Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, saat berada di Australia, Kamis (23/2)
Salah satu kelebihan pesawat terbang adalah, agaknya, untuk memangkas jarak dan, pada akhirnya, waktu. Tapi, Benjamin Netanyahu, 67 tahun, rupanya termasuk satu yang tak bisa menikmati keunggulan tersebut.

Sang Perdana Menteri Israel mesti mengalami hal demikian ketika melangsungkan perjalanan dari Singapura ke Sydney, Australia, pada Rabu (22/2).

Jika menempuh jalur biasa yang melewati langit Indonesia, penerbangan dimaksud membutuhkan waktu 8,5 jam. Namun, karena pesawat yang ditumpangi oleh Netanyahu mengikuti lalu lintas memutar ke timur Indonesia, seperti digambarkan laman FlightAware, waktu yang dibutuhkannya molor lebih dari dua jam.

Hasil tangkapan layar dari FlightAware.com yang melukiskan perjalanan memutar pesawat Benjamin Netanyahu dari Singapura ke Australia
Kasus ini berkaitan dengan urusan diplomatik.

Indonesia salah satu negara di dunia yang sebagian besar penduduknya Muslim. Seperti negara lain yang agama kebanyakan warganya Islam, Indonesia tak punya keterkaitan diplomatik resmi dengan Israel.

Sangkutan dari ihwal dimaksud jelas: pemegang paspor Israel terkena larangan masuk ke sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim kecuali dalam kondisi tertentu. Adapun warga Israel pemegang visa pelancong, Indonesia masih menerima.

Dus, rute aneh pesawat milik maskapai penerbangan Israel, El Al, itu kiranya mencerminkan situasi diplomatik kedua negara.

Dilansir laman The Washington Post, pihak berwenang Indonesia tidak meluluskan akses masuk bagi pesawat El Al. Ini tidak mengesampingkan preseden bahwa penerbangan Netanyahu dari Tel Aviv ke Singapura juga mengambil rute ganjil. Media Amerika itu menyangka, rute dirancang untuk menghindari kawasan udara Arab Saudi atau negara lain.

Kondisi yang mesti dialami Netanyahu menyembul di tengah upayanya mendekatkan hubungan dengan pemerintah Indonesia. Kedua negara diwartakan telah secara informal meningkatkan hubungan pada 2012 dengan dibukanya kantor konsuler di Ramallah, Tepi Barat.

Pada Maret 2016, dilansir The Times of Israel, Netanyahu menyerukan hubungan kedua negara ditambatkan secara resmi.

"Sekarang saatnya terbina hubungan resmi antara Indonesia dengan Israel. (Kedua negara) punya banyak peluang kerja sama bilateral, terutama di bidang teknologi air dan teknologi tinggi," ujarnya.

Media itu menulis bahwa langkah peresmian hubungan dengan Indonesia bakal memungkinkan ikatan lebih kuat dengan negara Arab moderat dan kekuatan ekonomi Asia lainnya.

Masalahnya, pemerintah Indonesia adalah pendukung kuat bagi pengakuan kemerdekaan Palestina. Posisi demikian mengganjal peningkatan hubungan antara Jakarta dan Yerusalem.

"Alasan untuk menafikan (hubungan lebih dekat) tak lagi relevan," kata Netanyahu seraya menambahkan bahwa kedua negara adalah sekutu dalam memerangi terorisme.

Dalam urusan dagang, Indonesia mengekspor barang dengan nilai lebih dari USD100 juta ke Israel pada 2015. Sementara itu, nilai impor dari Israel mencapai nyaris USD80 juta.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ngit-indonesia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Vonis janggal Bupati Rokan Hulu

- Empat proyek tol dapat jaminan politik

- Melipatgandakan uang ala Salman