- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
STOP MINUM SUSU SAPI ! Susu sapi cuma buat anak sapi..


TS
ipHan aDoel
STOP MINUM SUSU SAPI ! Susu sapi cuma buat anak sapi..
Quote:

Selamat pagi siang sore malam buat agan2 yang lagi liat trit ini. Sebelum nya mohon maaf apabila judulnya terlalu provokatif, hal ini semata2 agar menarik perhatian agan supa mau kunjungin trit ini ditengah banyaknya trit di the lounge tercinta. Kali ini ane mau sharing tentang sesuatu yang menurut ane cukup kontroversi yaitu efek buruk minum susu sapi bagi manusia. Artikel ini bersumber dari buku Best Seller karya Dr Hiromi Shinya. Sebelum kita mulai trit nya yuk kita kenalan dulu sama penulisnya :
Quote:
Profil singkat Dr Shinya

Dr. Shinya lahir di Jepang dan sekarang menjadi warga negara US. Ia dokter bedah di Albert Einstein Medical College of Medicine dan mengepalai bagian endoskopi di Beth Israel Medical Centre di kota New York
Dr. Shinya adalah orang pertama yang mempelopori kolonoskopi modern, yaitu sebuah metode meneliti keadaan usus besar dan mampu menghancurkan polip di usus besar tanpa harus melakukan prosedur pembedahan. Metode yang ia temukan ketika itu amat revolusioner sekali.
Dari banyak penelitian terhadap usus besar orang asia (jepang) dan Amerika, beliau menemukan bahwa abnormalitas di usus besar sering sekali menimbulkan masalah bagi tubuh manusia. Banyak kasus kanker payudara dan kanker lainnya justru terjadi karena usus besar yang sangat jorok (banyak tinja yang tidak bisa keluar sehingga menjadi tinja permanen dan menyebabkan penyempitan pada usus besar).
Dan mengapa usus besar bisa menjadi begitu kotor ? Karena faktor makanan yang susah dicerna seperti susu serta protein hewani justru malah menghabiskan banyak enzim tubuh untuk mencernanya!

Dr. Shinya lahir di Jepang dan sekarang menjadi warga negara US. Ia dokter bedah di Albert Einstein Medical College of Medicine dan mengepalai bagian endoskopi di Beth Israel Medical Centre di kota New York
Dr. Shinya adalah orang pertama yang mempelopori kolonoskopi modern, yaitu sebuah metode meneliti keadaan usus besar dan mampu menghancurkan polip di usus besar tanpa harus melakukan prosedur pembedahan. Metode yang ia temukan ketika itu amat revolusioner sekali.
Dari banyak penelitian terhadap usus besar orang asia (jepang) dan Amerika, beliau menemukan bahwa abnormalitas di usus besar sering sekali menimbulkan masalah bagi tubuh manusia. Banyak kasus kanker payudara dan kanker lainnya justru terjadi karena usus besar yang sangat jorok (banyak tinja yang tidak bisa keluar sehingga menjadi tinja permanen dan menyebabkan penyempitan pada usus besar).
Dan mengapa usus besar bisa menjadi begitu kotor ? Karena faktor makanan yang susah dicerna seperti susu serta protein hewani justru malah menghabiskan banyak enzim tubuh untuk mencernanya!
Quote:
Sekilas isi buku The Miracle of Enzyme

Beberapa hal menarik dari isi buku ini antara lain :
1. Menu makanan yang baik : 85-90% makanan nabati, 10-15% protein hewani. Di buku ini juga dijelaskan, mengapa ikan lebih baik ketimbang daging.
2. Susu sapi pada dasarnya memang untuk anak sapi.
3. Sebagaian besar penyakit disebabkan oleh kebiasaan, Bukan keturunan.
4. Makan daging tidak akan memberi stamina.
5. Sebaik – baiknya cairan bagi tubuh adalah Air putih.
6. Gula, Kafein, alkohol, dan zat – zat tambahan yang terkandung dalam minuman merengut cairan dari dalam sel – sel tubuh dan darah.
7. Makan sebelum tidur bukanlah kebiasaan yang baik.
8. Biasakan mengosongkan perut 3-4 jam sebelum tidur.

Beberapa hal menarik dari isi buku ini antara lain :
1. Menu makanan yang baik : 85-90% makanan nabati, 10-15% protein hewani. Di buku ini juga dijelaskan, mengapa ikan lebih baik ketimbang daging.
2. Susu sapi pada dasarnya memang untuk anak sapi.
3. Sebagaian besar penyakit disebabkan oleh kebiasaan, Bukan keturunan.
4. Makan daging tidak akan memberi stamina.
5. Sebaik – baiknya cairan bagi tubuh adalah Air putih.
6. Gula, Kafein, alkohol, dan zat – zat tambahan yang terkandung dalam minuman merengut cairan dari dalam sel – sel tubuh dan darah.
7. Makan sebelum tidur bukanlah kebiasaan yang baik.
8. Biasakan mengosongkan perut 3-4 jam sebelum tidur.
Kali ini poin 2 yang akan menjadi fokus kita
Quote:
SUSU SAPI UNTUK ANAK SAPI
Berbicara tentang susu, nutrisi dalam susu sapi sesungguhnya memang didesain untuk kebutuhan anak sapi. Di dunia alami, setiap bayi spesies mamalia menyusu kepada induknya sendiri, minum susu spesiesnya sendiri, karena susu itu pasti cocok dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Inilah cara kerja alam. Hanya manusia yang dengan sengaja mengambil susu dari spesies lain, mengolahnya, dan meminumnya. Padahal, yang penting bagi pertumbuhan anak sapi belum tentu berguna bagi manusia. Ini bertentangan dengan hukum alam.
Secara umum, jenis nutrisi susu sapi dengan ASI sepertinya mirip. Ada protein, lemak, laktosa, zat besi, kalsium, fosfor, natrium, kalium, dan vitamin. Namun, kualitas dan jumlah nutrisi keduanya sangat berbeda. Misalnya saja, kandungan laktoferinnya. Zat antioksidan ini berguna untuk memperkuat fungsi sistem kekebalan tubuh, terdapat baik dalam susu sapi maupun ASI. Namun, rasio laktoferin dalam ASI adalah 0,15% sementara laktoferin susu sapi hanya 0,01%. Contoh lain, kandungan laktosa dalam ASI sekitar 7%, sementara dalam susu sapi hanya 4,5%. Tampaknya bayi-bayi yang baru lahir dari spesies yang berbeda membutuhkan jumlah dan rasio nutrisi yang berbeda pula.
SUSU SAPI SULIT DICERNA MANUSIA
Karena bentuknya cair, orang-orang sering meminum susu bagaikan air saat mereka haus. Ini sebuah kesalahan besar. Komponen protein utama (sekitar 80%) susu sapi bernama kasein. Protein ini langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung manusia, jadi sangat sulit dicerna oleh sistem pencernaan kita.
Kandungan susu sapi akan semakin sulit dicerna oleh manusia yang sudah dewasa. Memang di alam bebas, hewan yang minum susu hanyalah bayi yang baru lahir. Bahkan, ASI dari spesies manusia pun sebetulnya tidak didesain untuk konsumsi manusia dewasa. Laktoferin, contohnya. Zat ini akan terurai begitu terkena asam lambung. Bayi dapat mengkonsumsi banyak nutrisi laktoferin karena lambungnya belum sempurna dan produksi asam lambungnya baru sedikit.
Contoh lain adalah laktosa, zat gula yang terdapat dalam susu mamalia. Untuk mencerna laktosa, kita butuh enzim laktase. Enzim ini banyak dimiliki oleh tubuh bayi, namun jumlah enzim ini akan berkurang seiring usia. Jika setelah minum susu kita merasakan gejala perut bergemuruh atau diare, itu adalah akibat ketidakmampuan tubuh kita mencerna laktosa. Menghilangnya enzim laktosa saat kita beranjak dewasa merupakan cara alam untuk mengatakan bahwa susu bukan minuman untuk orang dewasa.
SEMUA SUSU SAPI KOMERSIAL BURUK BAGI TUBUH
Susu sapi dalam bentuknya yang segar saja sudah sulit dicerna manusia, apalagi setelah menjadi susu sapi komersial. Proses pengolahan susu sapi komersial membuat susu sapi bukan hanya sulit dicerna, tapi bahkan berbahaya dan berdampak buruk bagi tubuh.
Pertama, susu sapi komersial mengalami proses homogenisasi. Jika susu sapi segar dibiarkan, lemaknya lama-kelamaan akan mengapung di permukaan. Di pabrik, lemak ini diaduk dengan mesin sampai kadarnya merata di seluruh susu, tidak akan terpisah lagi seperti saat masih segar. Dampak proses ini adalah terjadi perikatan lemak susu dengan oksigen menjadi lemak teroksidasi (terhidrogenisasi). Jika diminum, susu homogen ini mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat dan merusak keseimbangan flora usus kita. Akibatnya, racun-racun seperti radikal bebas, hidrogen sulfida, dan amonia terproduksi.
Kedua, setelah dihomogenisasi, susu sapi komersial masih melewati proses pasteurisasi. Proses ini tujuannya menekan perkembangbiakan berbagai kuman dan bakteri. Metode yang paling banyak digunakan adalah pasteurisasi suhu tinggi waktu singkat (HTST: lebih dari 72◦C selama 15 detik lebih) atau suhu sangat tinggi waktu singkat (UHT: lebih dari 120-130◦C selama 2 detik atau sampai dengan 150◦C selama 1 detik). Enzim-enzim yang berharga dalam susu mulai terurai pada suhu 48◦C dan pada suhu 115◦C sudah hancur seluruhnya. Oleh karena itu, terlepas dari lama waktu pemrosesan, pada suhu pasteurisasi mencapai 130◦C, enzim telah hampir seluruhnya rusak. Susu itu menjadi makanan yang mati, tidak mempunyai daya hidup lagi. Selain itu, efek samping pasteurisasi suhu tinggi adalah meningkatknya kadar lemak teroksidasi serta berubahnya kualitas protein susu. Laktoferin, yang sensitif terhadap panas, juga rusak. Itu sebabnya Dokter Shinya menegaskan: “Susu sapi yang dijual di supermarket seluruh dunia tidak baik bagi Anda.”
TERLALU BANYAK SUSU MENYEBABKAN OSTEOPOROSIS
Anggapan bahwa minum susu dapat mencegah osteoporosis adalah suatu miskonsepsi alias mitos! Kadar kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. Saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat. Tubuh berusaha mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Dengan kata lain, kalau kita minum susu dengan harapan mendapatkan kalsium, hasilnya justru berkebalikan: jumlah total kalsium dalam tubuh kita justru menurun. Tak heran, dari empat negara peminum susu terbesar (Amerika-Swedia-Denmark-Finlandia), ditemukan banyak sekali kasus retak tulang panggul dan osteoporosis. Sebaliknya, hampir tidak ada kasus osteoporosis di Jepang semasa rakyat Jepang tidak minum susu. Konsumsi kalsium yang mereka peroleh dari ikan-ikan kecil dan rumput laut yang walaupun tidak cepat terserap dalam darah ternyata dalam jangka panjang justru berdampak baik.
RISIKO-RISIKO LAIN
Dokter Shinya sendiri menyaksikan dampak buruk konsumsi susu sapi dan produk-produk susu pada anak-anaknya semasa mereka masih kecil. Yang sulung menderita dermatitis atopik (ruam kulit parah), yang kecil mengalami gejala-gejala awal kolitis ulserativa (radang parah dengan tukak di dalam usus besar) seperti diare dan kotoran berdarah. Namun, setelah konsumsi dihentikan, semua penyakit itu menghilang dengan sendirinya.
Secara medis, sudah banyak laporan yang menguatkan pendapat Dokter Shinya bahwa konsumsi susu sapi dan produk-produk susu bisa memicu berbagai jenis alergi dan penyakit gaya hidup, termasuk diabetes, pada anak. Jika wanita hamil minum susu, anak-anak yang ia lahirkan juga lebih mudah terjangkit alergi-alergi itu.
Berbicara tentang susu, nutrisi dalam susu sapi sesungguhnya memang didesain untuk kebutuhan anak sapi. Di dunia alami, setiap bayi spesies mamalia menyusu kepada induknya sendiri, minum susu spesiesnya sendiri, karena susu itu pasti cocok dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Inilah cara kerja alam. Hanya manusia yang dengan sengaja mengambil susu dari spesies lain, mengolahnya, dan meminumnya. Padahal, yang penting bagi pertumbuhan anak sapi belum tentu berguna bagi manusia. Ini bertentangan dengan hukum alam.
Secara umum, jenis nutrisi susu sapi dengan ASI sepertinya mirip. Ada protein, lemak, laktosa, zat besi, kalsium, fosfor, natrium, kalium, dan vitamin. Namun, kualitas dan jumlah nutrisi keduanya sangat berbeda. Misalnya saja, kandungan laktoferinnya. Zat antioksidan ini berguna untuk memperkuat fungsi sistem kekebalan tubuh, terdapat baik dalam susu sapi maupun ASI. Namun, rasio laktoferin dalam ASI adalah 0,15% sementara laktoferin susu sapi hanya 0,01%. Contoh lain, kandungan laktosa dalam ASI sekitar 7%, sementara dalam susu sapi hanya 4,5%. Tampaknya bayi-bayi yang baru lahir dari spesies yang berbeda membutuhkan jumlah dan rasio nutrisi yang berbeda pula.
SUSU SAPI SULIT DICERNA MANUSIA
Karena bentuknya cair, orang-orang sering meminum susu bagaikan air saat mereka haus. Ini sebuah kesalahan besar. Komponen protein utama (sekitar 80%) susu sapi bernama kasein. Protein ini langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung manusia, jadi sangat sulit dicerna oleh sistem pencernaan kita.
Kandungan susu sapi akan semakin sulit dicerna oleh manusia yang sudah dewasa. Memang di alam bebas, hewan yang minum susu hanyalah bayi yang baru lahir. Bahkan, ASI dari spesies manusia pun sebetulnya tidak didesain untuk konsumsi manusia dewasa. Laktoferin, contohnya. Zat ini akan terurai begitu terkena asam lambung. Bayi dapat mengkonsumsi banyak nutrisi laktoferin karena lambungnya belum sempurna dan produksi asam lambungnya baru sedikit.
Contoh lain adalah laktosa, zat gula yang terdapat dalam susu mamalia. Untuk mencerna laktosa, kita butuh enzim laktase. Enzim ini banyak dimiliki oleh tubuh bayi, namun jumlah enzim ini akan berkurang seiring usia. Jika setelah minum susu kita merasakan gejala perut bergemuruh atau diare, itu adalah akibat ketidakmampuan tubuh kita mencerna laktosa. Menghilangnya enzim laktosa saat kita beranjak dewasa merupakan cara alam untuk mengatakan bahwa susu bukan minuman untuk orang dewasa.
SEMUA SUSU SAPI KOMERSIAL BURUK BAGI TUBUH
Susu sapi dalam bentuknya yang segar saja sudah sulit dicerna manusia, apalagi setelah menjadi susu sapi komersial. Proses pengolahan susu sapi komersial membuat susu sapi bukan hanya sulit dicerna, tapi bahkan berbahaya dan berdampak buruk bagi tubuh.
Pertama, susu sapi komersial mengalami proses homogenisasi. Jika susu sapi segar dibiarkan, lemaknya lama-kelamaan akan mengapung di permukaan. Di pabrik, lemak ini diaduk dengan mesin sampai kadarnya merata di seluruh susu, tidak akan terpisah lagi seperti saat masih segar. Dampak proses ini adalah terjadi perikatan lemak susu dengan oksigen menjadi lemak teroksidasi (terhidrogenisasi). Jika diminum, susu homogen ini mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat dan merusak keseimbangan flora usus kita. Akibatnya, racun-racun seperti radikal bebas, hidrogen sulfida, dan amonia terproduksi.
Kedua, setelah dihomogenisasi, susu sapi komersial masih melewati proses pasteurisasi. Proses ini tujuannya menekan perkembangbiakan berbagai kuman dan bakteri. Metode yang paling banyak digunakan adalah pasteurisasi suhu tinggi waktu singkat (HTST: lebih dari 72◦C selama 15 detik lebih) atau suhu sangat tinggi waktu singkat (UHT: lebih dari 120-130◦C selama 2 detik atau sampai dengan 150◦C selama 1 detik). Enzim-enzim yang berharga dalam susu mulai terurai pada suhu 48◦C dan pada suhu 115◦C sudah hancur seluruhnya. Oleh karena itu, terlepas dari lama waktu pemrosesan, pada suhu pasteurisasi mencapai 130◦C, enzim telah hampir seluruhnya rusak. Susu itu menjadi makanan yang mati, tidak mempunyai daya hidup lagi. Selain itu, efek samping pasteurisasi suhu tinggi adalah meningkatknya kadar lemak teroksidasi serta berubahnya kualitas protein susu. Laktoferin, yang sensitif terhadap panas, juga rusak. Itu sebabnya Dokter Shinya menegaskan: “Susu sapi yang dijual di supermarket seluruh dunia tidak baik bagi Anda.”
TERLALU BANYAK SUSU MENYEBABKAN OSTEOPOROSIS
Anggapan bahwa minum susu dapat mencegah osteoporosis adalah suatu miskonsepsi alias mitos! Kadar kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. Saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat. Tubuh berusaha mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Dengan kata lain, kalau kita minum susu dengan harapan mendapatkan kalsium, hasilnya justru berkebalikan: jumlah total kalsium dalam tubuh kita justru menurun. Tak heran, dari empat negara peminum susu terbesar (Amerika-Swedia-Denmark-Finlandia), ditemukan banyak sekali kasus retak tulang panggul dan osteoporosis. Sebaliknya, hampir tidak ada kasus osteoporosis di Jepang semasa rakyat Jepang tidak minum susu. Konsumsi kalsium yang mereka peroleh dari ikan-ikan kecil dan rumput laut yang walaupun tidak cepat terserap dalam darah ternyata dalam jangka panjang justru berdampak baik.
RISIKO-RISIKO LAIN
Dokter Shinya sendiri menyaksikan dampak buruk konsumsi susu sapi dan produk-produk susu pada anak-anaknya semasa mereka masih kecil. Yang sulung menderita dermatitis atopik (ruam kulit parah), yang kecil mengalami gejala-gejala awal kolitis ulserativa (radang parah dengan tukak di dalam usus besar) seperti diare dan kotoran berdarah. Namun, setelah konsumsi dihentikan, semua penyakit itu menghilang dengan sendirinya.
Secara medis, sudah banyak laporan yang menguatkan pendapat Dokter Shinya bahwa konsumsi susu sapi dan produk-produk susu bisa memicu berbagai jenis alergi dan penyakit gaya hidup, termasuk diabetes, pada anak. Jika wanita hamil minum susu, anak-anak yang ia lahirkan juga lebih mudah terjangkit alergi-alergi itu.
Jangan lupa
bintang 5 nya ya gan

Polling
0 suara
Setelah agan selesai membaca trit ini, apa yang agan pikirkan?
Diubah oleh Kaskus Support 15 07-03-2017 15:40


nona212 memberi reputasi
1
13.4K
Kutip
69
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan