daripada aku. Sampai akhirnya dia memilih Suci karena dia ingin melihatku senang dan tidak tertekan dengan sikap Suci. Tetapi akhirnya Suci mengecewakan Rizal, tanpa disadari Rizal melihat Suci berdua dengan cowok lain di bioskop dan bersikap layaknya pasangan sejoli yang dibakar api asmara. Rizal amat merasa kecewa dan merasa sendiri setelah aku berusaha menjauhi Rizal karena tidak ingin merusak hubungan mereka. Terakhir aku bertemu di acara perpisahan, tak sepatah katapun aku berbicara pada Rizal, bahkan cenderung aku benar-benar menganggapnya tak ada. Itu kulakukan demi Suci, sahabatku yang juga duduk sebangku denganku.

Haruskah ini terulang lagi?Aku mengalah demi sahabatku?tapi kali ini aku tak tahu apa yang Yoga pikirkan tentangku. Apakah ada sebesit perasaan Yoga terhadapku seperti Rizal, ataukah memang hanya menganggap aku sebatas teman dekatnya.

“Zee..yeee kok malah diem, gak usah kaget sampe segitunya kali Zee..” Ucap okta sambil menggoyang-goyangkan pundakku.

“ Nggak, gw Cuma amazing aja sama pernyataan lu ta..Oke tenang Gw bantu” tanpa sadar entah karena apa, lagi-lagi kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

“ Permisi pak..” ucap kami serentak sambil mengetuk pintu.

“ Ya, Zevanya dan Okta masuk. Nila gimana?” sambut Pak Wira guru Fisika kami yang keren.

“ Lagi disuruh istirahat pak, Bu hafid suruh pulang tadi, tappi Nila gak mau “ jawabku sambil berdiri disamping meja guru.

“ Oh ya sudah, makan apa itu anak pagi-pagi sudah mulas-mulas. Ya udah duduk tuh catat latihan di papan” jawab Pak Wira.

“ Iya pak, siap” jawabku sambil berlalu menuju mejaku.

Disana terlihat yoga sudah duduk menempati bangku Nila sambil mencatat dengan serius.

“ Eh kutu!Kenapa lu malah duduk di sini??” tanyaku sambil menepuk lengannya dengan buku.

Yoga hanya membalas dengan menempelkan pulpen ke mulutnya seakan-akan aku di suruh diam.

“ Dasar kutu!” kataku sambil melirik Okta yang duduk dibelakangnya sambil sok manis menopang dagunya dengan kedua tangannya sambil menatap Yoga.

Setelah beberapa lama bel istirahat pertama berbunyi. Nila muncul dengan kondisi jauh lebih baik dari sebelumnya.

“ Lu udah mendingan emang la?” Tanyaku sambil berdiri membantu Nila untuk duduk.

“ Ga awas, balik ke tempat asal lu gih!” perintahku pada Yoga.

“ Iye bentar..” lagi-lagi dia mengelus kepalaku seperti aku ini anak kecil, sambil berlalu kembali ke tempat duduknya semula.

“ Imron emang kemana ga?Kok gak masuk” Tanya Okta pada Yoga

“ Telat dia, jadi balik lagi daripada di suruh isi buku hitam.” Sahutnya dengan sambil menulis dan menatap papan tulis.

“ Nanti pulang bareng gw aja la, gw mau ke pasbud mampir ke toko kue langganan bunda semasa pacaran ama ayah gw. Kan Bisnya sama, itung-itung gw temenin lu di perjalanan.” Ucap gw menerangkan ke Nila.

“ Oh, ya udah..Tapi gw sendiri juga bisa kok Zee, udah gak kenapa-napa. Tadi bu Hafid udah kasih obat Diare dan Alhamdulillah auh lebih baik..lagian gw kan bukan nenek-nenek yang kudu lu tuntun-tuntun..” jawab Nila.

“ Eh la, Zee..nih gw punya buku Diary nganggur di rumah..gimana kalo buku ini kita isi curhatan kita aja?Setiap harinya nih buku bakalan muter ke kita..dan di tulis sama orang yang dapet giliran, gimana?” Terang Okta sambil memperlihatkan sebuah buku berwarna biru tebal dengan gembok emas yang tergantung.

“ Waaahh boleh tuh, gw ikutan ya!” suara Yoga mengagetkanku. Dia mengambil buku tersebut dan membolak balik seperti mengecek buku itu.

“ Itu untuk cewek ga..” ucapku sambil merebut buku diary itu.

“ Gak apa-apa Zee…Kita kan bersahabat berempat..Biarin aja kalau si Yoga mau ikutan cerita di buku itu…” ucap Okta sambil memegang tanganku yang sedang memegang buku.

Kulirik Yoga yang memainkan alisnya dan menjulurkan sedikit lidahnya seakan-akan meledekku.

“ Yaudah terserah aja…” jawabku

“ Sini gw yang bawa hari ini, berhubung gw ada cerita hari ini karena ketiban sial gara-gara makan sayur basi buatan kakak gw” Ucap Nila sambil menarik buku diarynya dan memasukkannya ke dalam tas.

“ Lu gak makan la?” tanyaku

“ Gak ah, masih eneg gw zee..takut perut gw sakit lagi” Jawab Nila.

“ Makanya mpok, jangan rakus…” celetuk Yoga sambil berlalu keluar kelas. Nila berhasil menepuk tangan Yoga sebelum berlalu keluar kelas.

***
Diubah oleh thousandfeel 02-03-2017 03:41
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.4K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan