Dalam 10 tahun ke depan, Microsoft yakin bisa mengatasi masalah kanker dengan menggunakan ilmu komputer untuk meretas kode sel penyakit. Menurut perusahaan perangkat lunak tersebut, seperti dinukil Telegraph, Selasa (20/9/2016), kanker sama saja dengan virus komputer yang dapat diatasi dengan meretas kode.

Para peneliti kini sedang berusaha mencari solusi baru dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI) untuk menyerang sel kanker dan memusnahkannya.

Jika Microsoft berhasil menerapkan metode ini, maka mereka dapat memonitornya dan bahkan memprogram ulang sel-sel tubuh agar kembali sehat lagi.

Microsoft memiliki beberapa proyek dalam programnya di industri kesehatan. Salah satunya adalah menggunakan pemrosesan bahasa alami dan pembelajaran mesin untuk membantu para peneliti menemukan cara yang efektif untuk menyembuhkan kanker pada pasien dengan menyisir semua data yang tersedia.

Menurut TechCrunch(20/9), IBM juga sedang melakukan hal serupa di bawah program bernama Watson Oncology, yang akan menganalisa informasi kesehatan pasien dan membandingkannya dengan data riset.

Kanker sendiri disebabkan oleh mutasi genetik yang membuat sel-sel tumbuh dan berkembang biak di luar kendali. Saat ini ada lebih dari 800 obat-obatan dan vaksin untuk mengatasi kanker, menurut laporan tahun 2015 yang dirilis oleh Pharmaceutical Research and Manufacturers of America pada laman Columbian (26/9).

Cara AI Microsoft membasmi kanker

Para peneliti bekerja dengan sebuah komputer yang dibuat dari DNA, sehingga bisa melihat secara langsung sel-sel tubuh dan akan mencari keanehan-keanehan di jaringan tubuh, seperti kanker. Jika terlihat kemungkinan adanya sel kanker tersebut, maka mesin tersebut akan langsung mematikan sistem dan menghidupkannya kembali untuk membersihkan sel-sel yang terinfeksi.

Chris Bishop, direktur laboratorium di pusat penelitian Microsoft, mengatakan, "Saya pikir hal ini sangat wajar bagi Microsoft untuk mencari solusi akan masalah ini, karena kami memiliki keahlian yang luar biasa dalam teknologi komputer dan kanker adalah masalah yang berhubungan juga dengan komputer."

"Ini bukan sekadar analogi. Ini merupakan pandangan matematika yang dalam. Biologi dan komputer adalah dua ilmu yang berkaitan seperti kapur dan keju, namun memiliki hubungan dalam pada level dasar."

Kelompok biologi komputer di Microsoft sedang mengembangkan komputer molekular yang dibangun dari DNA sehingga dapat bekerja seperti dokter untuk mendeteksi sel-sel kanker dan menghancurkannya.

Andrew Philips, pemimpin grup tersebut mengatakan, "Ini memang membutuhkan proses yang lama, tetapi saya pikir ini merupakan hal yang mungkin secara teknis pada lima sampai sepuluh tahun mendatang untuk menempatkan sebuah sistem molekular yang pintar guna mendeteksi kanker."

Selain Microsoft, Tiongkok juga sempat dikabarkan sedang mengujicoba menyunting gen manusia untuk menyembuhkan penyakit kanker. Upaya penyuntingan itu akan dilakukan dengan teknologi Crispr-Cas 9.

Crispr-Cas 9 adalah perangkat molekuler maju yang memungkinkan ilmuwan mengidentifikasi gen sumber masalah untuk kemudian menghapusnya dari genom manusia. Demikian dilansir Kompas.com.

Ragam tanggapan

Setelah pengumuman Microsoft tersebut, tentu saja, bermunculan berbagai tanggapan. Mulai dari yang penuh harapan hingga yang memandang sinis.

David Gorski, ahli bedah onkologi dari Amerika Serikat yang juga profesor di Wayne State University School of Medicine, menulis tanggapannya dalam ScienceBlogs (23/9), menggunakan nama alias Orac.

Tanpa basa-basi, dalam tulisan berjudul "Microsoft vows "to solve" cancer in a decade. Hubris ensues", Gorski mengakui bahwa ia memandang sinis klaim dari Microsoft tersebut.

"Biologi kanker, seperti semua biologi, adalah probabilistic (penuh kemungkinan, red.), tidak deterministic (sesuai ketentuan, red). Sementara kompoter itu deterministic," tulis .

Ia mengakui bahwa memang benar komputer bisa belajar dan membuat model situasi probabilistic tetapi kemungkinan interaksi dalam kanker nyaris tak terhitung.

"Lebih buruk lagi, kita belum memahami perubahan-perubahan yang bisa terjadi pada kanker," ujar Gorski.

Derek Lowe dari Science Translational Medicine memiliki pandangan dan alasan serupa dengan Gorski.

Ia menyatakan tidak menentang upaya Microsoft untuk menerapkan pembelajaran mesin pada biologi kanker, tetapi sebaiknya pengumuman seperti itu tidak diumbar secepat ini.

"Mereka seharusnya pergi dan mencobanya dan melaporkan saat menemukan sesuatu yang menarik. Bukannya langsung berkoar di surat kabar," tulis Lowe.

Namun Anil Goud, direktur medis di Rumah Sakit Cedars-Sinai di Los Angeles, pendekatan pembelajaran mesin seperti ini sangat penting bagi studi pengobatan kanker walau masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

"Dalam onkologi, nyaris tidak mungkin bagi kami untuk berpikir bahwa hal ini bisa dilakukan tanpa bantuan pembelajaran mesin," kata Goud dikutip Bloomberg (20/9). "Jumlah data yang harus diamati dan memahami signifikansi data tersebut akan butuh waktu amat lama jika kita tak memiliki mesin ini."