Salah satu debat publik yang sudah berlangsung enam tahun terakhir adalah keberadaan PT Aetra (dan Pallyja) yang mendapatkan konsesi penyediaan air bersih di Jakarta. Kuat desakan kepada pemerintah untuk mengambilalih layanan air bersih. Aetra sendiri adalah anak perusahaan dari PT Recapital, melalui Acuatico Grup, salah satu perusahaan yang didirikan oleh Sandiaga.

PT Aetra menyediakan air bersih di wilayah Timur Jakarta (sebagian Jakarta Utara, sebagian Jakarta Pusat dan seluruh Jakarta Timur) berdasarkan kontrak kerjasama dengan PAM JAYA selama 25 tahun yang dimulai pada tahun 1998 sampai 2023.

PT Aetra melayani lebih dari 429.000 pelanggan, salah satunya penghuni Rusunawa Jatinegara Barat dan Rusunawa Rawa Bebek.

Saat debat calon gubernur dan calon wakil gubernur pada 27 Januari lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat mengatakan bahwa saat ini air bersih yang dijual ke warga sudah murah, yaitu hanya Rp 1.050 per meter kubik kepada keluarga miskin.
Dia menjelaskan, pemakaian air di bawah 10 meter kubik berlaku tarif subsidi, sedangkan pemakaian lebih dari itu dikenakan tarif normal.

Nyatanya, tarif air di Rusunawa Rawa Bebek mencapai Rp 5.500 per meter kubik.
Corporate Communication PT Aetra Rika Anjulika menyatakan tarif Rp 5.500 merupakan tarif yang berlaku untuk rumah susun kategori sederhana.

Ahok, sapaan Basuki, mengatakan, tarif subsidi diberlakukan karena sudah dipastikan warga penghuni rusun bukanlah warga menengah ke atas melainkan warga miskin. Namun, ia mengakui ada temuan di beberapa rusun yang menerapkan tarif air tidak sesuai aturan.

Ternyata mereka di perumahan itu membuat kebijakan gini 'kamu boleh pakai bebas, bayar Rp 5.500/kubik' tekor kita," kata Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/2).

Peraturan yang dibuat sepihak itu, lanjut Ahok, membuat Pemprov DKI nombok sekitar Rp 20 milliar lebih per tahunnya. Ia mengungkapkan bahwa air yang disalurkan ke rusun-rusun tersebut dibeli dengan harga Rp 7.400/kubik sehingga ketika pemakaiannya tidak dibatasi, maka pihak Pemprov yang merugi.

"Nah itu saya bilang harus dibatasi. Kalau memang miskin, susah, silakan ya Rp 1.050/kubik, tapi hanya 10 kubik (jatahnya)," ujar Ahok.

Ahok menjelaskan, angka pemakaian 10 kubik per rumah di rusun adalah merupakan hasil kajian, jadi hal tersebut tidak dikategorikan sebagai pembatasan ketika dipatok harus 10 kubik per bulannya.

"Maksud saya kan ada kajian dari PBB, rumah yang kecil sederhana itu sebulan itu paling pakainya 10 kubik. Kamu tahu enggak satu truk tangki itu berapa kubik? Satu truk tangki itu 5 kubik loh. Jadi kalo 10 kubik itu 2 truk tangki besar. Cukup nggak untuk rumah kamu kecil? Cukup," tandas Ahok.

https://www.merdeka.com/jakarta/harga-air-bersih-di-rusun-dimainkan-ahok-bilang-tekor-kita.html